SEPERTI PERJANJIAN, GEMA kembali ke rumah bersama dengan Rafa. Surat pembatalan gugatan telah disetujui oleh kuasa hukum Gala. Masalah mengenai perceraian tak lagi menjadi fokus utama. Kini, setelah memutuskan untuk kembali tinggal, giliran Gema yang dilanda waswas seandainya sang suami hanya berperilaku baik di awal agar dia mau mencabut gugatan.
Berpikiran positif terasa sulit ketika selama ini dia mengandalkan kewaspadaan. Gema tahu, kecenderungan untuk skeptis ini tidak baik. Namun, setelah kembali menapakkan kaki di rumah mereka, dia tak bisa berbohong bahwa masih ada sekelumit rasa khawatir yang membayanginya. Gema perlu berkali-kali mengingat wejangan sang ibu dan juga Naura untuk meyakinkan diri bahwa keputusannya sudah tepat. Dengan pegangan tersebut, dia berusaha menjalani hari-harinya seperti biasa, seperti ketika ledakan masalah yang lalu belum muncul.
Gema ingin menaruh kepercayaan pada Gala. Dan selama seminggu awal ini, secara mengejutkan, dia mulai merasa bahwa tekad yang demikian tidaklah sia-sia. Perilaku tak acuh sang pria masih sedikit terasa. Namun, dibandingkan hari-hari sebelumnya, Gala kini melihatnya, tak lagi hanya menganggapnya angin lalu yang kebetulan ikut mengisi rumah mereka.
Gema melihat perbedaan itu dari perubahan kecil yang dilakukan sang suami. Entah itu menawarkan makan malam di luar bersama Rafa, mengabari ketika dia tidak bisa pulang lebih awal, hingga ikut bersantai di ruang tengah sembari menemani sang putra.
Gala yang dulu takkan repot-repot menawarkan makan malam bersama. Dia takkan punya waktu untuk makan malam di rumah, lupakan saja makan malam di luar. Hal yang sama berlaku untuk perubahan lain, seperti memberi kabar dan juga ikut bersantai dengan Rafa. Gala tak pernah mempunyai waktu untuk itu—atau mungkin, dia memang tidak pernah mencoba untuk meluangkan waktu. Gema tak dibiarkan tahu mengenai kesibukannya. Sekarang, setelah mereka saling bicara, Gala mulai bisa memenuhi kekosongan yang selama ini menganga lebar di benak istrinya.
Pernyataan Gala tentang perasaan khusus itu memang masih sulit diterima—Gema masih sulit untuk percaya pada satu hal ini—tapi, dia mulai yakin bahwa Gala mungkin memang benar-benar peduli. Dia tak sekadar mengada-ngada supaya Gema tetap mau bersanding dengannya.
Contohnya saja sekarang. Sebelum berangkat kerja, Gala menawarkan diri untuk mengantarkan Rafa ke sekolah bersama Gema. Gema sendiri hendak menemui seorang teman yang ingin diberi penawaran untuk ikut merancang rencana bisnisnya. Gala mengantarkan mereka langsung, tidak lagi mengandalkan supir pribadi mereka. Rafa, yang teramat jarang diantar oleh ayahnya, terlihat begitu senang. Dia berceloteh ria sepanjang perjalanan. Mobil yang dikendarai baru terasa sunyi setelah Rafa sampai di sekolah.
Gema tak bisa menahan senyum ketika melihat kelakuan putra semata wayang mereka. Ketika kembali memasuki mobil, dia lantas berujar pada Gala, "Rafa selalu kagum sama kamu. Dia matanya, kamu selalu keliatan hebat. Padahal, aku yang selalu ada buat dia. Tapi, dia malah biasa aja."
Gala kembali melajukan mobil di jalan raya. Dia mengerling sekilas pada istrinya.
"I don't think so. Dari yang kulihat, Rafa malah lebih sayang sama kamu," ungkapnya. "Dia mungkin punya rasa hormat tertentu ke aku. Tapi, dia lebih dekat dan sayang ke kamu. Kalau enggak, dia nggak akan mau ikut kamu pergi dari rumah."
Gema teringat ucapan polos Rafa yang berjanji bahwa dia akan selalu menemani Gema. Senyuman samar menghiasi bibir.
"Bener juga," akunya. "Dia bakal langsung nangis kalau aku tinggal."
"Kebanyakan anak akan begitu. Keterikatan dengan ibu bakal lebih kuat, apalagi anak laki-laki yang masih kecil. Orang-orang bilang, anak laki-laki biasanya lebih dekat sama ibu mereka."
Gema menyandarkan diri pada punggung kursi.
"Well, mungkin. Tapi, kalau ada hukum kebalikan, hal itu nggak berlaku buatku. Soalnya, aku perempuan dan aku deketnya sama ibu, bukan ayah, karena ayah kandungku emang nggak pantas buat dihormati," ujar Gema, mengutarakan fakta yang sama-sama diketahui Gala. Dia menoleh, tiba-tiba terpikir oleh sesuatu. Sebuah pertanyaan lantas meluncur dari bibir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gugat. [END - Telah Terbit]
Любовные романыTelah diterbitkan - tiga chapter akhir dipindah pada platform karyakarsa ** Setelah menjalani pernikahan hampa selama hampir delapan tahun, Gema akhirnya mendapatkan alasan valid untuk mengajukan gugatan cerai pada sang suami, Sagala Caturangga. Ke...