40 ; Kuasa

56.1K 6K 428
                                    

PENUH TEKANAN, ADALAH dua kata yang cukup untuk mendeskripsikan nuansa dalam kehidupan keluarga Caturangga. Sebagai anak pertama yang menanggung banyak tanggung jawab, Gema sudah terbiasa dengan berbagai ekspektasi dan tekanan. Perkumpulan-perkumpulan keluarga sering kali menimbulkan kecemasan tersendiri karena kau seolah harus berlomba-lomba untuk terlihat lebih baik dari sanak saudaramu yang lain. Gema sudah cukup familier dengan hal semacam ini, sampai dia mengenal keluarga suaminya dan dihadapkan pada sederet tuntutan dan ekspektasi orang tua yang super bombastis.

Semua harapan dan ekspektasi tersebut mungkin sepadan dengan biaya yang mereka keluarkan untuk anak-anaknya. Gema teramat paham. Walaupun begitu, rasanya tetap menyesakkan ketika dia melihat para orang tua mendikte anaknya untuk mengikuti jalan hidup tertentu demi memenuhi keinginan pribadi mereka. Gema kira, hanya sang mertua yang terlalu menekan Gala untuk menjadi pengusaha. Kondisi yang demikian ternyata juga berlaku untuk para sepupunya.

Hardana, Atmaja, Hesti, hingga Suryana telah menuntut anak-anaknya untuk meniti karier yang menurut mereka 'ideal'. Kecenderungan tersebut kentara sekali turun dari didikan ayah mereka, Dierja Caturangga, yang terlihat begitu kaku dan keras ketika sudah membahas mengenai kesuksesan anak-anaknya.

Gema melihat sifat tersebut dari cara sang kakek melempar pertanyaan mengenai kesibukan masing-masing anggota keluarga. Setiap orang ditanya mengenai aktivitas yang sedang atau telah mereka lalui. Gema menahan ringis ketika mendengarnya. Dia merasa seperti sedang berada pada rapat evaluasi tahunan.

Suasana makan malam benar-benar jauh dari kata nyaman. Gema mengerling pada suaminya setelah mendengar pertanyaan yang terlontar. Kakek Dierja baru saja bertanya pada Gala mengenai kerja sama perusahaan Limo Development dengan Prasada, perusahaan properti besar dari keluarga Rajendra, badan usaha yang kini dikelola Kiran.

Gema sama sekali tidak tahu mengenai hal ini. Sejak kapan pula teman masa kuliahnya dan sang suami berinteraksi?

Gala menyesap minuman sebelum mulai menjawab. Suaranya terdengar tenang, tanpa siratan khawatir ataupun takut. Dengan jelas, dia berujar, "Berita itu memang benar. Bulan kemarin, Prasada sempat mengajukan proposal kerja sama terkait pembangunan tempat perbelanjaan. Kita semua tau, Prasada telah berhasil mengembangkan beberapa tempat perbelanjaan yang menjadi ikon ibu kota. LMT masih belum mempunyai jejak yang baik untuk bidang ini. Kerja sama yang mereka tawarkan juga cukup menjanjikan. Saya menerima tawaran itu berdasarkan beberapa pertimbangan untuk mengembangkan bisnis properti kita."

Gema tidak memahami urusan bisnis yang dikelola suaminya. Namun, penyampaian Gala mengenai hal ini terbilang sederhana. Gema sekalipun dapat memahaminya. Sang suami menerima tawaran kerja sama itu untuk hasil yang lebih besar.

Langkah tersebut bisa menjadi pintu untuk mengembangkan bisnis mereka, seperti yang dikatakan Gala. Gema cukup setuju, berbeda dengan seseorang yang duduk di seberang mereka.

Nareswara tak repot-repot untuk menyembunyikan dengkusan sinisnya.

"Tawaran menjanjikan?" ejeknya. "Bilang aja, lo mau semakin mengontrol perusahaan adik lo dengan nge-acc proposal dari perusahaan rival." Nares sedikit menepuk meja. Dia menoleh pada pria tertua di ruangan tersebut. "Kepemimpinan LMT masih dipegang saya, tapi kakak saya ini mengambil keputusan seenaknya. Saya bahkan tidak dilibatkan. Dia jelas-jelas menghalangi saya buat berinovasi. Kakek masih ingin dia membantu saya?"

Dierja Caturangga memandang kedua cucunya bergantian. Dia kembali menatap Gala lurus-lurus, penuh kalkulasi.

"Kamu benar-benar membuat keputusan sendiri tanpa diskusi dengan Nares?"

Gala menatap adiknya sekilas.

"Berkas dari pihak eksternal selalu sampai di meja direktur utama," terang Gala. "Saya nggak berhak memutuskan ketika dirut masih aktif bekerja dan tidak berhalangan hadir. Berkas proposal dari Prasada diterima dari jauh-jauh hari. Dalam rentang waktu itu, seharusnya dirut sudah membaca dan mereview berkas-berkasnya. Kakek mungkin bisa tanya ke Nares, apa yang dia lakukan selama sebulan terakhir. Sekretaris LMT bilang ke saya, dirut mereka hampir selalu absen pada rapat-rapat penting."

Gugat. [END - Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang