Halo Hola 👋
VOTE JUSEYO
Dah yuk lanjut
~~~
✨ Selamat membaca ✨
~~~Aletta menodongkan pisau ke arah tuan Dirga.
"LEPASIN LIXI, MAS!" Tangan Aletta bergetar karena merasa ketakutan, tapi ia lakukan ini demi anaknya, Alexia.
"Mau ngapain kamu sama pisau itu?! Mau bunuh aku?! Maju, ayo maju kalau kamu berani!"
"Jangan remehin aku ya, mas! Cepat keluarin Alexia. Dia gak bersalah mas, aku mohon jangan sakiti dia hiks.." pegangan Aletta pada pisau mulai melemah karena tangisan dan rasa takutnya. Tuan Dirga yang menyadari hal itu langsung merebut pisau itu dan menodongkan nya di leher Aletta.
Alexia terus-terusan menangis dan mendobrak pintu gudang karena ketakutan dan ingin menyelamatkan ibunya.
"Mama aku takut, keluarkan aku dari sini, aku takut"
"Cepat katakan dimana jika kau tidak ingin anakmu tiada!" Ancam tuan Dirga yang masih menodongkan pisau di leher Aletta.
"Lepaskan anakku!"
"Papa jangan sakiti mama" teriak Alexia dari dalam gudang
"Anak s*alan. Gara-gara kau ini semua terjadi! Mati saja kau di dalam sana!"
"Mas! Lepasin lixi, aku mohon. Aku bakalan kasih tau tapi lepasin dulu lixi mas, aku mohon" Aletta memohon kepada tuan Dirga. Tuan Dirga yang mendengar hal itu langsung menurunkan pisaunya dan menyimpannya di atas meja lalu membuka pintu gudang. Alexia langsung berlari menghampiri ibunya setelah pintu gudang terbuka. Aletta memeluk putri kecilnya dan memeriksa setiap tubuh Alexia apakah ada yang terluka atau tidak.
"Kamu gapapa kan sayang, ada yang luka, nak?" Alexia yang masih menangis hanya bisa menggeleng sebagai jawaban.
"Sekarang cepat kasih tau, dimana uangnya?!" Alexia yang mendengar suara tuan Dirga mengeratkan pelukannya ke Aletta karena ketakutan.
Aletta membisikkan sesuatu ke Alexia, "sayang, kalau mama bilang Lari, kamu langsung lari ya, jangan pernah liat kebelakang, dengerin kata mama" Alexia mengangguk, setelah itu Aletta langsung berdiri bersama Alexia.
"Lari sekarang!" Alexia langsung berlari. Perhatian tuan Dirga langsung terarah ke Alexia, di kesempatan itu dengan cepat Aletta mengambil kembali pisau di atas meja dan menghalangi tuan Dirga yang ingin mengejar Alexia.
"JANGAN SAKITI ANAKKU!" Tuan Dirga dapat mengelak dari pisau yang dilayangkan Aletta. Dengan cepat tuan Dirga merebut pisau itu lalu menusuk tubuh Aletta 3 kali berturut-turut. Tusukan terakhir tepat mengenai dada Aletta.
Alexia yang mendengar teriakan ibunya tanpa sadar berbalik melihat ke arah ibunya. Betapa terkejutnya Alexia, kakinya langsung terasa lemas, di hadapan nya dengan kedua matanya sendiri Alexia melihat ibunya yang ditusuk berkali-kali oleh ayahnya sendiri. Mimpi buruk apa ini, Alexia berharap ia bisa bangun sekarang, Alexia tidak ingin lagi melihat ini.
"AAAAAA!" Teriak Alexia lalu berlari menghampiri ibunya yang sudah terjatuh ke lantai dengan pisau yang masih menancap di dadanya.
Dengan lemah dan kesadaran yang sedikit, Aletta berpesan kepada Alexia, "i-ingat ra-hasia k-kita ya sa-sayang" Aletta menghembuskan nafas terakhirnya. Ia meninggal di pangkuan Alexia.
"MAMAAA HUAAA... Jangan tinggalin aku ma, mama banguuuun hiks, mama buka mata mama, bangun maa hiks aku mohon..." Alexia menangis sejadi-jadinya. Dunia Alexia terasa hancur, ini hari ulang tahun terburuk dalam hidupnya. Alexia harus melihat sendiri kematian ibunya yang sangat tragis. Bahkan pembunuh itu adalah ayahnya sendiri. Bagaimana ia harus melanjutkan hidupnya. Alasannya untuk hidup telah tiada.
"Ini semua gara-gara kamu Alexia! Karena kamu mama kamu jadi mati! Cepat katakan dimana mama kamu menyimpan semua uangnya!"
"Aku gak akan pernah kasih tau papa!" Teriak Alexia
Tuan Dirga yang mulai panik dengan apa yang terjadi merasa bingung harus melakukan apa. Pikiran jahat kembali muncul di kepalanya, ia berniat menculik Alexia karena sepertinya Alexia tau dimana tempat penyimpanan itu. Ia akan menculik dan memaksa Alexia untuk memberitahukannya lalu membunuhnya. Tuan Dirga mengambil meja kecil yang biasanya digunakan untuk tijakan jika ingin mengambil barang di lemari atas, meja itu terbuat dari kayu. Ia memukul kepala Alexia menggunakan meja itu dengan sangat kencang. Alexia yang hendak mencabut pisau dari dada Aletta langsung lemas tak berdaya lalu pingsan dengan kepala yang berdarah dan tangan yang masih memegang gagang pisau akibat pukulan dari tuan Dirga.
Tuan Dirga menyingkirkan tangan Alexia dari gagang pisau lalu mengelapnya dengan sapu tangan yang dibawanya. Lalu ia meletakkan kembali tangan Alexia di gagang pisau itu. Setelah itu, baru saja ia akan menggendong Alexia untuk dibawa pergi, suara mobil yang datang membuat tuan Dirga menjadi semakin panik. Itu pasti anak-anaknya yang lain. Tuan Dirga tidak jadi menggendong Alexia dan kabur seorang diri lewat jendela belakang dan terus berlari. Ia langsung menelpon seseorang untuk menjemputnya.
Para kakak Alexia yang baru saja sampai pergi ke kamar Aletta untuk mengajaknya memberikan kejutan ke Alexia bersama. Melihat kamar Aletta yang kosong mereka langsung menuju dapur untuk mencari Aletta sekalian menyiapkan lilin kuenya. Tetapi betapa terkejutnya mereka melihat keadaan dapur yang berantakan dan penuh akan darah, dan yang membuat mereka lebih terkejut lagi adalah keadaan ibunya yang sudah terbaring tak bernyawa dengan Alexia yang pingsan di atasnya dan tangan Alexia yang memegang pisau di dada Aletta.
"MAMA, LIXI" pekik Jihoon dan menghampiri Aletta dan Alexia. Mashiho mengikuti Jihoon untuk memeriksa dua wanita kesayangannya. Yoshi dan Haruto terduduk lemas melihat keadaan itu. Yang lainnya langsung sibuk menelepon ambulance serta polisi. Mereka panik, tak ada satu pun dari mereka yang tidak menangis, bahkan Mashiho dan Jihoon sekalipun yang tidak pernah terlihat menangis, sekarang menangis tersedu-sedu. Doyoung bahkan memukul dinding karena emosinya.
"Apa yang terjadi sama kalian" tangis Yoshi
"Lix, bangun! Dek!" Jihoon mencoba membangunkan Alexia yang masih bernafas. Jihoon terus memukul pipi Alexia untuk membangunkannya, tetapi Alexia tidak juga bangun.
Beberapa menit kemudian polisi dan ambulance pun datang dan Alexia dibawa ke rumah sakit beserta jenazah Aletta. Alexia dinyatakan koma oleh dokter. Selama dalam perjalanan hingga sampai di rumah sakit, mereka semua hanya terdiam, masih belum bisa menerima kenyataan yang sudah terjadi. Tak lama kemudian tuan Dirga datang setelah dihubungi oleh Jihoon. Dengan wajah tak bersalahnya ia menangis seperti manusia yang paling merasakan kehilangan atas kematian Aletta. Tidak ada penyesalan ataupun rasa bersalah dari tuan Dirga.
Semua kakak Alexia mempercayai bahwa Alexia yang telah menusuk Aletta, tapi karena tidak banyaknya bukti maka Alexia dinyatakan tidak bersalah. Tuan Dirga juga mencabut laporan agar tidak dilakukan penyelidikan lebih lanjut, ia beralasan kepada anak-anaknya bahwa hal ini ia lakukan demi kehormatan keluarganya dan ketenangan Aletta.
Alexia terbangun setelah seminggu koma, setelah diperiksa ternyata Alexia mengalami amnesia akibat trauma. Kakak Alexia pun semakin membenci Alexia, mereka menganggap bahwa Alexia hanya berpura-pura lupa. Tuan Dirga yang mendengar hal itu menjadi sedikit tenang, karena Alexia tidak mengingat bahwa tuan Dirga lah yang telah membunuh Aletta. Tetapi ia juga sedikit frustasi karena Alexia juga melupakan dimana letak penyimpanan uang Aletta. Karena itulah Tuan Dirga bersikap baik kepada Alexia, bagaimanapun caranya ia harus mendapatkan uang itu. Tuan Dirga mengetahui anak-anaknya yang lain menuduh Alexia dan ia membiarkan hal itu terjadi.
Tbc
Agak panjang ygy😌 semoga bisa dimengerti
Dan ini last chapter flashback
Chapter selanjutnya udah gak Flashback lagi hehew 😅😁
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not The Antagonist✓
Fiksi PenggemarAlexia mengira takdir sangat baik padanya dengan memberikan keluarga yang selalu menyayangi dan selalu memanjakan dirinya. Ternyata Alexia salah, takdir hanya ingin ia merasakan hangatnya musim semi sebelum merasakan dinginnya badai. Apakah ini sala...