Halo Hola 👋
Welcome to ending chapter 🤧Ingat! Sebelum membaca vote terlebih dahulu
Komen dan share juga, kan udah ending, apa salahnya menekan vote yang cuma sekali klik.Maaf baru update, karena ada something spesial yang aku buat, liat aja nanti ya di bawah hehew.
Sekian terima Sahi🤖
~~~
✨ Selamat membaca ✨
~~~Sunyi.
Satu kata itu yang mampu menggambarkan keadaan rumah keluarga Dirgantara sekarang. Seminggu sudah setelah kepergian Alexia, tapi rumah itu seperti masih berduka. Bahkan bisa dibilang seperti tak berpenghuni. Gelapnya malam semakin mendukung mereka yang ada di rumah itu untuk semakin berduka.
Semua kakak Alexia berada di kamar masing-masing, dengan pikiran masing-masing. Tak ada lagi senyum yang terpatri di wajah mereka setelah kepergian Alexia. Bahkan mereka jarang berkumpul seperti dulu. Mereka seperti menyibukkan diri dan saling menghindar satu sama lain.
Inilah yang ditakutkan oleh Alexia.
Mereka saling menyembunyikan kesedihan satu sama lain, hingga menghilangkan komunikasi yang baik diantara mereka.
Haruto adalah anak termuda kedua setelah Alexia. Semenjak kepergian adik kesayangannya itu, kesedihan Haruto semakin bertambah. Lukanya kembali basah. Tangisan dalam diamnya selalu terjadi setiap malam sekarang. Seperti saat ini, Haruto berbaring di kasurnya dan menatap langit-langit kamarnya. Perlahan air mata Haruto mengalir tanpa seizinnya. Isakan kecil juga mulai terdengar dari bibirnya.
"Ini mimpi kan, lix? Kok Lo jahat banget sama gue. Hukuman nya berat banget, lix. Apa gak ada hukuman lain selain kepergian Lo?" Lirihnya yang masih menatap langit-langit kamar.
"Lo ngasih Jeongwoo surat, terus kenapa Lo gak ada ngasih gue, lix? Setidaknya itu bisa jadi kenang-kenangan buat gue baca kalau gue rindu Lo."
"Gue makin kesepian, lix. Gak ada lagi temen berantem gue. Sekarang gue mau rebutan lauk sama siapa, lix?"
"Apa gue nyusul Lo aja--"
Tok tok tok
Perkataan Haruto terpotong, dengan cepat ia menghapus air matanya lalu membuka pintu kamar.
Mashiho yang berada di balik pintu itu langsung masuk setelah Haruto membukakan pintu dan mempersilahkannya masuk.
Mashiho memeluk Haruto dan mengelus punggungnya. Haruto yang awalnya terkejut langsung membalas pelukan itu dan menangis sejadi-jadinya.
"Nangis sepuasnya, To. Tapi ingat, ini terakhir kali Lo nangis. Ikhlasin lixi, To. Lo denger kan kata-kata terakhir dia malam itu, jangan nangis tiap malem lagi. Kita bakalan selalu ada buat Lo." Ucap Mashiho menenangkan Haruto.
Haruto hanya dapat menangis tanpa bisa menahannya lagi. Hati Mashiho terasa terenyuh melihat adiknya menjadi seperti ini. Ia tidak tau Haruto serapuh ini. Sifatnya yang blak-blakan dan sulit diatur ternyata hanyalah cara Haruto untuk menutupi kerapuhannya selama ini.
Ketukan pintu kembali terdengar. Pintu kamar Haruto yang memang belum ditutupnya itu melihatkan Yoshi yang berdiri di ambang pintu.
Mashiho melirik ke Yoshi dan mengisyaratkan nya untuk masuk. Yoshi yang mengerti akan hal itu langsung masuk dan ikut memeluk adiknya. Yoshi mendongakkan kepalanya keatas agar air matanya tidak ikut jatuh juga. Ia tidak boleh terlihat lemah di depan adiknya.
Padahal awalnya Mashiho hanya ingin memanggil Haruto untuk makan malam, tetapi melihat mata Haruto yang sembab membuat Mashiho menjadi memeluk dirinya dan berakhir menangis dengan terisak. Yoshi yang ingin menyusul keduanya malah jadi ikutan memeluk Haruto untuk menenangkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not The Antagonist✓
FanfictionAlexia mengira takdir sangat baik padanya dengan memberikan keluarga yang selalu menyayangi dan selalu memanjakan dirinya. Ternyata Alexia salah, takdir hanya ingin ia merasakan hangatnya musim semi sebelum merasakan dinginnya badai. Apakah ini sala...