Bab 22 | Email ....

215 45 7
                                    

"Saya tidak rela. Lebih baik Pak Kafa hidup melajang seumur hidupnya daripada hidup menderita dengan perempuan yang hanya menggunakannya sebagai alat mendapatkan sesuatu dan menjadi pelampiasan."

Dinda berdiri sedikit jauh dari Kafa dan Beno. Dari tempatnya berdiri, dia memeluk berkas konsep promosi. Peluncuran tinggal seminggu lagi. Dinda menghela napas. Rasanya begitu berat melewati dua hari kemarin.

Setelah mereka sampai dirumah, Kafa langsung menghindari Dinda. Lelaki itu benar-benar memiliki seribu alasan untuk tidak berada dalam satu moment bersama Dinda. Hal itu bukannya menyusutkan tekad Dinda namun malah membuat tekad Dinda semakin kuat untuk mengenal sosok Kafa, mengetahui sebenarnya apa arti dari rasa yang dia rasakan kepada sosok Kafa, orang asing dalam kehidupannya.

Dilihat dari tempatnya berdiri, Dinda menyadari sosok Kafa yang terlihat lebih berwibawa, berkharisma. Bagaimana bahasa tubuh Kafa berbicara dengan orang lain mencuri perhatian Dinda. Apalagi saat lelaki itu ...

Wajah Dinda sontak memerah. Dia mengambil napas panjang, menghembuskannya lalu kembali mengambil napas panjang dan menghembuskannya. Terus seperti itu sampai Dinda merasa perasaannya membalik. Dinda merasa dikucilkan disini, dia dulu sekretaris yang handal berdiri di sisi Pak Adi. Tapi sekarang, tugasnya sudah digantikan oleh Beno.

"Saya, sebagai orang yang sudah lama ikut dengan Pak Kafa, saya tidak rela."

Kalimat yang diucapkan Beno tiba-tiba menarik perhatian Dinda. Lama ikut dengan Kafa.

Bukankah Beno ikut Kafa semenjak lelaki itu menjadi Direktur Utama, kan?

Pertanyaan itu mengusik Dinda. Mendongak, tepat saat itu mereka melakukan kontak mata namun Kafa langsung memutus kontak mata mereka, Dinda tiba-tiba merasa sedih.

Kenapa dia jadi begini?

***

"Hari ini syuting hari pertama untuk iklan baru, Pak." Beno memberitahu Kafa.

Dari tempatnya berdiri, Kafa bisa melihat Bima berdiri di sana dengan Paman Galih serta seorang lelaki. Kafa berusaha mengingat. Sepertinya Beno menyadari kebingungan Kafa. Dia berdeham dan mencuri perhatian Kafa.

"Dia Pak Satya. Sepupu Anda, Pak."

"Oh." Kafa langsung mendekati mereka.

Bima yang lebih dulu menyadari kehadiran Kafa tapi yah, karena tidak terlalu menyukainya, lelaki itu berpaling memilih menjauh. Karena Bima tiba-tiba menjauh, Satya dan Galih baru menyadari kehadiran Kafa.

"Oh, Kafa...." Galih membawa Kafa mendekati Satya. "Kalian belum berkenalan secara resmi, kan? Kenalkan dia Putra Paman, Satya. Direktur Utama dari ST Entertainment."

Kafa mengangguk, Satya tersenyum mengulurkan tangan. "Satya."

"Kafa."

Keduanya melempar senyum.

"Paman masih ada pekerjaan. Kalian mengobrol saja ya." Galih menepuk bahu Kafa beberapa kali lalu melempar senyum pada Satya sebelum meninggalkan studio.

"Dia Erika. Artis yang sedang naik daun," jelas Satya saat sutradara mengakhiri sesi iklan hari ini.

Erika cantik.

Kafa menilai perempuan itu saat berjalan mendekatinya dengan sengaja melempar tatapan menggoda. Rasa-rasanya Kafa sudah kebal dengan tatapan seperti itu, tapi kenapa, saat ditatap oleh Dinda dadanya berdesir aneh.

Cukup, Kaf.

"Erika ... Hei ... kenalkan dia Kafa, sepupuku sekaligus Direktur Utama Hartanto Group." Satya memperkenalkan.

Fake Marriage [Season 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang