V : Teorema

36 20 1
                                    

| 'mendayun bersama riak gelombang yang tak menentu, ada kita diantaranya'|

________________________

"Bagaimana lukamu?"

"Sekarang sudah baik-baik saja."

Lea mengangguk paham,menyesap kopi hangat favoritnya dengan tenang. Ia saat ini tengah berada di sebuah kafe pinggir jalan,di depannya terdapat pemuda tampan yang tengah menikmati kue stroberi,sesekali manik hitam itu mencuri pandang ke arahnya.

"Berhenti melirikku seperti itu."

Yang di tegur hanya melempar tawa canggung sembari menggaruk tengkuknya yang dipastikan tak gatal.

"Aku hanya tak menyangka,kamu akan menerima ajakan ku,"

Panca menghubungi Lea dan meminta waktunya untuk bertemu secara tiba-tiba, namun tak disangka wanita itu akan bersedia. Ia agak terharu.

"Ini seperti mimpi."

Lanjutnya dengan senyum lembut,onix legamnya memancarkan aura penuh kasih dan tampak memuja,bahkan kata-kata nya terdengar tulus. Lea sampai membeku sejenak, jantungnya berdegup lebih cepat, perutnya seakan penuh kupu-kupu. Perasaan ini sama seperti terakhir kali.

Apa ini? Perasaan apa ini?

Meski Lea bertanya-tanya di benaknya, namun ia sudah cukup dewasa untuk tak menyadari arti dari jantung nya yang berdebar,ia tentu tau dan sudah pernah merasakan perasaan itu. Perasaan saat engkau jatuh cinta. Tapi apakah hatinya terlalu kesepian hingga secepat itu berlabuh?

"Emm...apa aku menggangu mu."

Lea kembali tersadar, segera ia menggeleng kuat menghalau cepat pikiran konyolnya barusan.

"Syukurlah."

Panca tampak lega,meski ia tak tau maksud lain dari gelengan kepala wanita di depannya.

Lea yang sedari awal tak mendengarkan, hanya bisa cengo, ia tampak linglung menatap pemuda yang masih setia tersenyum padanya.

Hampir saja ia kembali terlena dengan senyum itu,sampai notifikasi di handphone nya berbunyi.

Kini wajahnya berubah jelek, menekuk alisnya menatap isi chat dari mantan anak emas di perusahaan nya. Kris masih memberikan tawaran yang sama dengan emoticon smirk di akhir pesan teksnya.

Lea tak ada niatan untuk membalasnya,baginya jawabannya masih tetap sama pula. Ia tak akan sudi menerima pengakuan Kris.

Mengingat tentang Kris, ia lantas mengecek email yang kemarin sempat ia kirim pada penulis Sky. Namun segera ia menghela nafas berat penuh kekecewaan, saat tau email-nya hanya di read oleh penulis itu.

Lea seakan lupa bahwa ada pemuda yang sedari tadi mengamati dengan serius perubahan ekspresinya,mulai dari linglung,kesal hingga kecewa,tak ada yang terlewat.

"Apakah ada yang salah?"

Panca bertanya dengan takut-takut,ia bukannya ingin ikut campur, hanya saja ia khawatir.

"Ah...Oh...maaf mengabaikan mu. Dan tidak ada yang terjadi,hanya masalah kecil."

"Apakah kau tidak kuliah atau kerja?"

Lea berusaha mengalihkan pembicaraan, masalah kerjanya tak ingin dicampur dengan urusan pribadi, untuk masalah penulis Sky ia kesampingkan dahulu dan akan memikirkan cara lain untuk bertemu dengan beliau.

"Aku kuliah di universitas Trisakti jurusan seni musik, namun baru ada kelas sore nanti. Aku juga bekerja di restoran yang sempat kau datangi,namun hari ini sedang cuti ."

Be My Lady [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang