Taxi yang membawa mereka mulai memasuki jalanan kampung yang sepi walau lampu rumah menyala tapi tidak ada seorangpun yang berlalu lalang di jalan atau didepan rumah. Bima merasakan firasat buruk. Dia mengambil ponselnya dan melihat tidak ada jaringan di sini.
Sial!
Harusnya dia menghubungi polisi lebih dulu.
Bima menoleh, Dinda tampak tenang. Nyali Bima menciut seketika. Apa dia kalah dengan Dinda yang seorang perempuan?
"Apa masih jauh, Pak?" Dinda bertanya, wajahnya tidak menunjukkan kegelisahan atau ketakutan.
"Kalau menurut Map sebentar lagi, Bu. Ngomong-ngomong, Ibu sama Bapak kenapa ke daerah itu, ya? Apa kalian pasangan selingkuh cari tempat sepi."
"Kalau mau selingkuh langsung saja ke hotel, kenapa harus ke tempat yang sepi!" ceroros Dinda kesal. Kenapa supir taxi kepo dengan urusan penumpangnya.
Taxi mulai melewati jalan bergelombang tidak diaspal sampai dari dalam taxi mereka bisa melihat gedung tua itu. Sebenarnya tidak terlalu tua, menurut informasi yang dicari Bima, gedung itu kosong dua tahun lalu. Begitu Taxi berhenti Bima langsung menyelesaikan pembayaran dan turun. Dinda melihat taxi yang mereka kendarai mulai tak terlihat.
"Sebaiknya kau tunggu disini saja, Din." Bima berbalik menghadap Dinda namun pandangannya menilai sekitar. Ada ada beberapa penerangan. Rumput-rumput tinggi membuat gedung terlihat menyeramkan.
"Aku ikut!" Dinda bahkan berkata sambil melangkah menuju pintu besi didepan mereka.
Keduanya akhirnya masuk. Bima menyalakan lampu senter pada ponselnya memberikan penerangan untuk mereka, namun belum sampai banyak melangkah tiba-tiba ruangan itu seketika berubah terang, menyilaukan Bima dan Dinda. Sontak mereka memejamkan mata.
"Akhirnya kalian datang!" seru suara berat terdengar keras memenuhi ruangan.
Bima membuka mata terlebih dahulu lalu tertegun dengan pemandangan yang dilihatnya. Banyak sekali orang yang mengelilingi mereka. Apa sekarang mereka dikepung?
"Kalian pergilah! Lakukan tugas kalian, kalian membuat tamu kita takut." Bima segera menoleh ke sumber suara. Seorang lelaki muncul dengan topi bisbol hampir menutupi separuh wajahnya, lelaki itu menyesal rokoknya dan menghembuskan asapnya tinggi-tinggi. Dengan santai berjalan mendekati Bima dan Dinda. "Seingatku akanada satu tamu, kenapa sekarang ada dua tamu?"
Bima refleks bergerak ke depan Dinda saat lelaki itu mulai mendekati Dinda.
"Aku kesini untuk mengetahui alasanmu ingin membuatku menjadi janda!" seru Dinda lantang, Bima mengumpat dalam hati. Dinda masih saja tidak berubah, langsung to the point. Dinda bergerak mendekati lelaki itu.
"Jadi kau istri Kafa? Cantik juga. Apa ini jebakan?" lelaki itu beralih menatap Bima. "Kau sengaja mengajak perempuan ini datang kesini?"
Bima hendak membuka suara namun didului oleh Dinda. "Aku sendiri yang menginginkan datang kemari."
Sebelah alis lelaki itu terangkat. Dia menoleh kesamping menatap anak buahnya, hanya dengan tatapan mata, dua orang datang dan masing-masing langsung mencengkeram lengan Dinda.
Bima berteriak. "Mau apa kalian?!"
"Tenang-tenang!" Lelaki itu segera mengangkat kedua tangan menahan Bima. "Dia akan dibawa ke tempat yang aman."
Berbeda dengan Bima yang langsung bereaksi. Dinda tampaknya terlihat tenang. "Kalau kau ingin menjadikanku umpan Kafa, itu tidak akan berhasil," hardik Dinda penuh percaya diri.
Lelaki itu menyeringai. "Aku akan cari aman. Tidak akan ada kejadian seperti di sinetron. Tenang saja."
Bima sedikit tenang, dia mengangguk menatap Dinda. "Sekarang katakan padaku!" Bima mulai mencari informasi setelah Dinda dibawa pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Marriage [Season 1]
RomanceUpdate setiap hari sabtu ^.^ *** Baca di Karyakarsa lebih dulu https://karyakarsa.com/adhwaaeesha/series/fake-marriage-27633 *** Terjebak dalam pernikahan palsu.... Adinda bertekad untuk membantu Bima-lelaki yg dia cintai, mendapatkan kembali hakny...