si jengah

1.8K 48 4
                                    

Gulf jengah dengan orang orang yang selalu bersama. Dia benci ramai, benci ketika orang ada disisinya. Tidak semua bisa dekat dengan Gulf, hanya 3. Mamanya, Bright, dan hazard kucingnya.

Sikapnya itu karena Luke, papanya yang meninggal beberapa bulan lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sikapnya itu karena Luke, papanya yang meninggal beberapa bulan lalu. Menciptakan jurang yang semakin besar untuk Gulf bersosialisasi. Gulf jauh dari kata introvert, dia memang tak suka ramai dan suasana berisik sejak kecil.

Sama seperti Luke, bila ada waktu untuk sekedar duduk dengan angin lalu maka Gulf akan memilih itu dari pada bercengkrama dengan orang lain.

Davikah mamanya pun begitu. Cara mereka saling menguatkan sangat berbeda. Keseringan keluarga akan semakin terlihat dekat jika salah satunya meninggal, tapi Gulf dan Davikah tidak. Mereka lebih memilih diam, dan bila tidak kuat lagi menahan rindu dengan Luke mereka akan saling memeluk, menangis di dalam kamar dan memandang foto Luke yang berkalung bunga itu.

Pagi sekali seakan rumah ini miliknya, Bright masuk dan langsung menyapa Davikah yang tengah menyiapkan sarapan.

" Pagi tante.. maaf Bright langsung masuk, tadi pintunya ga dikunci hehhee "

" Bright, masuk sini. Kamu juga kenapa harus basa basi biasanya juga langsung ke kamar Gulf ", dijewernya telinga anak tetangga yang sekarang menjadi sahabat Gulf, dia Bright.

" Tan, Gulf mana ga keliatan? "

Tangannya pelan menarik roti yang matang terpanggang.

" Bentar lagi turun kok, dia lagi males malesan tuh "

" Huhhg ", nafas ini mengartikan Gulf sedang dilanda kejengahannya melihat Bright.

" Apa? Ga suka liat gue disini "

Gulf tidak membalas, hanya diam dan memutar tasnya pindah ke tangan kiri.

" Ma.. Gulf pergi ", mengecup singkat kening Davikah. Setelah papanya tak ada, semua kebiasaan Luke itu Gulf yang lanjutkan.

" Mama ke kantor papa hari ini, makanan mama bikin di kulkas kamu jangan lupa makan nanti ya ", sambi Davikah merapikan kemeja anaknya

" Hmm "

Bright, masih saja berkutat dengan roti dan telur yang ada dipiringnya sebelum Gulf melempar mata tajam itu. Siapapun selain Davikah, mungkin hanya melihat mata itu dari Gulf, mata yang selalu melempar ketidaksukaan.

" Lo yang baik hari ini di kelas ", merapikan untaian rambut Gulf yang terlepas dari sapuan sisir

" Berandal kaya lo ngajarin gue? "

Mulut Gulf, sama tidak enaknya dengan tatapan itu. Jika saja Bright bisa jujur, perhatiannya ke Gulf adalah bentuk kekokohan diri untuk bertahan disamping Gulf.

Pikir, selain Bright siapa lagi yang mau bertahan dengan sikap acuh Gulf?

Untuk ukuran seorang cowok, tidak seharusnya Gulf memiliki pesona indah. Setiap lekukan mulus tubuhnya dan otak yang berfungsi baik adalah sempurna untuk seorang Gulf yang irit kata.

Di kampusnya, Gulf selalu dilempari tatapan maut dari adik tingkat, teman seangkatan, maupun katingnya.

Bukan bukan...

Tatapan maut itu bukan benci, kalian pun akan tau jika membayangkan Gulf saja.
.
.
.
.
.

" Huhhg ", nafas yang ini untuk kejengahan Gulf karena tingkah Win.

" Duduk disini krubb "

Win sengaja mengambil kursi yang mengurung pandangan orang untuk melihat Gulf. Sengaja. Karena bila dikatakan pun, dirinya juga ikut menyukai Gulf.

Satu kelas ini, mungkin semuanya mau jadi pacar Gulf.

" Gulf nanti makan siang bareng Phi ya ", Off Jumpol Adulkittiporn buaya di fakultas Gulf. Mantannya banyak, pacarnya berserakan disetiap fakultas. Kalau Gulf jadi pacarnya, Off janji bakal jadi yang setia.

" Mau makan es krim sama gue ga nanti, Gulf? ", kalau yang ini Janhae Supasap. Si cantik di prodi Gulf. Populernya bukan karena cantik saja, Janhae juga salah satu anggota kepemerintahan mahasiswa di fakultas mereka.

" Gabisa gue udah janji mau belajar kimdas bareng Gulf hari ini ". Dew, sudah sering memang meminta Gulf belajar bersama dan Gulf tidak keberatan. Dew teman sekelasnya Gulf.

" Aow, Gulf hari ini jadikan periksa giginya? ", cukup lelah bila disebutkan satu per satu, ini yang terakhir Tu Tontawan. Mahasiswi jurusan kedokteran gigi, sama dengan Janhae, Tu juga tak kalah cantik dan pintar.

Gulf hanya diam, tak membantah satupun permintaan mereka. Setelah menghembus nafas jengahnya, Gulf berdiri dan pergi begitu saja.

Arah kakinya menuju tempat yang paling sepi di kampus, naik ke tangga perlahan sambil mengeluarkan baju yang sedari tadi rapi dipakainya.

MEW & GULF Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang