Chapter 14: nothing has changed

1.3K 122 29
                                    

Hola Hola 👋
Gimana kabar kalian?
Semoga selalu baik ya😊

Seperti biasa sebelum mulai membaca alangkah baiknya vote terlebih dahulu
Jangan lupa komen and share juga.

Sekian terima Sahi
~~~
✨ Selamat membaca ✨
~~~

"Mereka sudah tau tentang penyakit kamu" ujar dokter Kim. Alexia beralih menatap langit-langit ruangan, "biarkan saja mereka tau. Toh tidak akan ada yang berubah, dokter" ucap Alexia.

"Sikap mereka tidak akan berubah. Dan aku gak peduli lagi dengan itu semua. Memang lebih baik aku menyerah aja untuk tetap hidup" lanjut Alexia

"Tidak, Al. Kamu harus tetap berjuang. Bahkan kamu sudah bertahan selama ini dan hal itu merupakan suatu keajaiban. Tuhan masih punya rencana buat kamu"

"Tapi aku capek, Dok. Buat apa aku bertahan lagi. Dulu aku selalu kuat karena ada mama, tapi sekarang mama udah gak ada. Hanya tersisa mereka yang jadi sumber kekuatan aku, tapi apa? Mereka malah mengharapkan kematian aku" air mata Alexia kembali mengalir

"Mungkin dengan kejadian ini bisa membuka hati mereka, Al. Saya melihat bagaimana paniknya mereka saat membawa kamu kesini"

"Haha, kalaupun hati mereka terbuka dan sikap mereka berubah, itu semua mungkin hanya karena rasa kasihan dan simpati. Tidak ada ketulusan di dalamnya, dok" Dokter Kim masih memperhatikan Alexia yang berbicara, "Mau bagaimanapun sikap mereka ke aku. Aku udah gak peduli lagi"

"Saya harap kamu segera menemukan ujung dari permasalahan kamu. Kalau begitu saya permisi dulu. Nanti saya akan kembali lagi untuk mengecek keadaan kamu"

"Terimakasih, Dokter" dokter Kim tersenyum lalu keluar dari ruangan Alexia.

Setelah beberapa menit dengan keheningan, seseorang membuka pintu ruangan Alexia. Karena terlarut dengan pikirannya, Alexia tidak menyadari kehadiran seseorang itu hingga suara kursi yang digerakkan menyadarkan Alexia dari lamunannya.

"Makan" ucap Jihoon, orang yang masuk ke ruangan Alexia.

Jihoon menyodorkan tangannya yang sudah memegang sesendok bubur, siap menyuapi Alexia. Tetapi Alexia langsung mengambil mangkok dan sendok yang berada di tangan Jihoon, "aku bisa makan sendiri" ujarnya dengan datar

"Ya bagus kalau gitu. Gue gak perlu capek-capek nyuapin Lo" balas Jihoon tak kalah datarnya

Sudah Alexia duga, kakaknya tak akan pernah berubah. Mungkin memang benar yang dilihat dokter Kim bahwa mereka sangat panik. Tapi mungkin itu hanyalah rasa takut yang sesaat. Rasa yang sebenarnya hanyalah kebencian, pikir Alexia. Tapi mau bagaimanapun sikap kakaknya terhadap alexia, ia tidak peduli, ia terlalu lelah untuk memperdulikannya.

"Akh! Panas!" Alexia langsung menyuapi bubur itu tanpa meniupnya terlebih dahulu yang berakhir membuat lidahnya melepuh.

Jihoon langsung mengambil mangkok bubur itu kembali dari Alexia, "tck! Lo tuh makan aja gak becus, nyusahin tau nggak. Udah sini biar gue suapin" omel Jihoon

"Aku bisa sendiri"

"Diem. Gue gak mau nambah kerjaan kalau Lo makannya berantakan. Jadi biar gue yang suapin" tegas Jihoon tanpa mau dibantah. Alexia hanya bisa diam dan menuruti perkataan kakaknya itu karena sudah lelah berdebat.

Setelah selesai menyuapi Alexia dan membantunya minum obat, Jihoon mengemasi mangkuk bekas Alexia makan dan kembali duduk di kursi yang berada di samping ranjang Alexia. Jihoon melipat tangannya di dada dan menatap Alexia dengan serius.

"Kenapa Lo sembunyiin penyakit Lo?" Tanya Jihoon

"Aku gak nyembunyiin. Papa tau kok"

"Terus kenapa kita gak di kasih tau?"

"Buat apa kalian tau? Biar bisa bikin pesta kematian gue?" Sarkas Alexia

"Lo harus kemoterapi. Gue udah hubungi Papa, dan dia setuju"

"Tapi aku gak mau"

"Siapa yang bilang Lo bisa nolak?" Alexia menatap Jihoon dengan alis yang menukik tajam.

"Gue gak akan biarin Lo mati gitu aja dan tenang di alam sana. Gue mau Lo hidup dengan penderitaan dan rasa sesal yang besar karena udah ngebunuh mama!" Lanjut Jihoon sambil menatap balik mata Alexia.

Alexia membuang pandangannya karena bingkai kaca yang mulai terbentuk dimatanya. Alexia mengatakan bahwa dirinya tidak peduli lagi dengan sikap kakaknya. Tapi nyatanya itu tetap saja menyakitkan. Sekuat apapun ia menahan air matanya, mereka terus saja berusaha untuk keluar dan membasahi pipi Alexia.

"Tapi kak Ji telat. Aku udah mati dari lama kak. Hati aku udah mati. Raga aku hidup, tapi hati aku mati kak" lirih Alexia

"Mungkin emang itu hukuman yang pantes buat Lo" jatuh sudah air mata Alexia yang sedari tadi ia bendung. Alexia tak dapat lagi berkata-kata. Pada akhirnya ialah yang selalu di anggap salah.

"Mendingan sekarang Lo tidur, istirahat. Biar cepet pulang, gue capek bolak-balik rumah sakit terus" Jihoon berpindah ke sofa panjang dan mengeluarkan laptop untuk melanjutkan pekerjaan kantornya.

Alexia membaringkan dirinya dan bersiap untuk tidur.

•••

3 hari kemudian...

Alexia sudah diperbolehkan pulang. Tapi seminggu kemudian ia harus kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjut mengenai kemoterapi yang akan dilakukannya.

Alexia saat ini masih terbaring di ranjangnya menunggu perawat yang akan membuka infusnya. Selama 3 hari di rumah sakit, kakak Alexia bergiliran untuk menjaganya. Hal tersebut berhasil membuat Alexia keheranan kenapa kakaknya mau menjaga dirinya. Tapi Alexia kembali membuang pikirannya tentang itu, ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak lagi peduli dengan kakaknya. Satu hal juga berhasil membuat Alexia terus kepikiran, yaitu Junghwan, sahabatnya. Selama 3 hari ia masuk rumah sakit dan 3 hari juga ia tak masuk sekolah, kenapa Junghwan tidak ada sama sekali menghubungi dirinya. Apa ada sesuatu yang terjadi kepada Junghwan? Pikir Alexia. Tapi Alexia langsung menepis pikiran buruk itu. Ia akan menanyakan kabar Junghwan saat ia masuk sekolah nanti.

"Selamat pagi, dokter" sapa Jaehyuk saat melihat dokter Kim masuk ke ruangan Alexia membawa perlengkapan medis untuk melepaskan infus di tangan Alexia.

Yang menjemput Alexia adalah Yoshi dan Jaehyuk. Yoshi sedang mengurus administrasi, sedangkan Jaehyuk yang mengemasi barang-barang Alexia.

"Pagi, Jae. Pagi, Alexia" balas dokter Kim, Alexia hanya tersenyum sebagai jawaban.

Setelah selesai melepas infus di tangan Alexia, dokter Kim juga memberikan saran dan perintah yang harus Alexia lakukan demi kesehatannya. Tak lama kemudian Yoshi datang dan telah selesai mengurus segala keperluan administrasi. Alexia pun pulang bersama kedua kakaknya.

Tbc

Ayoo siapa yang kira sikap kakak Alexia akan berubah?

Kalian tidak sepenuhnya salah, tapi tidak sepenuhnya benar juga. Eh gimana sih? Yah pokoknya gitu la hehe

See u di next chapter 👋

Jangan lupa vote nya teman-teman

Atapu tiga ribu💙🤗


I'm Not The Antagonist✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang