19☁️🦒

10 1 0
                                    

Dua hari sejak Jef memutuskan untuk pergi. Sekarang ia sedang ada di ruang perkumpulan fotografi. Ruangan yang tidak besar, bisa dibilang kecil. Ia sendirian di sana, terbaring di lantai, matanya memandang langit-langit ruangan. Perkumpulan fotografi yang semakin lama semakin tak terurus. Anggotanya banyak yang sudah keluar. Hanya tersisa beberapa itupun jarang aktif. Jarang ada kegiatan, jarang kumpul, perkumpulan yang sebentar lagi mungkin akan musnah. Salah satu penyebabnya adalah karena si ketua tak pandai mengurusnya. Mereka juga lebih mementingkan kuliahnya daripada perkumpulan membosankan ini. Yang aktif hanya sosia medianya saja. Masih mending lah mereka masih aktif memasang foto yang mereka jepret di feed dengan caption khas anak indie banget.

Sedari tadi Jef hanya berbaring. Rasa rindunya pada Alesa berkepanjangan sampai hari ini. Rindu yang tak akan pernah berbalas. Rindu yang sekarang ingin segera ia selesaikan sekarang juga. Sebentar lagi rindu itu akan meletus, berserakan kemana-mana, tak ada yang membantu mengatasinya.

Jef mengutuki diri sendiri karena sudah berani-beraninya memutuskan untuk meninggalkan gadis itu. Sekarang lihatlah dampaknya, dia jadi seperti orang sinting. Isi otaknya penuh dengan wajah gadis itu.
Sudah tahu ia tak akan bertemu gadis itu walaupun hanya berpapasan sebentar ketika bertemu di jalan menuju kelas kalau Jef sendiri yang berusaha untuk bertemu dengannya seperti sebelum-sebelumnya. Karena dia pasti menghindar. Kalau sudah begini yang repot siapa?.

Jef mengacak-acak rambutnya frustasi, ia masih terbaring tak berdaya.
"Aarrrghhh gue nggak mau lagi nggak ketemu dia. Gue nggak bisa. Persetan dengan semuanya, dengan rencana nggak masuk alal Bimo. Ya kali gue nggak ketemu dia satu minggu, satu minggu lo bilang Bim?. Sekarang aja gue kaya orang stres. Besok-besok gue stres beneran kali ya".

"Kok bisa Gie kuat ninggalin dia dua tahun lebih. Gie gue tahu lo juga sama kaya gue sekarang, lo disana juga rindu berat sama Alesa. Tapi gue nggak bisa pergi lama-lama dari dia, sedangkan lo bisa. Lo curang". Ucapnya pada diri sendiri.

Jef bangkit dari tidurnya. Tiba-tiba ia mendapat rencana untuk bertemu Alesa tanpa blak-blak an mau bertemu. Kalaupun Alesa menganggap Jef sengaja melakukan rencana itu untuk bertemu dirinya yasudah, memang itu juga faktanya. Jef tak memperdulikan apapun, yang penting ia bertemu gadis yang sudah sangat ia rindukan. Walaupun hanya sebentar, tanpa obrolan, hanya melihat wajahnya sebentar saja, tak apa. Itu akan mengobati rasa rindunya walaupun hanya sedikit.

Jef membuka grup perkumpulan fotografi di ponselnya. Grup yang sangat sepi. Obrolan terkahir ada Jef yang memperkenal Alesa sebagai anggota baru, dan anggota lainnya menyambut seadanya untuk bergabungnya Alesa di perkumpulan.

Jef mengirimkan pesan di grup itu.

Je'
Hi
Hello
Anyong

Sepuluh menit Jef mengirim pesan, tak ada jawaban dari siapapun. Sampai lima belas menit juga tak ada balasan.

Je'
Hey para rakyat-rakyat ku
Dibaca aja pesan gue
Bales dong
Kapten mau ngomong sesuatu

Lily
Apa ada apa ni?. Tumben si tuan

Najma
Hadir tuan
Ada job kah?

Gea
Hadir

Putri
Hadir

Hanya empat anak itu saja yang membalas pesan Jef.

Je'
Kumpul ke ruang kumpul sekarang juga, pokoknya semuanya.

Sasha
Ada kelas tuan. Sorry nggak bisa

Putri
Gue juga lagi nugas

Gea
Bisa aja si gue

Bella
Nggak bisa ni tuan ada kelas. Nanti ya kalau sempet nyusul

Putri
Ada apa si tuan?, nggak bisa di grup aja?

Ruang TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang