5☁️🦒

13 3 0
                                    

"Alesa makasih ya udah temenin Jef belanja. Marsmello nya jangan lupa dimakan, jangan kasih ke Satya. Yang harus makan Alesa aja, oke?". Ucap Jef dalam mobil, sedangkan Alesa sudah ada di luar.

"Iya. Makasih juga". Balas Alesa sembari mengangkat dua tangannya yang memegang plastik. Satu plastik dipenuhi dengan marshmello, satunya lagi snack untuk Satya. Mendekati Alesa, harus mendekati adeknya juga, orang tuanya nanti kalau sudah resmi. Ehehehe.

"Jef pulang ya. Kamu mandi, udah sore".

"Iya udah sana pulang".

"Oke, pulang nih ya. Dadah". Sembari melambaikan tangannya.

"Iya Jef, jalan cepet". Alesa tidak membalas lambaian Jef.

"Iya iya ih, udah ya pulang beneran nih". Jef masih belum juga menjalankan mobilnya.

"Jef ayo mobilnya dibawa jalan".

"Iya iya ini serius mau jalan. Bye Alesa". Jef melambaikan tangannya lagi.

"Bye". Alesa akhirnya membalas lambaian Alesa. Jef terseyum lebar, ia benar-benar pergi dari halaman rumah Alesa. Rupanya menunggu dadah nya dibalas dulu baru mau pulang. Jef aneh dasar.

***
Alesa langsung memasuki rumahnya. Di ruang tv ia melihat Satya dan mama sedang menonton film. Mama menoleh kearah Alesa saat menyadari Alesa mendekat ke Satya dan mama. Alesa ikut duduk di samping mama, mama berada ditengah-tengah Satya dan dirinya. Satya tampak acuh, tak memperdulikan kehadiran kakaknya.

"Alesa pulang sama siapa?".

"Sama temen ma".

"Bimo maksud kamu?".

"Bukan, ada itu temen Alesa". Jawab Alesa gugup. Pasalnya yang mama tahu teman Alesa hanya Bimo saja, pasti mama nanti akan bertanya-tanya kalau yang mengantar dia adalah Jef. Lagian Alesa kenapa bilang kalau ia pulang dengan selain Bimo, harusnya bilang naik gojek saja.

"Ini dibeliin snack buat nonton film. Alesa mandi ya ma". Pamit Alesa, ia ingin menghindari tatapan mama yang meminta penjelasan lebih mengenai teman yang lain selain Bimo.

"Kakak kamu punya temen selain Bimo ya?". Mama yang mengetahui kondisi anaknya yang tidak mempunyai banyak teman ikutan bingung, dan yang selalu mengantar pulang Alesa kan biasanya Bimo.

Satya menaikkan bahu bertanda tidak tahu. Beberapa detik kemudian dia teringat seseorang yang kemarin mengirim pesan kepadanya, bermaksud mencari informasi tentang kakaknya.

"Oh itu kali bang Jeje".

"Bang Jeje siapa Satya?".

"Dia mau ngedeketin Alesa". Jawab Satya santai, matanya masih fokus lada layar televisi.

"Kok Satya bisa tahu?". Tanya mama lagi, Satya juga bingung harus menjelaskannya bagaimana. Jadi ia tunjukkan saja langsung isi pesan Satya dan Jeje.

"Nih mama baca aja". Satya memberikan ponselnya pada mama. Mama segera membaca pesan itu dengan penasaran.

085********* : Hi, Satya ya?

Satya : Iya. Siapa?

085********* : Ini gue, bang Jeje. Temennya Alesa Sat, sebentar lagi pacar

Satya : apasih gajelas lu

085********* : beneran. Mau bantuin abang nggak?

Satya : lu siapa sebenernya anjir?

085********* : gebetannya kakak Satya, baru menurut abang aja si. Intinya abang suka Alesa. Boleh tanya nggak apa aja kesukaan Alesa?. Abang nggak bisa nebak, kakak kamu judes tapi abang suka.

Ruang TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang