Bab 27 | Cara Yang Salah

241 44 2
                                    

Sudah hampir dua minggu berlalu sejak kejadian malam itu dan Kafa tidak pernah pulang dan berkali-kali Dipa bertanya pada Dinda. Dinda enggan menjawab dan malah berbalik bertanya pada Dipa.

"Kenapa Ayah tidak menanyakannya sendiri pada Kafa?"

Dipa tidak bisa membiarkan semua ini terus berlarut-larut. Apalagi sikap Kafa yang belakangan jarang ke kantor. Beno hanya menyampaikan bahwa Kafa akan ke kantor jika ada hal penting yang harus ditangani. Sedangkan setelah peluncuran produk baru. Penjualan setiap bulan terus saja menunjukkan kenaikan yang signifikan.

Selama ini juga, tidak ada tanda-tanda dari pergerakan yang membahayakan perusahaan. Apa permainan Adi sudah selesai?

Dipa jadi tidak bisa berkonsentrasi. Dia harus bagaimana? Sisa saham 12% sudah diberikan atas nama Dinda. Dan pernikahan Kafa dan Dinda, tidak ada kemajuan sama sekali.

Bima sendiri juga tidak melakukan hal-hal yang mencurigakan. Dia terlihat santai saja. Mengenai kasus Bimbim. Pihak kepolisian masih terus menyelidikinya.

Menghela napas, Dipa benar-benar dibuat pusing.

***

Giyo mengetuk pintu beberapa kali sampai Kafa mendongak menatapnya kemudian kembali menekuni berkas diatas meja. Setelah diberi persetujuan dengan tatapan, Giyo masuk.

Jam dinding menunjukkan pukul 7 malam. Perlahan Giyo meletakkan cangkir berisi teh herbal. "Diminum dulu, bos."

Kafa hanya mengangguk.

Giyo merasa cemas dengan kondisi Kafa. Sudah dua minggu ini Kafa selalu berada di bengkel. Mengurus sesuatu di kantor kemudian keluar untuk membantu saat bengkel ramai-ramainya atau jika ada orang yang menginginkan rekomendasi perihal otomotif.

Lingkar mata panda terlihat jelas dibawah kelopak mata. Giyo tidak pernah melihat Kafa seperti ini.

Menyadari Giyo masih berdiri didepan mejanya, Kafa mendongak. Wajahnya terlihat murung, lelah dan kerutan di keningnya begitu dalam. "Ada apa? Kau bisa pulang."

"Bos tidur disini lagi? Kenapa tidak tidur dirumah saja?"

"Kenapa tiba-tiba begitu cerewet?"

Giyo menelan ludah. Dia memang sudah siap mendapatkan omelan, itu setimpal dengan rasa keingintahuannya. "Habis sudah dua minggu bos disini? Tidak dicari istri, bos?"

Kafa diam memandang Giyo membuat pemuda itu merasakan keresahan dihatinya. Giyo ingin berbalik dan keluar dari ruangan namun dia mengurungkan niat itu demi mendapatkan informasi kenapa bosnya tidak pulang dan dalam kondisi mengerikan seperti ini.

"Bukan urusanmu. Pergi sana!" Kafa kembali menunduk menekuni berkas.

Kali ini Giyo menyerah saja. Dia langsung berbalik dan menutup pintu dari luar.

***

Dinda menangis diatas tutup closet. Sore ini tamu bulanannya datang. Apa mungkin karena itu emosinya naik turun sampai membuahkan perdebatan tidak berguna dengan Kafa? Sampai membuat lelaki itu kesal terhadap dirinya dan memilih untuk menghilang?

Cukup kesabaran Dinda selama dua minggu ini. Dia akan mencari tahu dimana Kafa dan membalas dendam karena sudah menghindarinya selama dua minggu.

Bergerak menghapus air matanya. Dinda bertekad kuat dan tidak menyerah. Dia bangkit berdiri melangkah cepat keluar kamar mandi, mengambil ponsel serta tas nya diatas tempat tidur, saat berbalik Dinda terkejut sejenak.

"Mamah? Bikin Dinda kaget saja!"

Retta melangkah masuk duduk di tepi tempat tidur mau tak mau Dinda ikut duduk sambil memeluk tasnya. "Kamu mau kemana?" Mata Retta melirik tas diatas pangkuan Dinda.

Fake Marriage [Season 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang