10☁️🦒

14 2 0
                                    

Hari libur telah usai. Kini Alesa kembali berangkat kampus. Bimo mengirim pesan tidak bisa jemput, dia tidak akan masuk kelas pertama. Dasar suka bolos. Tak apalah, Alesa akan naik bus saja.

"Ma, Alesa makan di kampus aja ya?. Alesa naik bis, takut telat". Ucap Alesa pada mama yang sedang ada di sofa. Satya sudah berangkat, Alesa tadi tidak ikut sarapan.

"Mama antar aja yuk, kasian Alesa naik bis".

"Emang mama bisa bawa mobil?, bisa bawa motor?".

Mama tertawa kecil, benar juga mama tak bisa mengendarai mobil ataupun motor. Si supir Satya yang selalu mengantar mama kemana-mana, kalau suaminya di rumah ya dengan suaminya.

"Ehehhe nggak bisa".

"Nggak papa Alesa naik bis aja, berangkat ya ma".

"Iya kak, hati-hati yaa. Jangan lupa di kampus harus makan".

"Sipp. Assalamualikum". Alesa memberi salam sembari menyalimkan tangannya.

"Waalaikumsalam".

***
Masih pukul sembilan tapi cuacanya sudah terik begini. Panas sekali, Alesa beberapa kali menyipitkan mata karena terkena sinar matahari yang menyilaukan. Sampai ia sampai di halte, ia duduk di halte tersebut. Tak ada siapa-siapa, hanya Alesa. Di samping ia duduk, ia melihat ada bunga matahari dan satu air mineral. Terdapat secarik kertas di atas bunga matahari itu. Alesa melirik sebentar, kemudian mengabaikannya.

Punya orang ketinggalan kali ya?. Bantinnya.

Beberapa menit kemudian ia mendapat pesan dari seseorang. Alesa mengecek ponsel yang ada digenggamannya. Ternyata dari 'Si pengganggu Jef' begitu nama kontak yang tertera.

Si pengganggu Jef
Sesuatu yang ada di samping kamu, buat kamu
Ambil deh

Hah?, ini orang ngapain si?. Dia yang naruh di sini?, buatku?. Alesa bertanya pada diri sendiri.

Pertama ia mengambil botol air mineral disampingnya. Ternyata terdapat kertas juga yang tertempel. Alesa membaca tulisan itu.

Karena cuacanya panas sekali makannya aku kasih minum buat kamu. Pasti kamu haus. Minum yaaa, nanti kalau kehausan bisa pingsan.

Salam perasaan hangat penuh cinta yang tak habis sampai kapanpun untukmu. Dewa Segalanya.

Begitu tulisan yang tertlis dikertas. Alesa tersenyum simpul, lalu segera meminum air mineral yang diberikan oleh Dewa Segalanya.

"Jef, kenapa bisa tahu aku mau naik bis?. Kenapa bisa tahu aku akan kehausan?. Kenapa kamu melakukan ini?". Alesa bergumam lirih.

Kini matanya beralih pada bunga matahari yang sedikit sudah agak layu. Ia mengambil secarik kertas di atasnya, lalu membacanya.

Kemarin waktu pulang dari rumah kamu aku melihat banyak bunga matahari yang tumbuh dipinggir jalan. Cantik sekali warnanya, aku jadi teringat kamu. Karena kamu juga sama-sama cantik. Oh tidak, bunga matahari yang kupetik kalah cantiknya dengan putri awan ku. Sudah layu ya bunganya?. Di tengah tulisan, Alesa terkekeh pelan. "Senangnya merayu, menggombal. Dasar manusia aneh". Ucapnya dengan lirih.

Alesa melanjutkan membacanya.

Sudah kubilang kan bunga matahari itu cantiknya tidak awet, beda dengan kamu. Akan selalu cantik sampai kapanpun. Sudah ya, kertasnya tidak muat. Oh iya, setelah baca tulisan ini kamu lihat kebelakang, ada orang ganteng berdiri persis di belakang kamu.

Alesa membulatkan mata setelah membaca tulisan itu. Ia perlahan membalikkan badannya. Menebak siapa orang yang dimaksud Jef. Ternyata yang dimaksud 'orang ganteng' adalah dirinya sendiri.

Ruang TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang