Bab 24 | New Game....

210 36 1
                                    

Menunggu dengan gelisah. Dinda memeluk tubuhnya sendiri di sudut tempat tidur. Dia memang diperlakukan dengan baik disini tadi seiring berjalannya waktu, Dinda mulai gelisah.

Apa yang terjadi diluar sana?

Apa Bima akan membiarkan orang itu menyelakai Kafa?

Bagaimana bila sekarang Kafa terluka?

Menggeleng mengenyahkan bayangan-bayangan buru. Dinda merangkak ke pinggir tempat tidur. Dia turun dan segera mendekati pintu kamarnya yang di kunci.

Ini sudah 1 x 24 jam.

Bima bilang dia akan dibebaskan saat malam peluncuran produk baru dan itu masih dua hari lagi!

Astaga! Apa dia menjadi tawanan disini? Sebenarnya apa yang dibicarakan Bima dengan orang itu?

"Aku akan menjemputmu disini saat malam peluncuran produk baru, Din. Percaya padaku!"

"Apa yang terjadi, Bim? Katakan kenapa orang itu menginginkan nyawa Kafa?"

"Kau tenang saja. Sekarang aku kembali terlebih dahulu." Bima hendak pergi namun Dinda meraih tangan lelaki itu. "Ini cara agar mereka tidak mencelakai Kafa."

"Kau yakin?" tanya Dinda sedikit curiga, entah kenapa perasaannya tidak enak sejak Bima masuk ke dalam kamar ini dan memintanya tinggal disini sampai hari peluncuran produk.

Bima mengangguk menyakinkan Dinda. "Percaya padaku...."

Hendak mengetuk pintu, Dinda mengurungkan niat itu. Melangkah menjauh dari pintu. Rasanya Dinda capek. Dia memilih kembali merangkak menaiki tempat tidur, merebahkan tubuhnya menghadap tembok. Terdiam. Dinda memikirkan semuanya.

***

Begitu pintu lift terbuka, Kafa langsung melangkah menuju ruangan Bima. Beta melihat dari tempat duduknya, dia segera berdiri melangkah mengitari meja untuk menyambut Kafa namun belum sempat dia membuka suara, Kafa sudah meninggikan suaranya.

"BIMA ADA DIDALAM?!"

"I-iya," jawab Beta tergagap.

"BIMA!" Kafa berseru masuk, dia melihat Bima dengan santainya duduk dibalik meja kerjanya.

Semalam setelah Beno kembali membawa laporan, dia menemukan Bima dan Dinda tertangkap kamera CCTV basemant setelah itu, selang beberapa jam kemudian, Bima muncul sendiri dengan membawa mobilnya keluar dari basement.

Melangkah cepat, Kafa mengitari meja Bima dan meraih kerah adik tirinya itu. "KATAKAN KEMANA KAU MEMBAWA DINDA?!"

Bukannya langsung menjawab, Bima melempar senyum liciknya pada Kafa. "Kenapa malah bertanya padaku? Tanya sendiri pada Dinda."

"Nomor ponsel Dinda tidak bisa dihubungi. Jawab saja kemana kau membawanya semalam?!"

Bima mencengkeram tangan Kafa yang berada di kerah kemejanya, menghempaskan tangan itu kuat-kuat lalu berdiri mendorong Kafa menjauh darinya. "Kalian hanya menikah kontrak. Tidak perlu sampai berteriak-teriak seperti itu kepadaku," dengan santai Bima menjawab, hal itu malah membuat kemarahan Kafa semakin menjadi-jadi.

Sekali lagi, Kafa mendekat mencengkeram kerah kemeja Bima dengan kedua tangan.

"Walau kami menikah kontrak, pernikahan kami sah. Aku sudah berjanji untuk menjaganya."

"Lalu kenapa kau malah menjauhinya?!"

Mata Kafa membelalak, dia sedikit tertegun dengan pertanyaan Kafa. "Kau pura-pura baik didepan kami semua nyatanya kau menggunakan Dinda untuk masuk kedalam perusahaan."

"Bu Dinda yang menggunakan Pak Kafa!" Beno berseru keras didepan pintu ruangan Bima yang terbuka. Dia tidak terima jika Kafa difintah seperti ini.

"Keluar!" bentak Kafa namun tetap menatap Bima. "AKU BILANG KELUAR DARI SINI!"

Fake Marriage [Season 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang