Mobil Mercedes hitam mengkilat itu berhenti tidak jauh dari sebuah bengkel mobil cukup besar. Dinda keluar dari mobil. Berjalan perlahan mendekati bengkel sambil terus memastikan alamat yang ditujunya benar. Secarik kertas di tangannya sudah tampak lusuh, seperti sudah di simpan cukup lama.
"Permisi!" Dinda memanggil pelan pada pemuda dengan celana longgar biru tua yang tampak begitu lusuh. Kaosnya juga tampak kotor karena terkena oli mobil.
Pemuda itu beranjak dari jongkoknya. Memperbaiki letak topinya sebelum menjawab panggilan Dinda. "Ya. Ada apa, Mbak?"
"Maaf, Mas. Ini benar Bengkel Abadi?"
"Benar mbak. Ada apa, ya?" Pemuda itu mengusap pipinya menggunakan punggung tangan, sampai meninggalkan bekas hitam. Dinda ngeri sejenak.
"Saya mau bertemu Pak Kafa. Apa ada?"
"Mas Kafa?" Pemuda itu tampak melihat sekeliling lalu berseru. "Hoi! Lihat Mas Kafa?"
Beberapa pemuda yang sedang sibuk memperbaiki mobil langsung mengangkat wajahnya dan menggeleng. Dari ujung terdengar suara teriakan. "Lagi di belakang cuci mobil kayaknya!"
"Oh! Oke..." Pemuda itu menggunakan simbol 'oke' dengan tangannya kemudian menatap Dinda. "Di belakang, mbak. Lagi cuci mobil..."
Dinda tersenyum kaku. "Bisa mas tunjukkan jalannya. Saya ada urusan penting dengan Pak—Mas Kafa."
"Bisa. Mari mbak!" Pemuda itu melangkah lebih dulu. Membimbing Dinda ke sisi bangun yang cukup lebar dimana di sana ada tempat untuk dilakukannya cuci mobil. Ada dua mobil merek ternama yang sedang di cuci.
"Bos mana?" bisik pemuda itu.
Dinda mendengar samar-samar. Dia menoleh ke arah pemuda tadi yang kini tengah berbicara dengan pria paruh baya.
"Mobil nomor dua."
Pemuda itu berbalik menatap Dinda. "Mobil nomor dua, mbak. Yang itu!" Tunjuknya.
Dinda mengikuti arah tunjuk pemuda tadi. Dia mulai menilai lelaki yang sekarang sedang sibuk mencuci mobil itu.
Pakaiannya biasa saja. Rambutnya sedikit basah, tangannya menggosok badan mobil dengan santainya—seakan sudah menjadi kebiasaannya.
"Permis—Ah!" Dinda menjerit kencang begitu dia tersemprot air selang.
"Oh."
Menghela napas kesal, Dinda membuka matanya, menatap kesal lelaki dihadapannya. "Anda sengaja?" Tuduh Dinda lalu memeriksa tubuhnya. Blouse warna cokelat sudah basah kuyup. Untung dia tidak memakai blouse warna putih.
"Tidak."
Jawaban singkat dan hemat itu membuat Dinda kesal. Dia mencedak kesal melangkah mendekati Kafa. "Anda sengaja!"
"Tidak." Kafa menjawab sambil membersihkan mobil—menghiraukan tuduhan Dinda.
Cuaca siang hari yang begitu terik membuat mood Dinda buruk hari ini. Banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan, bukannya malah mencari seseorang, apalagi ternyata orang itu adalah lelaki yang menyebalkan.
"Kau sengaja! Kau tahu aku sudah berdiri disini!" Dinda sudah tidak memperdulikan sopan santun, dia terlaku kesal.
"Jika terus berdiri disitu, tidak hanya pakaianmu yang basah, tapi seluruh tubuhmu akan basah."
Semakin kesal. Dia menghentakkan kakinya kemudian berbalik menjauh. Dia memperkirakan jarak dari tempatnya berdiri dengan lelaki itu sudah aman. Jika sampai dia basah kuyup, dugaannya benar, lelaki itu sengaja.
Namun setelahnya tidak terjadi apapun, Dinda berdiri ditempatnya terus mengamati gerak gerik lelaki itu sampai pada akhirnya, mata mereka bertemu setelah lelaki itu selesai mencuci mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Marriage [Season 1]
RomanceUpdate setiap hari sabtu ^.^ *** Baca di Karyakarsa lebih dulu https://karyakarsa.com/adhwaaeesha/series/fake-marriage-27633 *** Terjebak dalam pernikahan palsu.... Adinda bertekad untuk membantu Bima-lelaki yg dia cintai, mendapatkan kembali hakny...