GADIS KECIL—berambut merah itu mengerjapkan matanya, memandang sesosok pria yang sedang menjilat sepatu orang-orang di atas mereka. Bukan dalam artian menjilat sesungguhnya, melainkan mencari simpati dengan bersikap seperti anjing penurut biasanya.
"Ayo, Makima! Perlihatkan quirkmu yang mengagumkan itu!" pinta si pria menyedihkan, secara tiba-tiba menoleh ke belakang.
Hm?
Namanya memang Makima, tetapi tidak akan ia sangka setelah mati bakal terlahir dengan nama itu lagi. Namun, quirk? Makima baru pertama kali mendengar kosakata tersebut.
"Cepat, Makima! Jangan membuat beliau menunggu!" bisik sang ayah penuh penekanan sebelum mengalihkan pandangan menuju ke depan dengan tawa kecil dipaksakan. "Haha. Maaf, Tuan. Anak ini sering plonga-plongo karena tidak kusekolahkan."
Makima termangu, masih belum mengerti. Tetapi ingatan dari tubuh asli seketika merasuk dalam otak kecil ini.
Quirk adalah bakat atau perubahan yang dimiliki setiap manusia.
Dunia yang ditempati Makima tidak sama dengan kehidupan dahulu. Entah berada di zaman apa, yang jelas ia harus bertahan hidup demi memahami keseluruhan sistem masyarakat Jepang sekarang.
Usia Makima Saibanara ialah tiga belas tahun, tetapi pria menyedihkan itu malah mengantar anaknya sendiri ke arena bertarung.
Saking sebentarnya hidup, memori yang didapat Makima sebatas ayah yang suka berjudi dan seorang bandar narkoba, juga gila uang.
Dan sang ayah ingin duit lebih banyak lagi dengan memanfaatkan quirk mengangumkan anaknya, yang Makima sendiri tidak tahu cara menggunakan bakat tersebut bagaimana. Belum lagi, tidak seperti orang normal lain yang menemukan quirk di usia empat tahun, anak asli dari Saibanara-san mendapatkan bakatnya baru-baru ini.
"Makima!"
Sontak Makima terkesiap. Ia mendongak, menemukan Saibanara-san yang memasang raut murka.
Matanya kemudian beralih pada sosok kabut hitam berpakaian rapi. Makhluk yang begitu asing di matanya, tetapi jika mengingat rupa dari dunia Makima sebelumnya, mungkin orang ini bisa dianggap memiliki perjanjian dengan iblis kabut (kalau sungguhan ada). Intinya, tidak sampai membuatnya norak.
"Mereka membuang-buang waktuku." Mendadak terdengar suara dari sebuah layar yang menyala di belakang manusia kabut. "Usir mereka, Kurogiri."
"Tidak, tidak!" Saibanara-san memucat, lekas bersujud entah menuju siapa. "Mohon beri kami kesempatan, Tuan! Tolong izinkan anak ini ikut pertarungan! Kami membutuhkan uang!"
Makima menoleh ke sekitar, menatap seisi ruangan yang tidak berisi banyak barang.
"Makima terlambat mendapatkan quirknya, ja-jadi mungkin ia hanya bingung menggunakannya! Beri kami waktu!"
Dari dalam layar, tawa seorang pria terdengar. "Begini saja—"
Segera Saibanara-san mendongak di sujudnya. Bersama Makima, ia memperhatikan dan menunggu lawan bicara menyelesaikan ucapan.
"Akan kuberikan uang sebanyak yang dibutuhkan, asalkan kalian berdua saling bertarung di arena."
Tidak ada yang bersuara selain napas yang mendadak tertahan. Tetapi anggukan kepala Saibanara-san yang semangat menjadi pancingan asing dari dalam diri Makima.
"Bagus. Siapkan topeng pesta mereka, Kurogiri."
Makima dengan topeng rubahnya membiarkan dirinya dihajar habis oleh sang ayah ditemani sorakan penonton yang buas. Orang-orang di sini tidak ada yang waras, terbutakan hiburan. Makima harus memperbaiki isi kepala mereka, menciptakan dunia yang lebih baik dengan menekan manusia kembali ke wujud binatang yang bakal diam ketika dicambuk. Namun sosok yang memberikan ide sinting dari balik layar itu membuat Makima penasaran hingga berniat memutar balik keadaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Madeline's Judgment [√]
FanfictionBNHA x Makima ... Makima menjadi bawahan All For One, juga seorang kakak sepupu dari penerus One For All. Semuanya berjalan lancar demi kedamaian Jepang dengan membunuh pahlawan dan sampah masyarakat, hanya saja ... ada yang ganjil sejak Makima bert...