26☁️🦒

10 1 0
                                    

Jef masih berjalan membawa Alesa dipunggungnya. Berjalan dengan pelan. Tangan Alesa ia kalungkan dileher Jef. Dengan dengan jelas melihat awan bentuk jerpapah pemberian darinya masih terpasang dengan cantik dijari tengahnya. Bibirnya tiba-tiba tertarik keatas.

"Anak ini lupa untuk membuang cincinnya". Batinnya. Pasti lupa, tak mungkin ia sengaja masih memakai atau menyimpan sesuatu pemberian darinya.

"Mobil kamu dimana?, lama banget". Keluh Alesa, sudah beberapa langkah tapi belum juga menemukan mobil Jef.

"Di depan apotek sebrang sana. Sabar ya, sebentar lagi kita sampai".

"Kalau mobil kamu di sana ngapain tadi kamu tiba-tiba ada?. Kamu ngikutin aku ya?". Alesa menyipitkan mata curiga, tangannya memukul lengan Jef dengan keras.

"Nggak sengaja lihat kamu pas mau masuk mobil. Kamu si kelihatan bengong, jalannya males-malesan, yaudah aku ikutin. Takut kenapa-napa dijalan".

"Kenapa masih peduli si?. Bisa kan dibiarin aja, kamu pulang langsung harusnya. Kamu sok tahu, aku nggak melamun".

"Emang bisa ya aku nggak peduli sama kamu?".

"Udah deh, mending jalannya cepat aku mau pulang".

"Iya Alesa, tuh mobilnya disebrang sana".

"Kepala kamu bau, nggak keramas ya?". Tuduh Alesa tiba-tiba. Ia tak sengaja mencium aroma tak sedap yang seperti ya berasal dari rambut Jef.

"Enggak mandi malah". Jawab Jef seadanya. Baru sadar, sudah lima hari ia belum mandi.

"Ih jorok banget si".

"Ya jorok begini juga karena,,,,," Jef menghentikan kalimatnya yang belum selesai.

"Karena apa?, airnya habis?". Tanya Alesa polos.

"Karena kamu. Nggak tahu aja aku males ngapa-ngapain setelah kejadian buruk diantara kita". Ucapnya dalam hati.

"Iya airnya habis". Ucap Jef asal.

"Emang belum bener juga?. Ibu sama bapak kamu nggak mandi juga selama itu?".

"Kamar mandi kamarku aja yang airnya habis".

"Kenapa nggak mandi di kamar mandi lain si?. Harus banget mandinya di kamar kamu?".

"Iya, soalnya airnya lebih seger".

"Aneh, sama aja".

"Habis ini langsung mandi ya kalau udah di rumah?. Awas kalau nggak mandi".

"Kalau aku nggak mau?".

"Harus mau. Kamu mau jadi orang terbau sedunia?".

"Iya kalau Alesa yang nyuruh aku turutin".

"Bukan karena aku pun harus mandi".

"Enggak mau kalau bukan kamu yang nyuruh".

"Kalau ibu kamu yang nyuruh?".

"Ya tetap tidak mau".

"Aneh, dasar aneh, selalu aneh. Tetap saja menyebalkan".

Jef tersenyum mendengar keluhan Alesa, mendengar Alesa mendumel. Lucu sekali, ia rindu Alesa yang seperti ini, yang mengomelinya karena tingkah anehnya.

Aku suka kamu bilang aku aneh pun. Kalau kamu sudah tak peduli sama sekali denganku baru aku akan sedih. Mengingatkanku untuk mandi juga sebuah perhatian kan?. Walaupun aku tidak pernah tahu isi hati kamu. Apakah kamu benar peduli atau hanya mengingatkan saja.

"Kalau nggak mandi lama kulit kamu kotor, tu rambut kamu banyak ketombe, bau juga. Mandi Jef".

"Iya Alesa. Karena kamu yang menyuruh berarti nanti aku akan mandi, sudah kubilang".

Ruang TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang