Bab 16 | Berdua Pergi ke Paris

270 45 1
                                    

"Aku sudah menyampaikan semua penyelidikikan Beno pada Arsa. Dia ingin kau tidak ikut campur lagi."

Tidak ikut campur? Bagaimana kalau sekarang dia bercerai saja? Kenapa semuanya menjadi tidak karuan begini?

Kafa memijit pelipisnya saat terdengar ketukan pintu dan seketika pintu terbuka. Beno muncul sambil membawa tablet mendekat. "Ada apa?"

"Maaf, Pak. Besok jadwal anda untuk ke Paris."

"Paris? Kenapa aku harus ke Paris?"

Beno berdeham. "Menghadiri pernikahan Pak Revan."

"Astaga! Revan ...." Kafa semakin kuat memijit pelipisnya yang berdenyut nyeri.

"Ini waktunya minum obat juga, Pak. Saya akan ambilkan air." Beno langsung berbalik melesat keluar ruangan.

Rasanya Kafa ingin menyerah.

Hidupnya dulu memang sangat susah, tapi tidak sesusah sekarang.

Kafa ingin bebas seperti dulu.

Menutup wajahnya frustasi. Kafa mendengar pintu terbuka dan berkata. "Sehari saja. Beli tiket pulang pergi. Malam ini kita berangkat."

"Berangkat kemana?"

Bukan suara Beno, Kafa menurunkan kedua tangannya. Dinda berdiri didepan Kafa dan Beno berdiri tidak jauh di belakang Dinda membawa segelas air.

"Kau ingin berangkat kemana?"

Mata Kafa melirik ke belakang Dinda. "Aku harus menghadari pesta pernikahan temanku di Paris."

"Kau punya teman di luar negeri?"

"Tentu saja." Kafa menjawab cepat menatap Dinda. "Memang kenapa? Apa tidak mungkin aku memiliki teman di luar negeri."

"Kaf?" Dinda memandang Kafa menyelidik. "Kalau minggu kemarin ke London karena urusan pekerjaan, aku bisa maklum. Tapi, teman di luar negeri. Aku tidak yakin. Apa itu hanya alasanmu saja? kau sering menghilang dan muncul tiba-tiba. Aku jadi penasaran, kau ini sebenarnya sedang melakukan apa? Main petak umpet? Bagaimana kau bisa menyelesaikan masalah ini jika terus kabur?"

"Pertanyaanmu membuatku pusing." Kafa menggerakkan tangannya meminta Beno mendekat membawa gelas berisi air. Dengan cepat Kafa menelan obatnya dan menatap Dinda kembali. "Kuingatkan sekali lagi. Berhenti ikut campur. Itu saja."

"Aku sudah memikirkannya semalam."

Nada bicara Dinda berubah, mencuri perhatian Kafa. Lelaki itu meminta Beno keluar ruangannya.

"Apa yang sudah kau pikirkan?"

"Semua ini. Aku sudah mengatakan pada Bima, bahwa pernikahan kita adalah hanya pernikahan kontrak selama enam bulan, dimana kita menikah untuk membuat saham milikmu dan sisa saham diatas namakan Bima."

Kafa menautkan kedua tangannya dibawah dagu, apa yang dibicarakan Dinda menarik perhatiannya. "Lalu? Apa reaksi Bima?"

"Beberapa hari lalu, saat aku berbicara mengenai kedatangan Bima kerumah sakit, ternyata saat itu dia mendapatkan email dan paket mencurigakan."

Wajah Kafa berubah serius, dia diam menunggu Dinda menyelesesaikan kalimatnya.

Dinda menceritakan semuanya dan mengeluarkan jam tangan miliknya yang hilang saat kecelakaan ada noda darah disana, dibungkus plastik.

"Tadi Bima memberikan ini kepadaku. Seperti yang kau katakana padaku dirumah sakit saat itu, Bima tidak terlibat dengan semua ini. Jika dia terlibat, berarti ada seseorang yang menjebaknya."

Kafa mengambil jam tangan miliknya yang dibungkus plastik.

"Aku sudah memutuskan untuk mengatakannya pada Paman Arsa tentang pernikahan ini."

Fake Marriage [Season 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang