Aku tidak tahu mau dibawa kemana oleh Gie. Sudah tiga puluh menit lebih kita tak kunjung sampai.
"Gie mau bawa aku pergi kemana?". Tanyaku.
"Nanti pasti Alesa tahu".
"Jauh ya?, belum sampai juga".
"Iya, masih agak lama. Alesa tidur saja biar tidak capek".
"Nggak mau, mau temani kamu menyetir".
"Serius?, wajahmu sudah mengantuk begitu".
"Serius". Aku mengatakannya sembari menguap. Baru saja aku bilang serius kalau tidak mengantuk. Mulutku tidak bisa bekerja sama, menguap tanpa dicegah. Kita baru pulang sekolah. Jam sembilan dibubarkan karena ada rapat. Tiba-tiba dia mengajakku ke suatu tempat.
Gie disamping Alesa tertawa gemas. Tidak pandai sekali gadis disebelahnya berbohong.
"Ayo tidur. Nanti pas bangun kita sudah sampai".
"Kenapa memaksa?. Kamu mau menculikku ya?". Aku memicingkan mata, curiga kalau Gie mau menculikku.
"Tidak mau aku culik?".
"Hmm mau si. Nggak papa kalau Gie yang nyulik, aku akan senang. Tapi ijin mama dulu biar mama nggak khawatir".
"Hhaaha itu namanya bukan penculikan dong Alesa. Penculikan tidak ada kata izin".
"Ya pokoknya kalau Gie mau culik aku harus izin mama dulu".
"Keras kepala. Aku sudah izin mama kok supaya dijinkan menculik kamu". Ucap Gie bercanda.
"Eh seriusan?. Jangan deh culik aku. Kalau kamu menculikku berarti aku akan selamanya bersama kamu ya?. Aku belum siap deh, kan kita belum menikah".
"Jadi kamu mau aku nikahi, supaya mau aku culik?. Mau menikah denganku?, sekarang?".
"Eh bukan gitu maksudku. Aku masih kecil, enggak mau menikah dulu".
"Jadi kalau sudah besar mau menikah denganku?".
"Tau ah Gie, kenapa malah membahas pernikahan?. Sudah deh, aku mau tidur. Gie nyetirnya yang fokus".
"Berarti kamu tidurnya harus menghadap ke samping kiri biar aku fokus".
"Kok bisa begitu?".
"Biar aku tidak bisa melihat wajahmu, biar fokus. Kalau kamu tidur menghadap kanan aku akan mencuri-curi kesempatan untuk melihat wajah cantik Alesa".
Aku memalingkan wajah. Sudah pasti pipiki merah sekarang.
"Gie jangan bercanda deh".
"Aku tidak bercanda, aku serius".
"Terserah". Aku akhirnya tidur dengan wajahku menghadap kekiri. Kakiku aku angkat keatas kursi mobil. Bisa gila kalau aku terus meladeni omong kosongnya yang menyenangkan.
"Alesa tidur yang nyenyak ya. Jangan mimpikan sesuatu hal yang bukan tentangku, kalau hal itu terjadi mending kamu bangun saja".
Aku melotot setelah mendengar perkataannya.
"Mana bisa begitu Gie?". Aku bertanya sewot. Aku kan tidak bisa mengatur seperti apa mimpiku ketika tidur.Gie malah tertawa melihat reaksi Alesa.
"Yang itu aku hanya bercanda"."Ish dasar. Kamu mau aku tidur tidak?".
"Iya".
"Yaudah ya stop, jangan ngajak aku ngobrol lagi". Pintaku. Gie hanya mengacungkan jempol lalu tangannya beralih ke kepalaku dangan mengacak-acak rambutku. Aku mau marah, tapi yasudahlah nanti aku tidak jadi tidur.
![](https://img.wattpad.com/cover/329334758-288-k178933.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Tunggu
RomanceKepercayaanku sudah dihabiskan oleh satu orang, begitupun cintaku. Cintaku sudah habis kuberikan pada dia. Tapi dia menghancurkannya. Lalu ada orang lain menawarkan rasa percaya dan cinta yang baru. Tapi, dia juga menghancurkannya. cover by @wira.p...