30 ; Saran

53.2K 5.5K 485
                                    

KONDISI IBUNYA BENAR-BENAR membaik. Kondisi kritisnya telah berakhir. Dia sudah mulai pulih dan tidak selemas hari kemarin. Satu hal yang masih enggan dilakukan adalah membicarakan masalah gugatan cerai Gema. Kata sang ibu, dia masih kesal dan tidak ingin kembali terpicu. Gema makin dibebani rasa gelisah karenanya. Santoso, yang berusaha berdiri di tengah-tengah dua wanita keras kepala ini, mencoba menjadi perantara agar komunikasi bisa dijalankan.

Siang itu, Gema kembali datang. Dia membawa Rafa yang kini sedang diculik oleh Panca. Dia dan sang ayah duduk berseberangan di samping ranjang rumah sakit. Ibunya menatap jendela dengan enggan, sementara Gema menahan gelitik emosi yang semakin menguras tenaga.

Santoso menarik napas pelan. Dia memberi tahu istrinya untuk mencoba mendengar Gema, mencoba mendengar penjelasan lengkapnya.

Erina langsung berujar, "Sagala nggak membuat kesalahan fatal. Dia nggak memukuli kamu, selingkuh juga enggak. Tadi pagi aja dia datang buat menjenguk mama. Masalah apa yang mau kamu perkarakan? Sebagai orang dewasa, masa kamu nggak bisa memahami kesibukannya?"

Gema mengembuskan napas pendek. Dia mengangguk, memilih untuk mendengarkan dulu seluruh omongan sang ibu.

"Dari awal kalian menikah, kamu juga udah tau perbedaan status kalian. Orang sekelas Nak Gala nggak akan mudah cinta ke orang, apalagi orang dari level ekonomi yang jauh dari dia. Mama kira kamu udah paham. Dia menghidupi kamu dan menerima kamu sebagai istri aja udah bagus. Kenapa kamu masih mau yang muluk-muluk?" tanya Erina, tidak menyangka. "Ketercukupan ekonomi udah bikin kamu hidup. Sekarang kamu juga udah nggak perlu pontang-panting cari duit. Kenapa kekurangan kecil dari suami kamu aja nggak bisa kamu kompromikan?"

Erina menarik napas pelan. Dia memijat kepalanya yang mulai pening.

"Mama nggak paham sama kamu. Udah dikasih rezeki dan hidup enak tapi masih aja minta lebih. Kamu udah tau gimana perjuangan mama waktu besarin kamu, Najla, dan Panca sendiri. Emangnya kamu mau Rafa ada di posisi yang sama kayak kamu?" Erina menatap Gema lamat-lamat. "Jangan cuma karena mama dan papa kandung kamu memutuskan cerai, kamu juga memudahkan perceraian. Pernikahan bukan untuk main-main."

Gema memandang ibunya sesaat, dia lalu berucap, "Aku nggak bahagia di pernikahan itu."

Erina mengerutkan kening. Dia hendak membalas, genggaman tangan suaminya menahan dia untuk memotong ucapan Gema.

"Aku tau diri, orang semacam Gala nggak akan punya perasaan khusus buat orang kayak aku. Aku bakal tahan semisal Gala tetap suportif dan mau sama-sama mengurus keluarga kami, bukan aku terus yang berusaha sendiri," tambah Gema. "Mama mau menceraikan papa karena kekerasan itu, 'kan? Tapi, sebelum papa mulai mukulin Mama, memangnya Mama nggak sedih? Nggak capek?" Gema membasahi tenggorokannya. "Mama bertahan di pernikahan itu buat aku dan yang lain, tapi nyatanya aku, Najla, sama Panca juga capek lihat kalian bertengkar terus. Kenapa orang yang hubungannya jelas-jelas udah rusak, tetap maksa buat tetap terikat?"

Gema menahan sengatan sakit dalam dada, mengingat rasa tidak menyenangkan pada masa kecilnya.

"Yang bikin aku sedih bukan perceraian kalian, tapi waktu aku lihat gimana rusaknya hubungan kalian, waktu aku lihat berengseknya papa memperlakukan Mama. Selagi ada masalah dengan Gala, aku sebisa mungkin nggak ribut di depan Rafa. Aku mau Rafa tetap punya gambaran ideal tentang orang tuanya. Paling nggak sampai dia gede dan tau bahwa orang dewasa juga punya kekurangan," jelas Gema, pelan-pelan, bernada netral. "Aku mengajukan gugatan cerai karena aku nggak mau terus-terusan hidup di rumah tangga begitu. Mama sekarang ketemu papa. Rasanya gimana? Lebih lega 'kan?"

Gema tersenyum masam.

"Aku pengen juga punya pasangan yang suportif, yang menghargai dan mau berusaha membangun hubungan sama aku. Aku tau, Gala punya banyak kelebihan, apalagi dari segi ekonomi. Tapi, kenapa harus aku terus yang memaklumi? Aku yang harus menyesuaikan dia, tapi nggak pernah sebaliknya. Sampai kapan aku harus terus-terusan ngalah?"

Gugat. [END - Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang