Chapter 13: bom waktu yang meledak

1.4K 130 28
                                    

"kak Jae nanya mau aku apa?" Semua orang langsung menatap ke Alexia yang menegakkan kepalanya dan menatap mereka satu persatu, "kalian pengen tau mau aku apa?!"

Semua kakaknya menatap Alexia dengan nyalang, tetapi Alexia menatap mereka dengan tak kalah nyalang nya, "heh! Emangnya kalian bakal dengerin aku? Yang ada kalian gak akan bisa menuhin kemauan aku!" Alexia menatap remeh semua kakaknya.

"Aku cuma mau kalian percaya sama aku. Tapi apa?! Jangankan percaya, denger cerita aku aja kalian gak mau. Tapi kalian langsung mutusin kalau aku yang ngebunuh mama!"

"Apa aku sejahat itu di mata kalian?! Apa hanya karena aku yang disana berarti aku pembunuhnya?! Cuma karena aku megang pisaunya berarti aku yang nusuk mama?!"

"Bahkan sekarang kalian marahin aku habis-habisan hanya karena masalah kecil.  padahal aku udah minta maaf dan aku emang gak sengaja ngelakuin nya. Buat apa aku nyakitin kak Haru" jatuh sudah air mata Alexia yang sedari tadi ia tahan.

Alexia kembali menunduk lalu tertawa, "Ha.. Hahahaha.. baiklah kalau emang itu mau kalian, anggap aja aku memang jahat. Cuma aku peran jahat disini. Alexia si antagonis, si pembunuh, si perusak ketenangan rumah. ANGGAP AJA GUE BEGITU SESUKA HATI KALIAN" semua kakaknya hanya terdiam membisu memperhatikan Alexia yang tengah meledak-ledak.

"Aku capek dituduh pembunuh. Mau berapa kali aku bilang bukan aku yang bunuh mama!"

"Kalian pikir aku gak capek apa selalu mencoba mengingat hal yang gak bisa aku ingat! AKU CAPEK! Aku selalu berusaha cari tau siapa yang bunuh mama! Tapi kalian terus-terusan nuduh aku. AKU CAPEK! Kalian selalu anggap aku jahat dan pembunuh! Coba kalian yang ada di posisi aku! Apa kalian mau selalu di anggap salah meskipun gak tau dimana letak kesalahannya?! Aku rasa kalian gak akan sanggup! Kalian selalu bilang aku yang menghilangkan sumber kebahagiaan kalian..."

"EMANGNYA CUMA KALIAN YANG MERASA KEHILANGAN MAMA?! AKU JUGA MERASA KEHILANGAN!" Saat berteriak Alexia tidak menyadari hidungnya yang mulai mengeluarkan cairan merah kembali dan membuat semua kakaknya membelalakkan matanya karena panik.

"Aku emang gak terlalu ingat apa yang terjadi hiks... TAPI KONDISI MAMA SAAT ITU MASIH TERINGAT JELAS DI KEPALA AKU! BAHKAN AKU SELALU TRAUMA SAAT ADA DARAH DI TANGAN AKU! APA KALIAN PIKIR AKU BAHAGIA DENGAN INGATAN ITU!"

Alexia menghapus air matanya dengan kasar, "aku diam bukan berarti aku salah! Jangan pikir aku gak bisa benci kalian juga! Benci aja aku sepuas hati kalian. Tapi saat kebenarannya terungkap suatu saat nanti, jangan harap aku bakal maafin kalian!"

Pecah sudah emosi Alexia yang ia pendam selama ini. Alexia pikir dengan memendam semuanya akan baik-baik saja. Tapi Alexia salah. Dengan memendam, semua rasa itu akan berkumpul menjadi satu dan berubah menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja seperti sekarang ini. Bahkan semua kakaknya pun hanya terdiam menyaksikan ledakan itu. Mereka akhirnya melihat betapa hancurnya adik kesayangan mereka. Begitu banyaknya penderitaan yang Alexia rasakan. Mereka hanya dapat melihat mata Alexia yang menyiratkan akan kehampaan dan keretakan dari hatinya, bahkan mungkin sudah pecah berkeping-keping. Sebuah keputusasaan dan luka yang teramat dalam hingga nyaris membunuhnya. Mereka semua menyadari betapa rapuh dan hancurnya Alexia sekarang, dan merekalah penyebab utama semua itu.

Setelah mengatakan semua isi hatinya, Alexia berbalik lalu kembali mengusap mata dan hidungnya yang berair. Saat menyadari tangannya yang merah karena darah, Alexia menyadari bahwa ia mimisan lagi. Rasa sakit di kepalanya pun mulai terasa kembali dan semakin menjadi. Pandangan Alexia mulai kabur dan memutih. Perlahan badannya tak dapat lagi ia tahan hingga terkulai dan jatuh yang membuat kepala Alexia mengenai pegangan tangga dengan bunyi hantukan yang sangat keras.

"LIXI!!" Sebelum kesadarannya benar-benar hilang, samar-samar Alexia mendengar seseorang meneriaki dirinya hingga akhirnya Alexia kehilangan kesadarannya.

•••

Alexia tersadar dan mencoba membuka matanya secara perlahan, semerbak bau obat-obatan langsung menyambut penciumannya meskipun menggunakan oksigen. Setelah membuka mata, Netranya melihat atap dan dinding yang putih, serta suara monitor yang berbunyi. Sekarang Alexia tau ia berada dimana. Rumah sakit, satu tempat yang sangat familiar untuk Alexia hanya dengan mencium bau obat-obatannya. Alexia masih merasakan sakit di kepalanya, bahkan seluruh tubuhnya pun terasa remuk. Alexia mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang mungkin saja menunggu dirinya meskipun sangat mustahil terjadi.

Cklek

Seseorang membuka pintu ruangan, Alexia langsung memejamkan matanya, ia takut yang masuk adalah kakaknya. Setelah mengingat betapa emosi dirinya, membuat Alexia bingung harus bersikap bagaimana kepada semua kakaknya. Karena itulah ia langsung memejamkan matanya kembali.

"Alexia" ini bukan suara kakaknya. Alexia mengenal suara siapa ini. Alexia langsung membuka matanya perlahan-lahan.

"Eoh, kau sudah sadar rupanya" senyuman langsung terpatri di wajah dokter Kim Bum dan Alexia membalas senyuman itu.

"Dokter, bagaimana aku bisa disini?"

"Kau berjalan kaki sendiri dengan sempoyongan" Dr. Kim mengatakan dengan wajah seriusnya yang membuat Alexia terdiam untuk mengingatnya.

"Hahaha maaf aku hanya bercanda Alexia"

Alexia tersenyum simpul, "syukurlah, jika hal itu benar terjadi. Mungkin keadaan ku sangat kacau waktu itu" Alexia tertawa kecil

Dokter terkekeh, "itu tidak mungkin Alexia. Kau disini tentu saja di antar oleh kakakmu" jawab dokter Kim

"Bahkan semua kakakmu" sambungnya

"Hm, yah. Setidaknya mereka masih mempunyai hati dan mengantarkanku ke rumah sakit"

"No, Alexia. Mereka bahkan menunggu dirimu disini bersama"

"Dokter bercanda kan? Haha, tidak lucu dokter"

"Kenapa aku harus bercanda tentang ini. Aku serius Al"

"..."

"Mereka sedang pulang untuk berganti baju dan kembali menjaga kamu"

"..." Alexia masih terdiam, tak dapat mempercayai perkataan dokter Kim. Tapi ia tau dokter Kim tak mungkin membohongi dirinya.

"Dan satu hal lagi" dokter Kim menjeda perkataannya menunggu Alexia melihat ke arahnya.

Alexia melihat ke arah dokter Kim menunggu perkataan selanjutnya, "mereka sudah tau tentang penyakit kamu" sambung Dokter Kim.

Tbc

Gimana dua chapter nya?
Apakah ngefeel atau tidak?🥲🙈

Semoga ngefeel lah ya teum hehe

Jangan lupa vote, komen and share nya✨

Atapu tomat 🍅

I'm Not The Antagonist✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang