Bab 33 | Kita Akhiri saja

240 44 4
                                    

Hari ini Dipa lembur....

Dia sudah menyampaikan kepada Retta. Bahwa dia akan pulang terlambat. Karena dealer baru akan segera diresmikan. Pekerjaannya semakin banyak. Perusahaan semakin maju dibawah kepemimpinan Kafa. Lelaki itu memiliki ambisi dan keinginan untuk menjadi yang terbaik. Sama seperti ambisi Adi dan juga impian mereka. Mungkin saja akan segera terwujud.

Dipa melirik jam diatas meja yang menunjukkan pukul delapan malam. Untunglah dia tidak sampai kemalaman. Mematikan komputernya. Dipa segera membereskan barang-barang. Dia melangkah keluar menuju lift ke basement.

Begitu lift terbuka dia melihat Galih disana dengan beberapa orang yang tidak dia kenal. Jelas bukan pegawai perusahaan karena mereka berpakaian serba hitam. Dipa mendekat lalu memanggil Galih.

"Galih?"

Sedikit terjingkat. Galih berbalik. "Oh ... Dipa. Kau mau pulang?"

"Ya. Aku baru menyelesaikan pekerjaanku hari ini. Kau bicara dengan siapa tadi?"

"Biasalah. Anak-anak muda zaman sekarang. Minta rokok. Kau tahu sendiri aku sudah tidak merokok. Jadi aku memberi mereka uang."

"Oh ... Baiklah. Aku duluan."

Dipa melambaikan tangan melangkah menuju mobilnya. Di dalam mobil, Dipa menatap keluar. Galih tiba-tiba tidak sendiri lagi. Kali ini ada seorang pemuda. Dipa yakin. Pemuda itu berpakaian setelan resmi. Dan tidak lama kemudian, sebuah mobil Mercedes Benz berhenti. Galih masuk bersama pemuda itu meninggalkan basement.

Dipa tidak merasakan kecurigaan. Dia menyalakan mesin mobil dan keluar dari basement. Setelah ini dia harus merebahkan tubuhnya.

***

"Selamat pagi, Ayah ... Mama." Dinda berucap seraya mencium pipi Retta.

"Kafa tidak ikut sarapan?" Tanya Dipa.

"Dia tidur di bengkel."

"Kalian bertengkar?" Dipa langsung bertanya begitu Dinda duduk mulai menyantap sarapannya. "Apa yang kamu lakukan, Dinda? Kamu pasti berulah lagi, kan?"

"Tidak. Siapa yang berulah. Kafa yang menyebalkan membuatku marah!"

"Kamu harus minta maaf—"

"Ayah ini kenapa, sih? Kenapa bela Kafa? Harusnya Ayah menegur Kafa!"

"Ma...."

"Sudahlah, Ma. Paling-paling bentar lagi juga dia kembali ke rumah. Lupakan saja."

Dinda menyelesaikan sarapannya. Dia berangkat kerja seperti biasa. Oh ... Sejujurnya dia merindukan pelukan malam suaminya. Dinda masuk ke dalam ruangan dan menemukan Beno disana. Lelaki itu tampak kebingungan.

"Apa yang sedang kau cari?" Dinda bertanya sambil meletakkan tasnya diatas meja.

"Laporan keuangan dua tahun lalu. Saya ingat meletakkannya di laci sebelum pergi bersama Pak kafa."

Kening Dinda berkerut dalam. "Laporan keuangan dua tahun lalu?" Dinda berupaya mengingat lalu ingatannya muncul. "Oh ... Kemarin sekretaris Pak Galih kesini. Dia bilang pergi ke ruang Arsip untuk meminjam laporan keuangan dua tahun lalu namun arsip itu ternyata dipinjam olehmu. Aku pikir kau tidak membutuhkannya karena didalam laci. Jadi aku memberikannya."

Beno memasang wajah sedih. Dia menjatuhkan diri di kursi.

"Apa aku melakukan kesalahan?"

"Tidak. Oh ... Biarkan saja. Saya perlu menemui pak kafa." Beno kembali berdiri melangkah masuk ke dalam ruangan Kafa.

***

Malvin mengemudikan mobilnya menuju alamat yang dia dapatkan dari hasil penyelidikan. Malvin yakin alamat ini hanyalah gedung tua. Namun dia harus datang sendiri untuk memastikan. Dan benar saja....

Fake Marriage [Season 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang