24☁️🦒

16 1 0
                                    

Alesa berjalan meninggalkan Jef sendirian, ia berjalan sembari kepalanya menunduk. Sedangkan Jef masih diam mematung di tempatnya. Sepertinya, memang sudah tak ada lagi kesempatan.

***
Di tempat lain Gie sedang duduk di halte depan kampus Alesa. Sudah tiga puluh menit ia menunggu di san, menunggu Alesa keluar kampus. Tiga puluh menit lebih berlalu Alesa tak kunjung datang. Ia berdiri dari duduknya, berniat menghampiri Alesa di dalam kampus. Walaupun ia tak tahu pasti keberadaannya, ia akan mencari di dalam kampus. Baru sampai di depan gerbang kampus, terlihat Alesa dengan kaos polos navy dan celana jeans hitam, beserta tas ransel di gendongannya.

Gie berdiri di tempat dengan bibirnya yang tersenyum menunggu kedatangan Alesa. Di sebrang sana, Alesa juga mengetahui keberadaan Gie, ia ikut tersenyum menyambut kedatangannya.

"Sudah lama menunggu ya?". Tanya Alesa, kini ia benar-benar sudah ada persis di depan Gie.

"Tidak, baru saja sampai". Jawabnya berbohong, dan dengan senyumnya yang belum juga luntur dari bibirnya.

"Pas banget kalau gitu. Ayo pulang".

Alesa berjalan mendahului Gie.

Gie berusaha membuat langkah mereka sejajar. Ia menahan tangan Alesa.

"Tunggu, mau pulang langsung?". Tanya Gie, kenapa Alesa terlihat terburu-buru begitu?, tak maukah dia menghabiskan waktu lebih lama dengan Gie?. Ia seperti sedang gelisah.

"Mau kemana emang Gie?". Alesa balik bertanya.

"Kemana saja, tidak mau ya aku ajak kemana dulu?. Kemana saja, yang penting dengan kamu".

"Eh mau. Iya ayo kita pergi dulu. Gie mau ajak aku kemana?".

Dulu, Alesa tak pernah menanyakan tujuan mana yang akan Gie singgahi saat bersamanya. Dulu Alesa hanya menurut saja. Kemanapun Gie mengajaknya pergi, ia akan sangat senang. Tanpa bertanya apa-apa, asal bersama Gie, Alesa mau-mau saja. Tapi sekarang, kenapa rasanya berbeda?. Tidak semenyenangkan dulu.

"Kemana saja, ayo kita masuk mobil".

"Oke, caw!". Balas Alesa.

Gie menyerngitkan dahi. Tak mengerti bahasa Alesa.

Alesa menyadari raut wajah Gie, ia jadi ikutan bingung.
"Kenapa?". Tanya Alesa.

"Aku tidak mengerti bahasamu. Apa itu 'caw'?".

Ah, Alesa baru sadar. Itu bahasa yang ia dapat dari Jef. 'Caw!', yang artinya 'ayo!'. Alesa terkekeh pelan mengingatnya, mengingat dirinya dan Jef lumayan sering menggunakan kosa kata itu untuk menggantikan kata 'let's go'.

"Itu artinya ayo!, let's go gitu Gie". Jelas Alesa.

"Ah kamu ini ada-ada saja".

"Bukan aku yang ada-ada saja, tapi Jef. Dia yang menciptakan kosa kata lucu itu. Ah, lucu katamu, orang aneh. Gie saja keheranan". Batin Alesa.

Alesa dan Gie berjalan ke mobil Gie terparkir. Setelah Gie membukakan pintu untuknya, Alesa segera masuk ke dalam mobil itu.

***
Ternyata Gie membawa Alesa ke danau yang biasa mereka kunjungi dulu. Alesa mslihat sekeliling danau. Sudah lama ia tak main kesini. Semenjak kehadiran Jef, ia tak pernah datang lagi ke tempat ini.

Mereka kini duduk di bawah pohon besar tanp alas. Hari sudah mulai sore. Tempat yang mereka singgahi sekarang adalah tempat terbaik untuk menyapa senja, ditemani dengan seseorang terkasih.

"Aku rindu juga tempat ini. Alesa masih sering kesini?". Tanya Gie disebelah Alesa.

"Hmm sudah agak lama". Hampir satu tahun yang lalu.

Ruang TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang