Hari ini ada kelas sampai nanti jam sebelas. Sebelum mulai kelas pagi nanti jam sembilan Alesa dan Bimo seperti biasa mampir ke kantin dulu. Mereka hanya memesan dua roti bakar dan dua es teh.
"Al lo udah kenal Jeje kan?, yang tadi malem jemput lo".
"Udah". Jawab Alesa seadanya.
"Seberapa kenal lo sama dia?".
"Sama besarnya dengan biji buah naga". Jawab Alesa acuh.
"Yang bener dong gue serius ni".
"Gue serius Bimo. Ah ralat, sebesar biji anak buah naga".
"Al stop bicara ngawur. Ayo jawab gue, seberapa kenal lo sama Jeje?". Tanya Bimo sekali lagi dengan lebih sabar. Ia sudah terlalu sering mendengar ucapan ngawur Alesa. Kadang ditanggapi kadang juga Bimo bilang Alesa sudah tidak waras. Lebih sering jawaban kedua.
"Iya iya ih, gue cuma kenal namanya aja lah Bim. Orang baru ketemu tadi malem. Lagian kenapa tanya-tanya begitu?".
"Nggak papa si. Lo nggak ada ngobrol gitu?".
"Ngobrol sedikit".
"Jangan-jangan lo bicara yang aneh-aneh ya?. Bicara yang normal-normal aja Alesa". Saran Bimo sama pada hari-hari sebelumnya. Bimo hanya ingin Alesa dapat berkomunikasi dengan baik pada orang-orang.
"Orang gue normal-normal aja ngomongnya".
"Serius ya?".
"Lagian siapa yang aneh?, orang gue normal-normal aja". Jawan Alesa nyolot, tak terima karena Bimo menganggapnya aneh.
"Iya iya percaya. Ayo deh gue ajak lo ketemu Jeje lagi. Mau ikut perkumpulan fotografi kan?, Jeje ketua perkumpulan itu". Jelas Bimo. Alesa membulatkan matanya, agak kaget dengan penjelasan Bimo barusan. Alesa akan bertemu lagi dengan Jef.
"Hah?, serius?".
"Iya serius. Ayo gue daftarin sekarang". Tanpa menunggu jawaban Alesa, Bimo berjalan ke tempat Jeje berada.
"Eh Bim tunggu". Alesa berlari kecil menyusul Bimo yang sudah mendahuluinya.
***
Alesa dan Bimo sudah sampai di ruangan perkumpulan fotografi. Diruangan itu sepi, hanya ada seorang pria yang sedang bergelut dengan kameranya. Ia belum sadar ada dua manusia yang sedang berjalan kearahnya. Beberapa detik kemudian baru pria itu sadar."Hi bro, lama banget nggak ketemu gila". Panggil Bimo sembari tangannya mengisyaratkan Jeje untuk berjabat tangan.
Sedangkan Alesa hanya diam di belakang Bimo."Heleh lo aja jarang banget ke tongkrongan, sok sibuk banget lo". Balas Jeje.
"Sibuk ngurusin tour gue bego. Ah iya ini Alesa yang mau ikut perkumpulan, lo pasti juga udah tahu anaknya". Bimo menarik tangan Alesa agar dia lebih mendekat pada Jeje, tidak malah bersembunyi dibalik punggung Bimo.
"Hi Alesa, kita bertemu lagi. Gue Jefri Guwana, anak manajemen semester lima. Ketua perkumpulan fotografi". Sapa Jeje dengan senyum merekah. Dan memperkenalkan dirinya.
"Hi Jef". Alesa membalas sapaan Jeje seadanya. Tak menyangkan akan bertemu Jef lagi. Mungkin mulai sekarang akan sering.
"Eh ayo duduk aja, kasihan berdiri terus nanti capek".
Mereka bertiga akhirnya duduk di kursi yang ada di ruangan itu. Mata Alesa menyusuri setiap sudut ruangan. Ia pikir akan ada banyak orang di sini, tapi ternyata hanya ada Jeje.
"Oke. Sebenernya nggak ada yang spesial di perkumpulan ini. Kalau misal ada gambar yang menurutnya bagus dan mau dipost diinstagram ya silahkan. Terus kita bakal kumpul kalau misal ada yang pesen kita buat foto prewedd atau nggak yang lainnya. Itu juga jarang si. Anggotanya pun cuma lima belas orang, ada beberapa yang udah nggak aktif. Jadi gimana Al?". Jelas Jeje. Alesa memperhatikannya, lalu mengangguk mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Tunggu
RomansaKepercayaanku sudah dihabiskan oleh satu orang, begitupun cintaku. Cintaku sudah habis kuberikan pada dia. Tapi dia menghancurkannya. Lalu ada orang lain menawarkan rasa percaya dan cinta yang baru. Tapi, dia juga menghancurkannya. cover by @wira.p...