"Aku akan mengantar Dinda pulang," Bima mengutarakan isi hatinya begitu meja makan sudah dibersihkan.
"Kenapa? Disini ada Kafa. Biarkan dia yang mengantar." Pandangan Nenek Wira bergantian memandang Kafa dan Dinda. "Kafa adalah calon suami Dinda. Sudah sepatutnya Kafa yang mengantar Dinda, kan?"
"Dinda datang bersamaku. Jadi aku yang akan mengantarnya pulang." Bersikeras, Bima kini sudah beranjak berdiri dan langsung meraih tangan Dinda menariknya berdiri. "Aku akan memastikan dia sampai dirumah dengan selamat."
"Bim, sudahlah." Akhirnya Dinda membuka suara. Dia tersenyum memandang Bima yang nampak cemberut. "Tidak apa. Aku baik-baik saja."
"Kalian belum saling mengenal."
"Kami akan saling mengenal." Kali ini Kafa bersuara seraya berdiri, dia mulai melangkah mendekati Bima dan Dinda. "Setelah menikah kami akan semakin dekat. Hanya tinggal beberapa hari sampai hari H pernikahan."
"Apa?"
Kafa merespon keterkejutan Dinda dengan menaikan sebelah alisnya. "Aku akan tunggu di mobil." Sengaja, Kafa segera melangkah keluar rumah, sebelum dia pergi tadi, pandangannya dan Bima saling bertemu.
Sejujurnya Kafa tidak membenci Bima walau keluarga Bima sudah memperlakukannya dengan buruk. Kafa benar-benar berniat meninggalkan hubungan dengan keluarga Hartanto. Dia akan bersabar, paling tidak enam bulan ke depan.
***
Dinda mengetuk kaca mobil. Didalam mobil, Kafa langsung membuka kunci pintu dan mempersilahkan Dinda masuk. Tanpa mengatakan apapun, Dinda mengenakan sabuk pengamannya lalu mobil segera melaju keluar halaman rumah keluarga Hartanto.
"Kau menyukai Bima."
"Tidak."
"Tidaknya seorang perempuan adalah Ya."
"Kau sok tahu."
"Semua orang bisa melihatnya, dan aku tebak, Bima yang tidak bisa melihatnya."
"Setelah seminggu menghilang, kau jadi banyak bicara."
"Aku hanya menyesuaikan diri."
"Kau memakai mobil pelangganmu? Terakhir kali kau membawa pickup buluk berwarna biru."
Kafa tertawa.
Dinda menoleh terkejut. Baru kali ini dia mendengar tawa Kafa, mengerikan. Itulah kesan pertama yang dia tangkap dari tawa Kafa.
"Jangan tertawa. Tawamu mengerikan. Diam saja seperti biasanya." Dinda mendumal sendiri seraya memfokuskan diri pada jalanan.
Tawa Kafa sontak berhenti. Dia mencengkeram kemudi mobil dengan kuat. "Kau begitu memperhatikanku. Hitunganmu tepat. Seminggu aku menghilang."
"Kau mau kabur?"
"Tidak. Malah sebaliknya. Aku sudah mendapatkan izin menikah. Minggu depan hanya akan ada akad sakral. Tidak ada pesta pernikahan."
"Kenapa?" Sergah Dinda. Pernikahan impiannya bukan seperti itu.
"Kenapa?" Ulang Kafa. "Jika kau hendak mewujudkan pernikahan impian, kau salah memilih mempelai pria. Kau bisa melamar Bima sekaligus mewujudkan impianmu."
"Kau gila?! Aku tidak akan melakukan itu!"
"Aku tahu. Jika kau melakukannya, kau tidak akan disini bersamaku."
Dinda mengambil napas dalam, menghembuskannya perlahan. "Kau benar-benar menyebalkan. Bagaimana bisa aku bertahan selama setahun nantinya?"
"Hanya enam bulan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Marriage [Season 1]
RomanceUpdate setiap hari sabtu ^.^ *** Baca di Karyakarsa lebih dulu https://karyakarsa.com/adhwaaeesha/series/fake-marriage-27633 *** Terjebak dalam pernikahan palsu.... Adinda bertekad untuk membantu Bima-lelaki yg dia cintai, mendapatkan kembali hakny...