Klek.
"Berhasil!" seru seorang lelaki bernama Rahsya. Ia membuka sebuah toples berukuran sedang, yang di dalamnya ada banyak biskuit coklat kesukaan kembarannya—Rahsyi.
Rahsyi sengaja menyimpan toples itu dan tidak akan ia keluarkan saat lebaran, dengan alasan ia ingin memakannya sendiri. Namun, siapa sangka jika penyimpanan Rahsyi diketahui oleh saudaranya sendiri?
"Makanya, kalau ada makanan itu dibagi-bagi, jangan dipendam! Aku curi, kan, jadinya," ujar Rahsya sambil memakan biskuit coklat itu dengan nikmat.
Suasana lebaran masih amat terasa. Beberapa keluarga masih berkumpul di kampung halaman, tetapi tak sedikit juga sebagian dari mereka telah kembali berpulang ke tempat sebelumnya. Kembali menekuni sebuah usaha yang menghasilkan rupiah. Walau begitu, silaturahmi yang mereka jalani masih tetap terjaga.
Seperti halnya di keluarga Rahsya dan Rahsyi, keluarga mereka masih berkumpul di sana. Tampak ramai, kecil kemungkinan untuk diam dan sepi. Apalagi jika si kembar ... bertengkar.
"Kak Rahsya! Kakak ambil biskuit Rahsyi, ya?" Gadis itu cukup teriak, ditambah tangannya yang berkacak di pinggang membuat kesan marahnya bertambah.
"Biskuit apa, sih? Kakak nggak ambil apa-apa, kok!" jawab Rahsya bohong.
"Tapi, kok, nggak ada di dalam lemari Rahsyi? Pasti Kakak 'kan yang ambil? Mana, ih! Kembalikan! Itu untuk buka puasa Rahsyi nanti, Kak!" kekeh gadis itu.
"Buka puasa? Ini udah lebaran, Ra, kamu mau puasa apa emangnya?" tanya Rahsya tampak bingung.
Rahsyi menepuk dahinya pelan. "Ini nih, kalau waktu belajarnya dibuat untuk tidur, guru jelasin materi nggak didengerin!" omelnya.
"Abis, gurunya bikin ngantuk, Ra. Mendingan tidur," balasnya sambil menyengir.
Tak!
"Aduh, sakit, ih!" Rahsya mengelus-elus dahinya pelan. Sentilan yang ia dapatkan dari saudaranya itu nyatanya mengundang rasa sakit. Sambil menatap Rahsyi kesal, lelaki itu bertanya, "Emang kamu puasa apa, ha?"
"Puasa Syawal," jawab gadis itu pelan, lalu duduk di samping Rahsya. Berkali-kali ia mengatur napas, berusaha tidak akan melupakan amarah.
"Wah, bagus itu! Tadinya Om mau ikut, tapi nggak kebangun, jadinya ngabisin kue-kue di sini aja, deh. Hehe," sahut Om Avin yang kini duduk berhadapan dengan Rahsya.
"Om juga tahu tentang puasa Syawal?" Rahsya berbalik arah, menghadap ke lawan bicara, sambil tangannya tak berhenti mencomot biskuit milik Rahsyi.
"Tahu, dong! Bagus loh puasa syawal itu!"
"Emang keistimewaannya apa?" tanya Rahsya penasaran.
Rahsyi yang duduk di sebelahnya pun sedikit menghela napas. Namun, tak urung ia menjelaskannya pada Rahsya. "Keutamaan puasa Syawal itu yang pertama, mendapatkan pahala yang berlipat ganda, yaitu seperti menjalankan puasa selama setahun. Puasa Syawal hanya dikerjakan selama enam hari, akan tetapi Allah SWT akan memberi ganjaran atau pahala seperti seseorang yang puasa selama 12 bulan. Keutamaan puasa syawal ini dijelaskan dalam hadis riwayat Muslim. 'Barangsiapa yang telah melaksanakan puasa Ramadan, kemudian mengikutkannya dengan berpuasa selama enam hari pada Syawal, dia (mendapatkan pahala) sebagaimana orang yang berpuasa selama satu tahun.' (HR Muslim)"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cukup Disimpan
Cerita PendekBerisi kumpulan cerita mini dan cerita pendek berbagai genre karya para member.