IV : Kali ini benar-benar Takdir

37 20 1
                                    

| 'momorial dari sejarah yang berdebu adalah kunci Pandora' |

_____________________

"Panca kau salah memberikan pesanan!!!"

"Panca itu kopi panas,jangan tambahkan es !!!"

"Panca jangan melamun,dan menghalangi jalan."

Ocehan dan teguran dari rekan kerjanya tak membuat pemuda yang tengah linglung itu tersadar. Sedari tadi ia terus membuat berbagai kesalahan,tak seperti biasanya.

"Sebaiknya kau pulang lebih awal saja, tampaknya kau ada masalah,"

Manajernya kini angkat bicara,melihat kondisi Panca yang tak fokus dan sering melamun.

"Maaf kak."

Hanya dua kata itu yang bisa Panca ucapkan,pikiranya memang sedang tak fokus. Ia terus memikirkan Lea dan pria bernama wanita itu, Kris.
Bertanya-tanya tentang hubungan keduanya.

Setelah pamit dan meminta maaf pada rekan kerjanya yang lain, Panca melangkah menyusuri jalanan yang agak senggang. Dengan kepala tertunduk dan terkadang tersandung bebatuan kecil di trotoar.

Huh,,,dasar pengecut!pecundang!idiot!

Ia mengumpat dalam hati,meratapi dirinya sendiri.

"Bisa saja pria itu adalah kekasihnya,dia tampan dan tampaknya kaya. Ditambah mereka terlihat sangat serasi."

"Beraninya dirimu cemburu, bahkan berharap bisa bersanding dengan dia. Lihat dirimu,sudah tak tampan bahkan hanya seorang mahasiswa yang sibuk mencari uang untuk kebutuhan sehari-hari. "

Lanjutnya dengan gumaman pelan, membandingkan dirinya dengan saingan cintanya, tampak seperti langit dan bumi.

"Julian jangan ke sana!!!"

Teriakan nyaring seorang wanita membuyarkan lamunannya. Ia menoleh pada seorang wanita yang tampak kalang kabut menghampirinya.Ah ralat, maksudnya pada anak lelaki di depan dirinya, bocah itu mengabaikan panggilan ibunya dan hanya fokus mengejar bola yang menggelinding menuju jalan raya.

Tak tinggal diam Panca segera mengejar, jantungnya berdegup kencang dan ia melotot tajam saat tampak mobil hitam mendekat dengan kecepatan sedang.

Brakk

Hantaman tak terelakkan,suara tangisan anak kecil memicu atensi sekitarnya,mobil dan kendaraan lain segera berhenti.

"Kamu baik-baik aja kan?"

Panca bangkit sembari meringis,menepi dari jalan dan menurunkan bocah lelaki yang masih menangis dari gendongannya.

Tampaknya bocah itu tak mengalami luka serius, selain karena kecepatan mobil yang tak terlalu tinggi, Panca juga juga segera merengkuh bocah itu dan menjadikan dirinya tameng saat terjadi tabrakan,hingga bocah itu hanya sedikit syok.

Namun imbasnya kini siku,kepala,lengan dan kakinya sendiri tampak mengeluarkan darah segar.

"Maafkan saya, apakah ada yang terluka?"

Suara agak familiar terdengar khawatir dari belakang, tampaknya ia adalah pengemudi mobil tersebut.

"Julian baik-baik saja,namun tidak dengan pemuda itu."

Sang ibu berujar sembari menunjuk Panca yang tengah terduduk di pinggir trotoar. Segera wanita tadi mendekati pemuda itu,tentu saja ia harus bertanggung jawab.

"Maaf kan saya,apakah anda terlu-"

Wanita itu tak melanjutkan kata-katanya,ia terkejut melihat pemuda di depannya, begitu pun pemuda itu,tak kalah terkejutnya.

Be My Lady [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang