4☁️🦒

21 5 0
                                    

Pantaskah hati ini berharap satu kali lagi?
Berharap masih ada satu saja kesempatan
Kesempatan untuk kamu menjelaskan
Setelah itu sudah, kamu bisa pergi selamanya
Pantaskah?
Hati yang sudah banyak berharap, lalu dipatahkan
Dan seterusnya akan selalu begitu
Jadi sudah,
Sudahi semuanya.

Alesa menuliskannya di buku catatan miliknya. Sembari menikmati angin rooftop, sendirian. Ya, Alesa sekarang sedang ada di rooftop siang bolong begini. Kalau sedang sendirian begini, selalu saja teringat Gie. Benar kata Bimo, Alesa mungkin harus menyibukkan diri. Tapi perkumpulan fotografi itu tidak membuatnya sibuk sama sekali. Harusnya ia ikut organisasi lain saja. Selain menyesal karena perkumpulan yang diikutinya tidak msmbuat sibuk, Alesa juga jadi bertemu lagi dengan Jef yang nyebelin.

Alesa kemudian mengeluarkan kamera yang ia taruh ditasnya, memotret apa saja yang ada dipenglihatannya. Alesa tidak jago mengambil gambar, ia hanya suka saja memotret. Menyukai sesuatu bukan berarti harus menguasai sesuatu itu juga kan?. Sama halnya seperti kita menyukai seseorang, bukan berarti kita harus memiliki seseorang yang kita sukai. Begitulah kira-kira.

Setelah beberapa menit Alesa bosan dengan kegiatannya. Alesa kembali melamun. Tadinya selesai kelas Alesa mau langsung pulang, tapi jam segini kalau di rumah pasti hanya rebahan saja. Oh iya, Bimo beberapa hari ini sibuk sekali dengan organisasinya. Harusnya ia pilih organisasi yang sama saja dengan Bimo. Tapi Bimo tidak memperbolehkannya, huuu dasar Bimo pelit.

Beberapa detik kemudian Alesa dikagetkan oleh kehadiran seseorang yang tiba-tiba duduk disebelahnya. Alesa langsung melirik kesamping. Heuh dia lagi dia lagi, batin Alesa.

"Jef kalau tau gue ada di sini tu jangan disamperin. Nanti lo dapet bad day". Ucap Alesa asal.

"Kalau ngomong jangan sembarangan. Lihat lo hari ini gue yang tadinya ngerasa hari gue buruk jadi enggak lagi".

Alesa berdecih, bohong sekali anak itu.
"Emang lo kenapa sampai ngerasa hari lo buruk?".

"Belum bertemu Alesa dari setelah lo ngusir gue sampai baru aja jam dua lebih dua puluh tiga menit. Terus setelah bertemu lo gue jadi happy lagi. I have a good day now".

"Apaan sih Jef, nggak lucu. Naggk usah ngarang".

"Kan lo mah gitu, siapa juga yang ngarang. Serius Alesa".

"Gue nggak percaya, lo cuman lagi bercanda aja".

"Al serius". Jef berusaha meyakinkan Alesa, karena memang benar itu adanya. Alesa sudah membuat Jef uring-uringan karena rindu dengan gadis yang akhir-akhir ini memenuhi pikirannya. Dia ingin melihat wajah kesal Alesa saat ia mengganggunya, padahal ia tak berniat mengganggunya, tapi Alesa nya saja yang merasa terganggu.

"Kenapa si selalu nggak percaya sama gue".

"Karena emang nggak bakal mungkin".

"Ish yaudah deh, yang penting gue nggak lagi bohong".

"Bohong". Alesa tidak akan pernah percaya pada siapa-siapa lagi, sulit untuk dia bisa percaya dengan seseorang. Apalagi seseorang yang baru ia temui selama tiga hari.

"Daripada lo bilang gue bohong terus mending lo ikut gue, mau nggak?".

"Enggak Jef, gue mau pulang. Duluan ya". Alesa berjalan meninggalkan begitu saja Jef yang sekarang ikutan berdiri dan mengejar Alesa. Dari belakang ia merebut tas yang ada digendongan Alesa. Alesa berbalik, menatap Jef tak suka. Yang ditatap hanya menyengir tidak jelas.

Alesa berusaha merebut tasnya yang sekarang ada ditangan Jef. Beberapa kali percobaan masih tak bisa ia dapatkan. Jef mengangkat tinggi-tinggi tas milik Alesa. Ia menaikkan kedua alisnya, meledek Alesa karena ia tak juga berhasil mendapatkan tasnya.

Ruang TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang