BAB 7 | Bima

394 63 9
                                    

Haiii ... kaget saya update pagi ini? hahaha

Karena besok saya mau iring-iring manten, pastinya bakal hampir setengah hari dan selanjutnya capek bla bla bla ... saya memutuskan untuk update sekarang saja hehehe

Hari ini saya hanya akan update 1x ya ... Selanjutnya akan tetap update seminggu sekali, di hari Sabtu....

Untuk kalian yang mau baca lebih awal, silahkan bisa menuju Karyakarsa.

- Kak, kenapa musti update disana? berbayar lagi?

* Hehehe, boleh jujur, untuk nambah cuan, hahaha ... Karena authornim pengacara (Pengangguran Banyak Acara) hahaha, bercanda. Authornim mau cari tambahan uang jajan buat beli paket data, jajan ini itu ... Karena bentar lagi masuk semester baruuuu ... yups, Authornim lanjut sekolah lagi, jadi yah ... intinya, buat nambah uang jajan hihih

Untuk kalian yang mau bersabar, tidak masalah. Authornim konsisten untuk tetap lanjut cerita di wattpad. Untuk Bab spesial, jelas hanya akan di update di Karyakarsa.

Terima kasih sudah menyempatkan membaca cuitan Authornim. 

Selamat membaca, jangan luka tekan vote (karena vote itu gratis) dan tinggalkan komentar kalian untuk bikin authornim tambah semangaatttttttt .....

Sampai berjumpa sabtu minggu depan. Tetap jaga kesehatan teman-teman....

***

Retta tiba dilantai dua, mendapati Dipa berdiri di sisi pintu kamar Dinda. Karena penasaran, dia mendekat.

"Apa yang Ayah lakukan? Bukannya di kamar, mandi. Kenapa disini?"

"Hust." Dipa meletakkan jari telunjuknya didepan bibir. "Ayah sedang mengintip."

Retta menggeleng. "Ayah mendukung hubungan Kafa dan Dinda? Mama tidak menyukai Kafa."

Dipa tertegun mendengar kalimat istrinya. Menghela napas. Dipa membawa istrinya menjauh dari kamar Dinda dan masuk ke dalam kamar mereka. "Kita tidak berhak mencampuri urusan rumah tangga mereka," ucap Dipa.

"Yah, syarat Adi menghancurkan hidup Dinda. Kebebasan Dinda direnggut, Yah. Kenapa Ayah malah menyetujui usulan pernikahan itu? Tanpa saham dari Adi kita masih bisa hidup. Sebenarnya apa yang Ayah rencanakan?"

"Tidak ada. Itu syarat dari Adi. Dinda melakukan itu demi Bima."

Retta mendengus kesal. Dia tahu perasaan putrinya begitu dalam pada Bima.

"Kafa, lelaki baik. Ayah bisa menjaminnya."

Mendengus sekali lagi, Retta enggan menanggapi kalimat Dipa dan memilih keluar dari kamar mereka.

***

Sejak Kafa bergabung di meja makan dan duduk di sisi Mamanya, Dinda terus melempar tatapan kesal pada Kafa. Percakapan mereka di kamar masih terngiang. Dinda benar-benar kesal. Bagaimana bisa ada makhluk seperti Kafa di dunia ini?

"Silahkan dinikmati. Hidangan ini tidak untuk dipandang saja. Anggap sama makan dirumah sendiri." Dipa memecah keheningan.

Retta tampak canggung karena Kafa duduk di sisinya. Apa yang dikatakan Retta pada Dipa benar adanya, dia tidak menyukai Kafa. Retta menghela napas, namun dia harus tetap bersikap selayaknya ibu mertua yang baik. Retta beranjak mengejutkan semua orang, namun dia tidak peduli. Dia mengambil nasi, meletakkannya diatas piring Kafa. "Mau lauk apa?"

"Ma!" Tegur Dinda.

Tidak memperdulikan teguran Dinda, Retta mengambil lauk kemudian meletakkannya diatas piring Kafa. "Mama tidak tahu seleramu seperti apa, tapi semoga makanan ini tidak mengecewakanmu. Lain kali Mama akan masak makanan kesukaanmu."

Fake Marriage [Season 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang