"Jef maaf ya, aku nyuruh kamu di sini cuma buat nemenin aku nangis aja". Ucap Alesa, ia masih ada dipelukan Jef.
"Kenapa minta maaf?, kan memang tugasku menemani kamu selalu. Sedih, senang, bimbang, dan perasaan-perasaan lainnya".
Alesa melepaskan pelukannya
"Kenapa kamu mau melakukan itu?". Tanyanya dengan lirih."Karena aku mencintaimu". Ucap Jef sembari tersenyum tipis, tangannya bergerak mengelap sisa air mata dipipi gadis yang sekarang persis ada di depannya.
"Kenapa kamu mencintaiku?".
"Kamu tanya ke aku?, terus aku tanya ke siapa?".
"Tanya ke dirimu sendiri".
"Karena kamu Alesa".
"Jef, Alesa itu bukan anak baik, bukan anak pintar, bukan anak cantik. Dia biasa saja, sangat biasa, kenapa kamu mencintainya?. Bahkan dia seperti orang bodoh karena selalu menunggu orang yang tak tahu mau ditunggu atau tidak".
"Sudah kubilang, karena kamu Alesa". Kalau Jef mencintainya karena sebuah alasan, mungkin dia bisa saja berhenti untuk mencintainya.
Kalau Jef mencintainya karena cantik?, diluar sana banyak orang yang lebih cantik darinya, sangat banyak. Kalau ia mencintainya karena dia baik?, diluar sana juga banyak yang lebih baik dari Alesa. Tapi Jef tak tahu kenapa alasan dia mencintainya, dia juga tak tahu jawabannya. Jadi, dia juga tak punya alasan untuk berhenti mencintainya. Ada sesuatu yang tak dimiliki siapapun kecuali Alesa, dan Jef tak tahu sesuatu apa yang ada pada dirinya.
"Kamu bisa mencintai orang lain Jef, seseorang yang sama baiknya dengan kamu, yang juga mencintai kamu. Itu akan lebih menyenangkan".
"Tidak mau, aku maunya kamu. Nggak bisa dipaksa Al".
"Kalau gitu kamu sedang menyakiti diri kamu sendiri ya?".
"Pergi dari hidup kamu lebih akan menyakitkan".
"Dicoba dulu Jef".
"Alesa, sudah kubilang aku nggak akan meminta kamu untuk mencintaiku juga. Tapi kamu nggak boleh menyuruh aku untuk berhenti mencintai kamu. Itu diluar kendaliku".
"Sudah larut, kamu pulang". Alesa, selalu menghindari Jef yang membicarakan bahwa dia akan tetap mencintainya.
"Iya aku pulang, kamu juga harus tidur. Masih butuh pelukanku tidak?". Jef sebenarnya tidak mau meninggalkam gadis itu dalam keadaan sekarang. Tapi sudah larut, biarkan saja Alesa tidur sekarang.
Alesa terkekeh mendengar tawarannya.
"Sudah enggak. Makasih, Jef"."Tidak perlu berterima kasih, kan memang bahu ini untuk kamu. Kapanpun, dimanapun kalau kamu butuh aku pasti akan datang".
"Sudah deh, kamu pulang". Ucapnya sembari berdiri, diikuti oleh Jef.
"Iya, aku pulang ya. Bye bye".
"Bye, hati-hati. Maaf udah buat kamu repot". Alesa sebenarnya merasa bersalah karena sudah meminta Jef menemaninya. Dia seharian di kampus, pasti capek. Salahmu juga mengiyakan, pikirnya.
"Siapa juga yang repot. Udah Alesa masuk duluan sana. Langsung tidur".
"Iya, aku masuk dulu".
Alesa berjalan menuju kamarnya yang tak jauh dari dia berdiri sekarang, rooftop dan kamarnya terhubung. Jef melihati Alesa sampai dia benar-benar masuk, setelah itu Jef langsung pulang.
***
Alesa keluar kampus dengan langkah lesu. Mata kuliah hari ini benar-benar membuatnya lelah, pusing, stres. Mana pulangnya sore sekali lagi. Alesa keluar kelas berjalan sendirian. Bimo tak masuk kelas terakhir, tak tahu kemana. Bilangnya mau ambil tugasnya sebentar, tapi malah kebablasan tidak masuk.
![](https://img.wattpad.com/cover/329334758-288-k178933.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Tunggu
RomanceKepercayaanku sudah dihabiskan oleh satu orang, begitupun cintaku. Cintaku sudah habis kuberikan pada dia. Tapi dia menghancurkannya. Lalu ada orang lain menawarkan rasa percaya dan cinta yang baru. Tapi, dia juga menghancurkannya. cover by @wira.p...