“SELAMAT PAGI—Hawks. Sudah membaca emailku?”
Yang harus Makima persiapkan berikutnya ialah penampilan baru. Dan Hawks malah tidak bernafsu.
Pahlawan Nomor Tiga itu mengembuskan napas. Hawks tatap barang bawaan Detektif Makima yang cukup banyak di depan pintu apartemennya.
Benar, selamat pagi.
Pada jam tujuh ini, Makima bersemangat meriasnya. Namun tetap saja Hawks merasa tidak habis pikir, mengapa dirinya bisa mendapatkan misi dan rekan yang kelewat mengerikan?
“Hari ini kau akan mencoba menyamar.”
Hawks melambaikan tangan. “Aku mengerti. Aku mengerti.”
Menjadi seorang perempuan, itu mimpi buruk. Tetapi Makima-lah yang memimpin misi mereka, jadi Hawks cukup mengayomi perintahnya.
“Tidak keberatan jika rambutmu dipotong sedikit? Lalu janggutmu? Ingin diwarnai saja atau dipangkas?”
“Haha. Lakukan sesukamu.”
Hawks tertawa paksa, membiarkan Makima memberikan penyamaran untuknya. Mereka akan menjadi pasangan suami-istri dan menghadiri pelelangan beberapa hari lagi.
Data dari hilangnya anak panti sudah Makima serahkan ke tangan Hawks. Kebanyakan dari mereka yang lenyap ialah para mutan. Sang Detektif juga telah membagi berbagai divisi untuk menangkap titik penculik yang tersebar, tersisa mereka berdua yang harus menghancurkan acara ilegal.
Dan disebabkan detektif itu telah menjelaskan alasan mengapa Hawks yang menjadi perempuan, maka ia yang lebih pendek dari Makima harus menelan kenyataan bulat-bulat bahwa dirinya cocok atas peran tersebut. Belum lagi rambutnya dan istri mafia memiliki kemiripan.
“Aku akan minta kenaikan gaji,” bisik Hawks.
Makima tersenyum saat menutup corak hitam di bawah mata Hawks dengan mekapnya. “Ide bagus,” balasnya.
Perempuan itu lalu menata rambut Hawks, merapikannya dengan sisir. Makima kemudian menyuapkan sosis goreng ke dalam mulut lawan bicara, tangannya tidak berhenti bergerak walau sebentar.
“Aku menyusupkan bawahanku ke tempat tinggal mereka. Kita tinggal menunggu informasi darinya sebelum menggantikan posisi pasangan tersebut.”
Hawks tidak terbiasa dilayani super ekstra perhatian begitu, apalagi dari seorang perempuan. Namun ia tetap diam, membiarkan Makima bekerja.
“Berjalan lancar, ya?” balasnya.
“Tentu.”
Hawks mendongak, menatap Makima dari bawah dan baru sadar bahwa payudara perempuan ini besar. Ia meneguk ludah. “Ahem! Kau sangat percaya diri, ya? Apa kau tidak takut?” tanyanya, salah tingkah.
Setelah beberapa lama Makima terus bergerak ke sana kemari, akhirnya ia terdiam atas pertanyaan sederhana Hawks.
“Tidak,” jawabnya singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Madeline's Judgment [√]
FanfictionBNHA x Makima ... Makima menjadi bawahan All For One, juga seorang kakak sepupu dari penerus One For All. Semuanya berjalan lancar demi kedamaian Jepang dengan membunuh pahlawan dan sampah masyarakat, hanya saja ... ada yang ganjil sejak Makima bert...