05. KEBIASAAN JELEK

409 97 5
                                    

TIDAK ADA—sungguh. Selain orang tertentu, tidak ada yang menyangka bahwa pesta Madeline yang baru berjalan selama lima belas menit itu memperlihatkan Stain yang babak belur oleh Nomu. Dari segi kecepatan dan kekuatan, semuanya kalah telak. Ada yang aneh dari makhluk tersebut, darahnya tidak berfungsi meskipun sudah Stain rasakan. Di pihak pahlawan sendiri juga sudah hancur lebur.

Nomu itu dikirim untuk mengalahkan All Might, kata All For One.

Madeline mengetuk sandal kayu, merasa tidak sabar menanti kedatangan tamu spesial lainnya karena pesta sudah mencapai puncak.

Dari awal Madeline tidak keberatan jika harus turun tangan sekalian memperlihatkan quirk yang selama ini disembunyikan, tetapi akan lebih mengasyikkan kalau panggung tak menarik ini dihancurkan orang lain.

Karena saat bosan akan sesuatu, maka Makima ingin melenyapkannya.

Lagi pula, Madeline sudah temukan sesuatu yang diincar All For One dan memutuskan keluar dari permainan setelah memperhitungkan semuanya. Tentu bukan sebagai pengkhianat, melainkan teman akrab.

Jadi ketika benturan besar terdengar, tidak lupa sosok yang diagungkan atau dibenci seluruh masyarakat muncul ke dalam layar, semua penonton terkejut dengan cara yang berbeda-beda.

“CUKUP SAMPAI DI SANA! KARENA AKU SUDAH TIBA!”

Madeline harus rela dibuat terpental—sama seperti nasib yang dialami empat petarung tersisa dan para kru—oleh angin kuat demi dipercayai para undangan bahwa dirinya juga tidak menyangka akan kedatangan All Might di pesta.

“Apa yang terjadi?” tanyanya yang tersungkur, lalu meminta Kurogiri segera menjemput. “Kita kecolongan? Padahal aku sudah susah payah mengundang orang hebat agar bisa menjalin hubungan baik dengan mereka.”

Dan membiarkan alat pelacak yang terpasang di dalam knalpot Ingenium tidak dilenyapkan.

Saat Kurogiri datang dan membuka lubang cacing untuknya, mendadak dirasakannya sesuatu sedang menuju mereka. Makima menyipitkan mata, menoleh ke kiri, menyadari itu adalah serangan angin dari kekuatan pukulan All Might. Bergegas ia melompat ke dalam portal, dikumpulkan bersama para undangan yang bersiaga.

“Hei! Apa yang terjadi?!”

“Ada All Might! Habislah kita!”

“Apa ini jebakan? Kau sengaja mengumpulkan kami, bukan?”

Madeline dikeroyok, membuat perempuan itu mendesah dan meminta semua orang untuk diam.

“Kalian tidak berada di pulau yang sama, tenanglah.”

Madeline membuang tongkat pengusir roh yang menjadi hiasan belaka, lantas memerintah Kurogiri untuk mengirim pulang para undangan dengan selamat agar tak menimbulkan kecurigaan berlanjut.

“Tidak kusangka kau kecolongan! Haha, rasakan itu!”

Di antara kepanikan masal, Tomura masih mampu mengejek Madeline. Kesempatan, batinnya.

Madeline mendengkus geli usai membungkuk teruntuk tamunya. “Maaf, Tomura, apa kau kecewa?”

“Huh? Mana mungkin aku kecewa atas kegagalanmu, Bodoh. Mati saja kau.”

All For One masih duduk di bangku, menonton siaran dari kamera yang tersisa. Diikuti Overhaul, yang merasa tertarik akan kemunculan All Might setelah membiarkan anak buahnya kembali ke markas lebih dulu.

“Panggung yang telah didirikan selama dua tahun, kini dihancurkan dalam sekejap, ya?” ucap Overhaul, berharap mendapat balasan dari All For One dan bisa mengobrol lebih jauh. “Kau memungutnya di mana?”

Madeline's Judgment [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang