XIX : Aku merindukan mu...

19 11 0
                                    

| ' dimanapun bumi yang ku pijak, langit ku tetap dirimu' |

___________

Keesokannya demam Lea sudah turun, meski demikian ia tak pergi bekerja, karena Kris sudah mengirimkan izin sakitnya pagi-pagi sekali.

Alhasil seharian ia hanya bermalas-malasan di kasurnya atau sekedar duduk santai di sofa sambil menonton acara random di TV, seperti saat ini.

Meski acara yang ia tonton tak ada yang menarik baginya, namun entah mengapa Lea masih setia menatap benda elektronik tersebut dengan wajah serius, seolah-olah ia sedang mendengarkan presentasi pada rapat kerja.

Sreet

Hingga sebuah benda lembut bergerak naik ke pangkuannya, ada bulu tebal dan mata bulat, tengah bersitatap dengan dirinya yang agak terheran-heran.

Kucing?

Ia tak ingat Kris punya hewan berbulu ini sebagai peliharaan, selama dirinya tinggal di sini, Lea juga tak sekalipun pernah melihat makhluk imut ini berkeliaran.

Selagi ia bertanya tanya, sosok Kris datang dari ruang kerjanya.

"Ternyata Elly ada bersamamu."

"En"

Lea mengangguk sebagai jawaban, nama kucing itu ternyata Elly, sepertinya ia betina.

Sambil mengelus Elly, ia bergeser sedikit untuk memberikan ruang bagi Kris yang akan duduk.

"Kapan kau membawanya? Aku tak pernah melihatnya selama ini?"

Tanyanya dengan jujur, Lea benar-benar penasaran.

"Sudah lama. Aku menitipkan Elly pada asosiasi hewan, saat acara pernikahan kita, dan baru sempat menjemputnya kemarin."

Lea lalu mengangguk paham, mereka memang agak sibuk menjelang hari resepsi dan setelahnya, jadi bisa dimengerti mengapa kucing itu baru terlihat hari ini.

"Elly bukan kucing peliharaan ku yang pertama. Bahkan kucing-kucing sebelumnya, juga bernama Elly."

Kris mulai bercerita, sembari melirik kacang kulit yang tinggal seperempat mangkuk di atas meja, dengan telaten ia lantas mengupasnya dan menyerahkan biji kacang yang sudah bersih kepada Lea.

Lea tanpa malu menerimanya dengan hati lapang, meski sedikit berat hati, namun ia berusaha mendengarkan tutur kata suami kontraknya dalam diam.

"Soalnya aku ada janji dengan seseorang, itulah mengapa, sampai berapapun nama yang kuberikan akan tetap Elly."

Kris melanjutkan dengan penuh hikmat.

Ia lalu bertemu pandang dengan mata bulat Elly, tatapannya menyiratkan kalimat yang tak keluar dari tenggorokan.

'ayo tetap seperti ini salamanya'

' keluarga kita! '

Seolah mengerti, kucing itu pun tampak menyahuti dengan meongan yang lucu, Kris menjadi terkekeh dibuatnya.

Duduk berdua bersama Lea, dengan Elly menjadi pihak pelengkap, merupakan mimpinya sejak kecil.

Janji mereka yang kata orang hanyalah omong kosong belaka, kini terpatahkan dengan pemandangan yang menyejukkan mata dan hatinya.

"Aku lapar."

Mengabaikan isi pikiran Kris yang tak ia ketahui, Lea tiba-tiba berujar.

Ia sudah tidak bisa menahan atmosfer aneh yang timbul dari cerita Kris. Rasanya seperti menahan kentut di keramaian, sangat tak nyaman.

Be My Lady [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang