XXVII : Be My Lady

49 10 0
                                    

| ' Asma mu terukir indah disela bebatuan yang tak akan pernah luntur' |

______________

Angin bergoyang bersama dedaunan yang berjatuh, menyelimuti sosok wanita yang tengah berdiri diam dengan seikat bunga di tangannya.

Matanya yang bersinar dibawah sorotan matahari senja, menatap gundukan tanah dengan rerumputan hijau rapi di atasnya. Gundukan itu memiliki nisan berwarna gelap dengan ukuran nama berwarna putih, meski matanya tak meneteskan air asin, namun ada kesedihan di balik tatapannya.

"Ini sudah tahun kelima."

Wanita itu lalu berucap sembari berjongkok, meletakkan buket bunga yang tadi ia pegang ke sisi nisan tersebut.

Ia mengusap ukiran nama yang terpatri jelas dengan lembut, sebelum kembali berujar santai seolah sedang berbincang dengan makhluk yang masih hidup.

"Bagaimana kabarmu tahun ini, aku harap kau baik-baik saja dan nyaman dalam tidurmu."

Ujarnya sembari tersenyum simpul.

Suaranya yang merdu melayang di area pemakaman yang sunyi, menghilangkan kesan horor yang sering melekat pada tempat peristirahatan terakhir ini.

Tring

Sebuah notifikasi dari handphone di sakunya berbunyi, ia lantas meraih dan membuka pesan teks yang baru saja masuk.

Ia terkekeh geli membacanya, setelah mengirimkan pesan balasan, iapun lantas bangkit.

"Aku akan mengunjungi mu lagi. Kris sedang menunggu ku di rumah."

Wanita itu berpamitan sambil terkekeh, kemudian beranjak meninggalkan makam seorang pria yang ia kenal tersebut untuk kembali pulang.

____________

"Maaf tidak bisa ikut menemani mu ke pemakaman."

Seorang pria menyambut Lea didepan pintu apartemen, ekspresi nya menunjukkan penyesalan.

"Aku mengerti, kita bisa mengunjunginya lagi lain kali."

Lea mengangguk paham sambil menarik garis bibirnya keatas.

"Tapi-."

"Rapat mu berjalan lancar kan?"

Lea buru-buru mengalihkan pembicaraan, jika tidak begitu, mereka akan membahas hal yang sama entah sampai kapan.

Pria tersebut lalu mengangguk, namun ekspresinya masih tak juga membaik, memang karena ada rapat yang tiba-tiba diadakan itulah dirinya tak bisa menemani Lea ke pemakaman.

"Syukurlah jika lancar. Dimana Kris?"

Lea lalu melirik kearah ruang TV yang kosong, biasanya sosok yang ia cari itu senang menonton acara kartun sambil memakan banyak camilan.

"Ada di kamarnya."

Lea kemudian mengangguk sembari melenggang menuju kamar yang memiliki nama sang empunya tergantung di daun pintunya, ada stiker katak yang tampak imut menghiasi papan nama tersebut.

Setelah mengetuknya tiga kali, Lea memutar kenop pintu dan melangkah masuk.

Tampak seorang bocah laki-laki tengah tertidur di atas meja belajar, ada buku gambar yang penuh dengan coretan berbentuk kartun katak dengan khas warna hijau.

Entah mengapa bocah ini sangat menyukai makhluk berlendir tersebut.

Lea lantas mengangkat tubuh mungil Kris dan membaringkannya di atas kasur dengan motif yang sama dengan gambar di dinding, tentu saja kartun katak.

Be My Lady [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang