Bel istirahat telah berbunyi. Alexia sedang duduk di kantin menunggu makanannya dibuat sambil membaca novel kesukaannya. Saat sedang asik membaca, Lili dan teman-temannya datang menghampiri Alexia, melemparkan buku yang sudah sobek tak berbentuk di meja Alexia.
"Tuh buku Lo" ujarnya
Alexia terkejut dan mengambil buku itu. Ternyata itu buku tugasnya yang hilang.
"Kok buku gue bisa ada di Lo?" Tanya Alexia
"Gue lupa ada pr ini juga. Gue liat gurunya ada di kelas lo, berarti Lo juga punya pr ini. Makanya gue ambil waktu Lo dihukum tadi" Lili mengedikkan bahunya
"Oh iya, itu sengaja gue sobekin, soalnya udah gak guna" sambungnya sambil tertawa remeh
Alexia memukul meja dengan keras dan berdiri menghadap Lili,
"Lo apa-apaan sih Li! Lo gak berhak main ambil buku orang, terus Lo rusakin kaya gini!!" Alexia marah, karena perbuatan lili ia jadi dihukum dan usahanya mengerjakan tugas itu sampai larut sia-sia.
Mereka menjadi pusat perhatian karena suara bentakan dari Alexia. Lili mendorong Alexia hingga terjatuh ke lantai. Junghwan yang melihat hal itu langsung berlari menghampiri Alexia dan meninggalkan nampan makanannya.
"Apa-apaan Lo!" Bentaknya
Junghwan menghampiri Alexia dan membawanya pergi dari kantin. Mereka berjalan menuju taman belakang sekolah.
"Jadi ini alasan Lo nyuruh gue pura-pura gak kenal?"
"Gue cuma gak mau Lo jadi kena masalah juga karena berteman sama gue, Hwan"
"Gue gak peduli lix! Apa yang mereka lakuin ke Lo itu udah keterlaluan"
"Tapi gue peduli Hwan!"
Alexia mulai menangis, "Cuma Lo sahabat gue satu-satunya. Gue gak mau Lo juga jadi benci sama gue. Udah cukup Hwan... Udah cukup gue dibenci semua orang. Gue gak sanggup kalau Lo juga ikutan benci gue"
"Gue gak mungkin benci sama Lo lix, Lo sahabat gue, udah seharusnya gue bantu sahabat gue sendiri kalau ada masalah"
"Gimana kalau Lo tau tentang gue dan mama, Hwan? Apa Lo bakalan tetep dukung gue?" Batin Alexia
Junghwan merangkul Alexia dan menenangkannya.
•••
Alexia pulang kerumah dan melihat mobil Papa nya yang sudah terparkir dengan rapi di halaman rumah.
"Aku pulang" Alexia mengatakannya dengan semangat karena senang dengan kepulangan Papanya
"Putri kecil papa sudah pulang? Ayo kemari sayang" sambut papa Alexia
"Aku udah besar, Pa. Bukan anak kecil lagi" Alexia mempoutkan bibirnya sambil berjalan menghampiri papanya
"Hahaha bagi Papa kamu tetap putri kecil kesayangan Papa" Alexia memeluk papanya guna melepaskan rasa rindu.
"Yang lain mana Pa?
"Yang lain belum pulang, cuma ada Yoshi di kamarnya, istirahat habis jemput papa"
Alexia mengangguk, "kalau gitu aku ke kamar dulu ya Pa, mau ganti baju"
"Gimana keadaan kamu?"
Alexia berhenti melangkah dan menatap wajah Papanya, "aku baik-baik aja kok, Pa"
"Kamu beneran gak mau kemoterapi? Papa mohon pikirin lagi keputusan kamu"
"Aku ke kamar dulu Pa. Papa istirahat ya, pasti capek habis perjalanan jauh"
Alexia mengalihkan pembicaraan dan pergi menuju kamarnya. Papa Alexia hanya menatap kepergian Alexia.
Sesampainya di kamar Alexia duduk di kursi belajar sambil memikirkan hal yang sudah terjadi hari ini.
"Ternyata masih ada yang peduli sama gue"
"Gue bersyukur banget Hwanie pulang lagi kesini, gue jadi ada temen lagi"
"Gue juga bersyukur papa gak benci gue kaya yang lain dan selalu dukung gue"
"Apa gue lakuin aja ya kemoterapi itu? Siapa tau ada keajaiban semua kakak gue mau maafin dan nerima gue lagi?"
"Mungkin gue harus pikirin lagi keputusan buat ngelakuin kemoterapi"
Alexia berbicara sendiri, rasanya sedikit menyenangkan setelah berbicara dengan diri sendiri. Tanpa disadari hal itu sudah menjadi kebiasaan Alexia.
•••
Malam hari Alexia sedang mengerjakan ulang tugas yang sudah di robek Lili tadi. Setelah selesai mengerjakan, pintu kamarnya diketuk seseorang.
Tok tok tok
"Papa nyuruh Lo turun makan malam"
Dari suaranya Alexia tau itu adalah Haruto. Saat ingin menjawab, Haruto langsung pergi tanpa menunggu sahutan dari Alexia.
Alexia turun ke bawah dan menuju ruang makan. Disana sudah ada Papa dan semua kakaknya. Alexia duduk di antara Yoshi dan Papanya.
"Makan yang banyak ya sayang, Papa liat kamu makin kurusan sekarang"
"Iya, Pa" Alexia tersenyum karena perhatian kecil dari Papanya
"Kalian itu gimana sih ngurus lixi, kok makin kurus gini adik kalian" ujar Tuan Dirga - Papa Alexia
"Ngapain sih orang kaya dia harus di urus, biarin aja dia ngurus dirinya sendiri" celetuk Haruto
"Haruto!" Sergah tuan Dirga
"U-udah Pa, aku gapapa kok. Ini bukan salah mereka" ujar Alexia
"Emang bukan salah kita, Lagian pembunuh kaya Lo emang harusnya gak usah hidup"
Deg
Hati Alexia bagai teriris mendengar perkataan Haruto.
"HARUTO!" Teriak tuan Dirga
"Pa, udah" mohon Alexia
"Papa tuh kenapa sih belain dia! Pembunuh kaya dia itu gak pantas buat dibela!!" Celetuk Doyoung, lalu pergi dari meja makan diikuti Haruto
Seketika suasana di meja makan menjadi hening. Alexia mati-matian menahan air matanya agar tak keluar. Ia menggigit lidahnya hingga terasa perih, mungkin sudah luka karena kuatnya ia menggigit.
"Puas Lo sekarang? Ini kan yang Lo mau? Lo gak bisa ngeliat rumah ini tenang" Celetuk Yoshi
"Yos-"
"Aku ke kamar dulu ya, Pa" Alexia memotong perkataan Papanya dan langsung pergi meninggalkan meja makan
Air mata Alexia tak dapat terbendung lagi saat memasuki kamar. Ia menggigit bibirnya agar tak terdengar suara isakan. Hatinya sakit, sangat sakit. Dimana keluarganya yang dulu selalu harmonis, selalu menyayangi satu sama lain. Dimana kakaknya yang selalu memanjakan dan menjaganya? Dunia Alexia telah hancur, rasanya untuk bernafas pun ia tak mampu. Luka yang di dapatnya terlalu dalam, harapan nya untuk hidup pun kembali hancur.
"Mungkin takdir memang menginginkan gue pergi dari dunia ini" lirihnya
Tbc
Guys menurut kalian alur nya kelamaan gak?
Siapa disini yang juga suka ngomong sendiri?
Vote dan komen juseyo~😊🙏💕
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not The Antagonist✓
FanfictionAlexia mengira takdir sangat baik padanya dengan memberikan keluarga yang selalu menyayangi dan selalu memanjakan dirinya. Ternyata Alexia salah, takdir hanya ingin ia merasakan hangatnya musim semi sebelum merasakan dinginnya badai. Apakah ini sala...