XVI : Feel Blue

21 14 3
                                    


| ' cintaku padamu telah menuntunku ke jurang rasa sakit' |

____________

Tit

Tit

Tit

Alaram weker di atas nakas berbunyi dan bergetar, dengan angka digital berwarna putih menunjukkan pukul 6 pagi.

Sosok yang tadinya tertidur pulas di atas kasur mulai mengerjap,lalu bangkit dan bersandar di headbord setelah menghentikan satu-satunya sumber suara yang berhasil membangunkan nya.

Ia lantas ke kamar mandi untuk sekedar mencuci muka dan gosok gigi di wastafel.

' hari ini masak apa ya?'

Sambil menatap pantulan wajahnya di cermin ia membatin, tangannya setia menggerakkan sikat di mulutnya dengan kecepatan konstan.

"Sup ikan semalam masih ada, tinggal dipanaskan sebentar."

"Hmmm, apa buat ayam bumbu saja sebagai pelengkap?"

Setelah memutuskan menu sarapan pagi ini,ia melenggang keluar dari kamar mandi.

Setelah itu ia menuju lemari untuk mengambil celana panjang, dirinya terbiasa tidur hanya menggunakan boxer, sehingga tak mungkin untuknya keluar begitu saja. Apalagi kini  sudah ada penghuni lain di apartemen nya.

Saat diperkirakan tampilannya sudah rapi,ia melenggang menuju dapur. Namun sebelum mencapai pintu,ia menghentikan langkahnya menatap potret dirinya dengan seorang wanita, keduanya tampak serasi dengan setelan jas dan gaun putih. Tersenyum menghadap kamera, dengan buket bunga soba di genggaman wanita itu.

Ia tak bisa tak tersenyum menatap foto pernikahan nya sebulan lalu, meski hanya sebuah kontrak,namun ia merasa yakin bahwa suatu saat nanti pernikahan ini akan berlangsung lebih lama dari perjanjian yang tertulis.

Ia sangat mempercayai sebuah pepatah yang mengatakan 'cinta timbul karena terbiasa' ,dengan memegang pedoman itu,ia akan membuat Lea terbiasa dengan kehadiran dan perhatiannya, sehingga perempuan itu akan luluh dan melanjutkan hubungan ini seumur hidup.

Memikirkan hal itu membuat ia semakin menarik garis bibirnya tanpa malu-malu, ia lalu segera ke dapur untuk memasak.

Sebulan tinggal satu atap, membuatnya tahu beberapa kebiasaan Lea, salah satunya adalah tak pernah melewatkan sarapan, meskipun wanita itu tak bisa memasak.

Untungnya dirinya terbiasa tinggal sendiri, sehingga memasak sudah jadi kebiasaan dan keahliannya. Lea juga tampak puas dengan setiap masakan yang ia buat.

Kriet

Setelah menyajikan ayam goreng dengan bumbu yang garing dan gurih, juga dua mangkuk sup ikan di meja makan, pintu kamar Lea terbuka. Memperlihatkan sang empunya yang sudah rapi dengan kemeja dan celana jeans-nya, berjalan mendekat.

Buru-buru ia menyapa dan melempar senyum terbaiknya.

"Selamat pagi."

"Pagi."

Lea hanya menyahuti sambil menarik kursi untuk duduk.

Keduanya kemudian makan dengan damai, menyisakan dentingan peralatan makan yang saling beradu.

Namun Kris bisa melihat wanita di seberang tengah mengangguk-anggukkan kepalanya pelan. Jika sudah seperti itu, tandanya makanan ini cocok dengan lidahnya. Kris sangat puas, ia lalu menuangkan segelas jus jeruk untuk istrinya yang dingin itu.

"Terimakasih."

Meski Lea sudah terbiasa dengan perhatian kecil seperti itu,namun ia tak pernah lupa mengucapkan terimakasih.

Be My Lady [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang