Hidup lama itu menyenangkan. Ada banyak hal yang bisa ditemukan, termasuk kehampaan. Makima sadar, waktunya tidak boleh disia-siakan. Kali ini ia harus menyelesaikan sumber masalah dan menegakkan keadilan dengan cara damai, tidak bisa sebrutal masa lalu. Meski begitu, satu-satunya panggung eleminasi manusia mulai membosankan. Festival Madeline yang tidak pernah surut malah menjadi pesta yang paling ditunggu oleh orang selain dirinya.
Para pahlawan yang menghilang sudah Makima bereskan. Sebagai orang dalam dan teratas, mudah saja membuat cerita kebohongan. Tetapi dua tahun menculik orang-orang, tentunya pemerintah mulai menyediakan alat pelacak bagi tiap pahlawan. Sayangnya, Makima tahu segalanya. Lagi pula, pahlawan palsu tersebut tidak begitu tenar.
Tenar 'kah?
Jadi di sinilah Makima, seorang host yang memimpin pertarungan arena terbuka, Madeline. Ia menculik Stain yang tenar itu tanpa memasangkan topeng, juga para tamu.
"Lama tidak berjumpa! Hiatus tiga bulan tanpa pelayananku tidak mungkin membuat kalian lupa padaku, bukan? Madeline telah tiba!"
Suaranya berkumandang di seluruh siaran maupun arena pertarungan. Madeline mengangkat tongkat pengusir roh jahatnya dengan tinggi, sementara sandal kayunya berbunyi setiap langkah kaki menjejak lantai.
"Kali ini tidak ada peserta. Kesemuanya adalah tamuku yang berharga. Ini dia Sang Pembunuh Pahlawan—Stain!"
Dan kali ini juga, Madeline mengundang beberapa nama besar. All For One beserta Tomura Shigaraki, Overhaul dan seluruh anggota Yakuza Shie Hassaikai, juga Broker dan para kenalannya.
"Stain? Dia menangkapnya?" gumam Tomura tidak percaya.
Pun All For One tertawa di balik topeng hitamnya. "Haha. Aku yakin dia sangat kurang hiburan sampai-sampai menculik buruan pahlawan," sahutnya.
"Tetapi, berani sekali dia mengumpulkan kita dalam satu ruangan." Overhaul menggoyangkan gelas cantik berisi alkohol, menghirup aromanya yang memikat. "Tidak kusangka bisa bertemu dengan raja dunia bawah."
Tanpa menoleh ke kursi belakang, All For One menjawab. "Kau benar! Haha! Madeline adalah temanku yang menjunjung keadilan, oleh karena itulah kita disatukan demi kesetaraan!"
"Keadilan, huh?" lirih Giran sang Broker. Dirinya juga tak menyangka akan dipertemukan dengan nama terkenal di ruangan yang sama.
Dabi yang diajak broker pun merasa lucu akan suasana baru yang didapatinya. "Kesetaraan," ulangnya.
"Aku tidak begitu mengerti, tapi aku penasaran dengan wajah orang yang bernama Madeline itu," ucap Twice.
Tomura yang duduk di depannya pun membalikkan badan. "Dia buruk rupa," balasnya.
"Kalau begitu dia sama menjijikkannya dengan wajahmu," sahut Dabi.
"Huh ...?" Tomura melirik Dabi dengan alis bertaut. "Kau tidak punya kaca?"
"Harusnya aku yang mengatakan itu, jelek."
Broker tertawa, sementara Twice panik meminta keduanya untuk tenang. Padahal mereka baru bertemu, tapi sudah bermusuhan.
Overhaul yang merasa terganggu dengan percakapan tersebut berucap jengkel. "Hei, siapa yang membawa sekumpulan bocah sakit kemari? Berisik sekali."
Kini kemarahan Tomura teralihkan menuju Overhaul. "Jangan sok dewasa kau, bocah manja."
Dabi mendengkus geli, sedangkan Twice tertawa terang-terangan.
"Harap tenang." Tiba-tiba Kurogiri muncul di antara mereka. "Saatnya menaruh taruhan."
Kini semuanya memandang layar, baru sadar kalau para tamu sudah dipertontonkan.
Ada Stain, Nomu percobaan, serta tiga tamu yang satu di antara terkenal sebagai pahlawan, yaitu Ingenium.
"Aku yakin kalian semua tahu mengenai tamu yang kuundang secara paksa selama ini tentunya adalah pahlawan. Mulai sekarang, kita berhenti menggunakan topeng.
Sebagai gantinya, aku memberikan tawaran menarik. Siapa pun yang bisa menangkap pahlawan dan membawanya padaku, akan mendapat imbalan uang!
Panggung ini kuciptakan demi dunia yang lebih baik di mana tidak ada pahlawan palsu yang hanya mengincar uang dan ketenaran. Sumbangkanlah empati kalian demi Jepang dengan menjual pahlawan palsu tersebut di panggung Madeline! Mari kita seleksi bersama kepantasan mereka terhadap negeri kita tercinta!"
Para penonton mengangakan mulut mereka. Tentunya mereka yang tidak berpikir di balik kesenangan terdapat nyawa yang dikorbankan. Rupanya, selama ini mereka berkontribusi dalam melakukan pembunuhan.
Sementara All For One yang titip peserta itu menyeringai, ingin mengetes kemampuan Nomu terbaru yang diciptakan oleh Dokter Garaki untuk besok dikirim ke U.A. demi mengacaukan dunia kepahlawanan. Jika kalah di sini, maka All Might masih berada di atas.
"Di sini kita memiliki Stain, Ingenium, Rock Lock, Death Arms, dan juga Nomu, seorang tamu yang dititipkan oleh undangan spesialku."
Madeline tersenyum, menyatukan kedua tangan dan membungkuk sopan ke kamera. Selanjutnya ia berdiri tegap, meneruskan penjelasan.
"Seperti biasa, pilihlah warna yang kalian percaya. Hitam untuk Stain, putih untuk Ingenium, hijau untuk Rock Lock, kuning untuk Death Arms, dan biru untuk Nomu.
Aku yakin kalian pasti akan berpikir begini, 'jika para pahlawan bekerja sama, kemenang lebih terasa dekat', bukan? Tapi asal kalian tahu, Nomu adalah sosok kepercayaan dari salah satu undangan spesialku. Hm, tapi bagaimana jika Stain yang selama ini meneror pahlawan malah berakhir menang, ya?"
Dengan sengaja Madeline memancing suasana, mengacaukan arus hingga menyebabkan semangat yang gaduh.
"Bagaimana ini, Overhaul? Aku yakin Nomu yang disebutkan itu bawahan All For One."
Overhaul melirik All For One setelah mendengar ucapan rekannya. Ia lalu mendengkus, "Jatuhkan pada Nomu kalau begitu," tutupnya.
Twice di meja broker itu malah panik ketika Kurogiri tiba muncul menagih nama. "Hei, Giran! Taruhan ini cuma perwakilan satu orang, bukan?! Aku tidak punya uang sebesar itu!"
"Siapa yang mau saja, Twice." Dabi menjawab, juga tidak punya uang.
Tomura mengabaikan kehebohan di belakang, menoleh pada All For One. "Sensei bertaruh pada siapa?" tanyanya, dengan suara kecil.
All For One tertawa. Ragu, tidak menyangka ada Stain di arena. "Entahlah. Mari kita lihat—Madeline menggiring perasaan penonton ke sana kemari, aku jadi ikut bimbang. Mungkin—hm?"
Mendadak semua undangan menoleh pada layar, menyaksikan Stain yang mengarahkan pedang ke kamera, menantang Madeline untuk ikut masuk ke dalam arena.
Siaran kemudian beralih menuju Madeline yang kehilangan senyum. Perempuan itu menurunkan tongkat pengusir roh, lantas tertawa kecil.
"Boleh, boleh!" Madeline membalikkan badan, berjalan menuju kursi agungnya dan duduk di sana seraya menyilangkan kaki. "Tapi bagaimana jika begini—karena aku seorang host, aku akan menjadi musuh terakhir kalian. Aku akan melawan siapa pun yang tersisa di arena. Bagaimana?" tawarnya.
Dan semua orang mengangguk setuju, terkecuali para pahlawan yang merasa dipermainkan dan memutuskan bekerja sama seperti yang sudah diduga oleh penyelenggara.
"Aku tahu acara ini dari internet, tapi tidak kusangka aku akan menjadi tamu." Death Arms menatap sekitar, mereka berada di area hutan dengan pepohonan yang tinggi.
Pasti ada kamera untuk menyiarkan kegiatan perburuan tersebut.
"Apakah host mereka pernah turun tangan sebelumnya?" tanya Ingenium, dan digelengi Death Arms.
Rock Lock terlihat sangat pucat. "Aku punya anak dan istri, bagaimana bisa mereka setega itu pada manusia?"
Ingenium dan Death Arms bertatapan sekilas sebelum membuang muka, mereka sama takutnya seperti Rock Lock.
Memburu pahlawan. Menjual pahlawan. Membunuh pahlawan.
"Mungkin karena mereka bukan manusia." []
30 Desember 2022.
KAMU SEDANG MEMBACA
Madeline's Judgment [√]
FanfictionBNHA x Makima ... Makima menjadi bawahan All For One, juga seorang kakak sepupu dari penerus One For All. Semuanya berjalan lancar demi kedamaian Jepang dengan membunuh pahlawan dan sampah masyarakat, hanya saja ... ada yang ganjil sejak Makima bert...