Bayaran

1 1 0
                                    

"Jadi, sekarang aku nggak nyata ya?"

Mata Ayu langsung melirik sosok di sampingnya. Pemuda itu tetap sama seperti dua tahun lalu. Tinggi, bermata teduh, dan senyum manis. Bedanya hanya sekarang ia berkulit pucat, dan sedikit ... terawang? Huh, Ayu merindukan masa di mana bisa bergandengan tangan dengannya.

"Aku tetap suka kamu apa adanya. Selama kamu di sampingku."

Pemuda itu tersenyum, lalu menghentikan langkahnya. Ayu ikut berhenti, dan suasana mendadak terasa tidak nyaman.

"Mau sampai kapan?"

Ayu berdecak. Pertanyaan ini lagi, dan ia sangat muak.

"Sampai mati," jawab Ayu tanpa pikir panjang.

"Kamu bisa cari cowok lain."

"Nggak akan ada yang kayak kamu!" tegas Ayu, suaranya mulai bergetar.

Pemuda itu hanya bisa diam sekarang. Ia mengenal Ayu dengan baik, dan bagaimana gadis itu hidup dengan penuh kegelapan. Pemuda itu tak bisa pergi, karena Ayu akan hancur saat ia tiada, sebab yang Ayu punya hanya dirinya.

Lama hening berlalu, hingga langkah mereka terhenti beberapa meter dari rumah yang terdapat bendera putih di teras rumahnya.

Ayu tersenyum manis. "Thank you."

"For what?"

"For help me."

Ayu kembali tersenyum, kali ini senyumnya lebar dan penuh kepuasan.

"To kill my Father."

Pemuda itu ikut tersenyum miring. Jika bayaran dari terus bersama Ayu adalah menjadi roh jahat, ia rela. Selama Ayu tidak terus tersiksa.

***

Cermin karya Nasylaawa

Cukup DisimpanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang