26. TERSANGKA PEMBUNUHAN

182 59 14
                                    

KNOCK KNOCK.”

Pintu lift terbuka, bertepatan itu kedua mata Nyonya Presdir membola kala menemukan Makima dan Hawks penuh darah di wajah maupun pakaian mereka. Ia yang hendak menuju lantai bawah pun sontak mematung. Ada yang terjadi, pantas saja banyak panggilan menghubungi.

“Hawks.”

Suara Makima mengudara saat memanggilnya, menyentak Hawks yang masih tidak mampu mengendalikan sayap berceceran di bawah mereka.

“Kalau kau tidak membunuh orang yang sudah membuatmu kotor, akan kusucikan untukmu.”

Tanpa keluar dari lift, Makima mengangkat tangan kanan sekalian menghadang pintu agar tak menutup. Di arahkannya jari yang membentuk pistol pada Nyonya Presdir yang tercengang.

Bang.”

Sebelum sesuatu yang tidak terlihat itu mengenai Nyonya Presdir, Hawks lebih dulu mengangkat tubuh atasannya dengan bulu tersisa. Namun kehancuran tersebut tak terelakkan. Nyonya Presdir meledak meskipun telunjuk Makima tidak menuju lintasan yang sama.

Sekali lagi Hawks termangu. Dalam diam ia memperhatikan Makima yang keluar lift, berjalan menuju ruang presdir dengan tangan masuk kantong mantel setelah mengelap wajah menggunakan sapu tangan. Tetapi berikutnya langkah itu berhenti, Makima menoleh pada Hawks bersama kepala yang dimiringkan.

“Ayo?” ajak Makima, tanpa rasa bersalah.

Tersadar karena pintu yang hendak menutup, Hawks bergegas menyusul Makima dengan kepala kosong.

“Kau bertingkah seperti seseorang yang tidak mencari tahu identitasku.”

Dan Hawks segera kembali pada kenyataan ketika pintu yang selalu membuatnya mengembuskan napas lelah itu dibuka Makima.

“Kenapa tak langsung membunuhku?” Seperti belati, Hawks mengarahkan bulu tersisa pada Makima. “Aku bukan pahlawan nomor satu.”

Perempuan itu duduk di kursi presdir sembari membuka-buka berkas, lalu tersenyum kala menemukan benda yang dicari. Makima Saibanara.

“Hanya ingin mempermalukan Si Cepat, kalau ada yang lebih cepat darinya.”

“Kau Madeline.”

“Betul. Tahu sejak menerima laporan pertama? Atau saat All Might tiada?”

Makima membaca profil dirinya yang sangat lengkap, kemungkinan didapat dari Tsukauchi. Mau tak mau ia tertawa singkat, merasa kecewa.

“Baru saja.”

Jawaban tersebut membuat Makima terdiam. Ia lalu mendongak, menatap Hawks yang menggigit bibir dengan ekspresi campur aduk.

“Aku—tidak tahu.”

Suara Hawks tercekat. Ia berdusta. Nyonya Presdir pernah mengatakan tentang Makima yang sebenarnya ialah sosok Madeline beberapa hari setelah All Might tiada, tepatnya ketika Makima menghilang usai mengerjakan misi dari komisi, dan hubungan mereka sudah resmi. Ada banyak bukti kuat yang merujuk pada kebenaran bahwa Makima telah menjadi bawahan All For One sejak seorang gadis kecil memberikan laporan telah ditinggalkan ayahnya.

Tapi tak pernah terbesit di pikiran Hawks, kegiatannya dalam mencari tahu kehidupan masa lalu Makima sebab demi menuduh perempuan tersebut sebagai Madeline. Demi Tuhan, tidak. Itu semua ia lakukan karena Hawks untuk pertama kalinya jatuh lebih dulu sebelum tali kekangnya sempat ditarik sang atasan.

Semua yang dikatakan Nyonya Presdir memang selalu tepat, dan Hawks tak pernah meragukan beliau. Namun ia yang diminta menangkap Makima malah asik menikmati waktunya bersama perempuan yang sudah menarik hatinya.

Madeline's Judgment [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang