21☁️🦒

14 1 0
                                    

"Al, gimana sama Jeje?. Anak orang jangan digantung lama-lama. Kasian tu anak uring-uringan nggak jelas".

"Gue takut Bim, malu. Gimana gue mulainya?. Gue langsung aja dateng ke Jef?, terus bilang kalau guee,,,,

"Kalau gue apa?". Tanya Bimo, Alesa menggantungkan ucapannya.

"Gue udah cinta belum ya sebenernya sama Jef?. Rasa itu, rasa yang gue rasakan saat bersama Jef apakah rasa cinta juga?".

"Lo seneng kalau sama dia?, pas lo mutusin buat jauh dulu sama Jeje lo kangen?".

"Iya".

"Itu namanya cinta".

"Gue malu bilangnya Bim".

"Ya udah gue suruh Jeje dateng aja ke lo, udah kan membenahi dirinya?". Saran Bimo. Ia ikutan greget dengan hubungan keduanya.

"Eh jangan. Kan gue yang udah janji buat nyamper dia, kasih dia jawaban".

"Ya katanya malu, gimana si".

"Nggak tahu".

"Ah ni ya tiga hari lagi Jeje ulang tahun, belum tahu kan lo pasti?. Lo dateng kerumahnya, kasih kejutan, kasih jawaban".

"Jef mau ulang tahun ya?".

"Iya, ikutin rencana gue, mau nggak?".

"Hmm iya, nanti gue bakal dateng ke dia pas hari ulang tahunnya". Alesa masih tak menyangka saja, ia sudah jatuh cinta pada Jef. Orang yang awal kehadirannya selalu mengganggunya.

"Bagus".

"Gue deg deg an ih Bim, takut. Nggak tahu tiba-tiba takut aja".

"Nggak papa. Itu bagian dari perasaan cinta juga. Lo cuma panik aja karena mau mulai hubungan baru lagi".

Mereka sedang ada di sebuah caffe dekat kampus. Pulang kampus Bimo mengajak Alesa nongkrong dulu sembari nugas.

***
Hari ini, hari ulang tahun Jef. Alesa bersiap untuk datang ke rumahnya. Tak banyak yang ia persiapkan. Hanya satu kue coklat bulat kecil tanpa lilin, dan juga segenap perasaan cinta yang siap untuk ia ungkapkan. Pukul setengah empat sore, Alesa langsung ke rumah Jef sendirian, ia berangkat naik taksi online.

Perasaannya kini campur aduk. Ia gugup, takut, bahagia, semuanya tercampur menjadi satu. Ia membayangkan bagaimana keadaan suasana yang terjadi ketika Alesa sampai pada Jef. Banyak dugaan-dugaan kejadian yang akan terjadi di kepala Alesa. Apakah pada akhirnya mereka akan mengungkapkan rasa cinta satu sama lain?, saling memberikan senyum senang satu sama lain?, memperlihatkan pancaran mata bahagia yang diperlihatkan satu sama lain?. Kata saling yang sekarang membuat Alesa tersenyum pelan.

Diantara kita, sekarang akan selalu ada kata saling ya Jef?. Kamu masih menunggu sampai aku datang kan?. Tunggu aku Jef, aku sedang ada diperjalanan menuju kamu. Dengan kue bulat kecil tanpa lilin, dan cincin dengan awan bentuk jerapah diatasnya yang tak akan aku pernah kembalikan padamu, dengan segala rasa yang hanya aku rasakan saat bersamamu saja. Batinnya.

Kuenya aku pesan yang rasa coklat, aku asal pilih rasanya, karena aku belum tahu rasa kue kesukaan kamu. Aku pilihnya juga yang kecil, karena yang makan kuenya cuma kita berdua aja. Biar langsung habis. Atau nanti kita nggak akan pedulikan kuenya. Kita hanya pedulikan tentang bahagia kita saja, tak pedulikan apapun, siapapun, karena sebentar lagi kita akan bertemu.

Gie, sekarang waktunya aku ucapkan selamat tinggal. Tak pernah tersampaikan, setidaknya ada kata 'selamat' untuk kepergianmu dan kepergian perasaanku untukmu.

***
Alesa sudah sampai di depan rumah Jef. Ia masih berdiri di depan gerbang, beberapa menit di sana, masih belum juga masuk.

"Non, silahkan masuk. Mas Je ada di dalam". Pak satpam mempersilahkan Alesa untuk masuk beberapa kali.

Ruang TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang