Jef dan Alesa pulang dengan membawa belanjaan mereka. Gie menenteng dua tas belanjaan besar, sedangkan Alesa tak membawa apa-apa.
Mereka langsung duduk di sofa setelah sampai.
"Capek ya?". Tanya Jef pada Alesa. Sekarang Alesa duduk dengan kepalanya ia jatuhkan di sofa, ia memejamkan matanya. Alesa tak biasa melakukan hal yang melelahkan seperti tadi, tenaganya terbuang banyak. Keringatnya keluar di seluruh badannya.
Alesa mengangguk. Jef mengambil tisu yang tersedia di meja. Ia mendekatkan diri lebih dekat ke Alesa. Jef mengelap keringat yang bercucuran di bagian wajah gadis itu. Alesa tersentak, ia membuka matanya tanpa mengubah posisinya. Membiarkan Jef melakukan aktivitasnya. Ia malas menolak yang pasti ujungnya nanti mereka akan berdebat. Alesa benar-benar capek. Alesa kembali menutup matanya.
Jef terpaku, ia bisa melihat dengan jelas wajah gadis yang sekarang hanya berjarak beberapa centi meter darinya. Cantik, gumamnya. Alesa tak mendengar gumaman Jef.
Jef masih saja melihati wajah gadis itu tanpa berkedip. Kenapa kamu susah sekali aku gapai?, serapat itu kamu mengunci hatimu?. Sampai aku tak ada celah untuk membukanya tanpa kunci yang sudah kamu buang?. Batin Jef.
Alesa menyadari Jef yang masih saja melihatinya lewat matanya yang sedikit terbuka.
Jef, jangan menatapku begitu. Kamu tidak boleh, hanya Gie yang boleh. Ucap Alesa dalam hati.
"Kamu pasti capek juga, aku ambilin minum dulu". Alesa benar-benar membuka matanya. Tubuhnya hendak berdiri, tapi di cegat.
"Aku aja yang ambil, kamu di sini aja". Tanpa menunggu persetujuan Alesa, Jef berdiri dan melangkahkan kakinya ke belakang.
Jef kembali membawa tumbler besar dan satu gelas.
Jef menuangkan air putih yang sudah ia ambil ke gelas. Alesa hanya memperhatikan pria itu tanpa bicara.
"Minum dulu". Alesa menyodorkan gelas berisi air pada Alesa. Alesa menerimanya dan langsung meminumnya. Terisa sedikit air yang ada di gelas. Alesa menaruh gelas itu di meja setelah ia meminumnya.
"Kamu nggak minum juga?. Atau udah minum di belakang?".
"Belum". Jef menjawab sembari menuangkan air lagi ke gelas bekas Alesa tadi. Meminumnya dengan satai.
Alesa membulatkan mata.
"Jef itu kan bekas aku. Ih kamu jorok"."Kalau bekas Alesa nggak jorok".
"Bukan katamu, kata aku jorok".
"Ehehehe maaf deh. Nggak papa kan Alesa dulu yang minum".
"Terserah deh".
"Kamu laper nggak?. Tadi di mobil cuma makan roti aja. Kamu si aku ajak makan dulu nggak mau. Aku pesen makanan ya sekarang".
"Tadi aku males makan Jef, mau pulang aja capek. Aku nggak mau makan lagi, kamu kalau mau pesen pesen aja. Kamu kan yang belum makan apa-apa. Aku mau tidur".
"Yaudah aku temenin Alesa tidur aja".
"Makan Jef, kamu daritadi belum makan".
"Nggak aku nggak laper. Kirain Alesa mau makan makannya aku mau pesan makan. Ternyata mau tidur aja. Tidurnya di kamar jangan di sini, sakit tidur sambil duduk".
"Yaudah kamu pulang. Masa aku tinggalin kamu sendirian di sini. Campingnya juga nanti malam kan?".
"Nggak, Jef mau di sini aja. Nggak ada orang di rumah".
"Ada mba Marni Jef. Lagian aku udah biasa sendiri".
"Nggak papa Alesa tidur di kamar. Aku di sini aja".
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Tunggu
RomansKepercayaanku sudah dihabiskan oleh satu orang, begitupun cintaku. Cintaku sudah habis kuberikan pada dia. Tapi dia menghancurkannya. Lalu ada orang lain menawarkan rasa percaya dan cinta yang baru. Tapi, dia juga menghancurkannya. cover by @wira.p...