Setelah lelah menangis, Alexia duduk di balkon kamar sambil termenung. Alexia tersadar setelah seseorang mengetuk pintu kamarnya.
Tok tok tok
"Sayang, Papa boleh masuk?"
"Masuk aja Pa, gak aku kunci kok"
Papa Alexia masuk dan menghampirinya di balkon kamar.
"Kamu kenapa duduk disini sayang? Nanti masuk angin"
"Bentar aja, Pa. Aku mau liat bintang"
Ayah Alexia duduk di kursi sebelah Alexia. Mereka melihat ke langit yang dipenuhi bintang.
"Kamu rindu dengan Mama ya?" Alexia menganggukkan kepala nya sebagai jawaban.
"Kalian itu sangat mirip, dari wajah hingga sifat yang kalian miliki. Jika mama kamu masih hidup, mungkin kalian akan dikira kakak adik saking miripnya" Tuan Dirga terkekeh kecil.
Alexia menatap Papanya yang masih setia melihat langit, "kenapa papa gak benci aku?"
Tuan Dirga menatap Alexia yang ternyata Alexia juga masih menatapnya. Tuan Dirga tersenyum lalu kembali menatap ke langit, "Karena kamu adalah putri kesayangan Papa, kehadiran kamu sudah sangat ditunggu dan dinantikan kami semua. Kamu tau lixi, betapa bahagianya kami saat kamu hadir di dunia ini"
Alexia menunduk, kembali membendung air mata yang hampir keluar, "gimana kalau ternyata memang aku yang bunuh Mama?"
"Tidak mungkin, Putri papa bukan pembunuh"
Alexia tak dapat lagi menahan air matanya, ia terisak, mengeluarkan segala rasa sesak di dadanya. Kata-kata itu yang sangat ingin ia dengar selama ini, kepercayaan itu yang ingin dia dapatkan, bukannya kebencian dari semua kakaknya.
"Papa akan memberitahu mereka tentang penyakit kamu" Alexia langsung menghapus air mata dan memegang tangan Papanya
"Jangan Pa, aku mohon"
"Mereka sudah keterlaluan lixi"
"Aku mohon Pa, anggap ini sebagai permintaan terakhir aku" Tuan Dirga langsung melihat Alexia dengan tatapan yang menyiratkan kemarahan
"Kalaupun mereka tau, gak akan ada yang berubah Pa, mereka akan tetap benci aku. Jika sikap mereka berubah pun aku rasa itu bukan perasaan yang tulus, itu hanya rasa kasihan dan aku gak suka dengan hal itu"
"Baiklah, tapi papa harap kamu memikirkan kembali semua keputusan kamu"
"Iya, Pa"
Hening sesaat hingga tuan Dirga kembali bertanya, "Apa kamu sudah ingat dimana mama menyimpan semua barang pentingnya?"
"Belum, Pa. Seingatku mama gak pernah ngasih tau dimana tempatnya sama aku"
"Tapi bukankah... Ya sudah tidak apa-apa. Papa keluar dulu ya, kamu jangan terlalu lama disini, nanti masuk angin" tuan Dirga mengusap pucuk kepala Alexia lalu pergi
Alexia kembali menatap langit yang dipenuhi bintang. Terdapat satu bintang yang menarik perhatian Alexia, bintang itu bersinar paling terang di antara bintang lainnya.
"Jika memang benar orang yang sudah meninggal akan menjadi bintang, mungkin bintang itu adalah Mama. Bintang terindah dan tercantik" Alexia tersenyum
Setelah netra nya puas melihat bintang, rasa kantuk menghampiri Alexia. Dia pun memutuskan untuk masuk dan menemui alam mimpinya.
•••
Pagi hari yang cerah, Alexia sudah siap dengan seragam sekolahnya. Alexia berjalan menuju dapur untuk menyiapkan bekal sekolah. Sebelum sampai ke dapur, Alexia berhenti berjalan karena melihat Papa dan semua kakaknya yang tengah sarapan bersama di meja makan.
Saat melihatnya Alexia jadi teringat dengan kenangannya dulu. Disaat Mamanya masih hidup, Mamanya akan memasakkan sarapan untuk mereka semua lalu sarapan bersama. Selalu ada tawa dan rasa hangat di meja makan itu serta segala perhatian kecil dari semua kakaknya. Momen ia bertengkar dengan Haruto karena rebutan masakan ibunya tapi selalu berakhir Alexia yang mendapatkan nya, atau jika Alexia tidak mendapatkannya maka Yoshi yang akan memberikan lauknya kepada Alexia. Jihoon yang selalu menceritakan hal lucu kepada Alexia untuk melihat senyumnya, Jaehyuk yang selalu mengusap pucuk kepalanya, Doyoung yang selalu memanggilnya princess, Mashiho yang selalu memberinya bekal dari buatannya sendiri, dan Junkyu yang selalu saja bangun paling akhir di antara mereka semua.
Alexia hanya bisa tersenyum kecut mengingat itu semua. Sebahagia itulah dirinya dulu karena kasih sayang yang di dapatkan dari keluarganya. Tapi sekarang justru dari keluarganya juga ia mendapatkan luka yang dalam itu. Alexia berharap sebelum kematian menjemputnya, ia dapat mengulang semua kenangan indah itu meskipun sepertinya hal itu sangat tidak mungkin terjadi.
Alexia tersadar dari lamunannya karena panggilan dari Papanya.
"Lixi, ayo sini sarapan sama-sama"
"Gak usah Pa. Aku mau bekal roti aja, nanti sarapan di sekolah" Alexia melanjutkan jalannya menuju dapur dan menyiapkan roti untuk sarapannya di sekolah.
Saat Alexia akan berangkat, tuan Dirga menyuruh Yoshi untuk mengantar Alexia. Hal itu tentu saja ditolak oleh Yoshi dan Alexia, tetapi tuan Dirga terus memaksa mereka berdua untuk berangkat bersama yang akhirnya dengan terpaksa Yoshi menuruti perintah tersebut.
Selama di dalam mobil hanya keheningan diantara mereka berdua, Alexia terlalu takut untuk mengajak kakaknya berbicara. Padahal dulu Alexia adalah orang yang sangat cerewet jika sedang bersama Yoshi. Begitu juga sebaliknya, Yoshi akan menjadi pendengar yang baik dan selalu menunjukkan sisi lembutnya jika sedang bersama Alexia.
Saat sudah sampai di sekolah Alexia, Yoshi tiba-tiba berujar yang membuat Alexia mengurungkan niatnya untuk membuka pintu mobil,
"Gak usah kesenengan Lo karna ada Papa dirumah. Sampai kapanpun pembunuh kaya Lo gak berhak buat bahagia. Turun Lo"
"Kak Yoshi tenang aja, bahagia itu hal yang mustahil bagi aku sekarang. Makasih udah mau nganterin aku kak" Alexia langsung turun dan Yoshi langsung menjalankan mobilnya.
Saat akan berjalan memasuki gerbang sekolahnya, seseorang memanggil Alexia yang ternyata itu adalah Junghwan.
"Dianterin siapa Lo?" Ujarnya
"Kak Yoshi"
"Yah gak sempet ketemu, padahal gue pengen nyapa dia"
"Yuk Hwan, masuk"
Alexia dan Junghwan berjalan bersama memasuki sekolah tanpa menyadari ada sepasang mata yang memperhatikan sedari tadi.
"Mampus Lo hari ini" gumamnya
Tbc
Hayoo siapa tuh yang merhatiin👀
Guys menurut kalian, siapa visual yang cocok untuk Papanya?
Btw, makasih buat yang selalu nyemangatin aku buat update ☺️
Jangan lupa vote dan komen ✨
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not The Antagonist✓
FanfictionAlexia mengira takdir sangat baik padanya dengan memberikan keluarga yang selalu menyayangi dan selalu memanjakan dirinya. Ternyata Alexia salah, takdir hanya ingin ia merasakan hangatnya musim semi sebelum merasakan dinginnya badai. Apakah ini sala...