XXIII : Cotton Candy

20 12 3
                                    

| protagonis atau antagonis, dirimu yang menentukan peran ku|

______________

Sesuai janjinya tadi, sore itu Lea dan Panca pergi ke toko furniture untuk membeli beberapa perabotan untuk memasak, namun setelahnya bukan hanya peralatan masak, tapi beberapa perabotan lainya juga terbeli.

Hingga mereka baru tiba di apartment pada pukul sembilan malam, untungnya mereka sempat mampir untuk membeli beberapa lauk dalam perjalanan.

"Lea, makan malamnya sudah siap."

Panca yang tengah menata lauk di mini bar dapur, sedikit berteriak untuk memanggil Lea, wanita itu belum juga keluar dari kamarnya.

Ia pun memutuskan untuk mengecek ke kamar, namun anehnya ruangan itu nihil tanpa sosok yang ia cari.

Mungkinkah masih mandi?

Batinya sembari mengetuk pintu kamar mandi yang tertutup, sekali lagi tak ada sautan. Panca pun memutuskan untuk masuk, pintu kamar mandi tak terkunci hingga bunyi 'cklik' menyertai langkahnya.

Benar saja, Lea memang berada di dalam, tetapi wanita itu tengah bersandar di dalam bathtub dengan mata terpejam, tertidur.

Dengan kulit putih bersih yang terekspos di bawah air hangat, menyebarkan sedikit rona kemerahan yang tampak cantik.

Rambut setengah basahnya tergerai indah, berserak menutupi sebagian perpotongan leher jenjangnya, ada jejak merah ke unguan yang tampak mekar di sana, membuat Panca bersemu malu, itu adalah karyanya beberapa hari lalu!

Sambil berdehem sekali, dirinya mendekati porselen yang terlihat seperti keluar dari lukisan . Panca bisa melihat setiap inci tubuh polos yang masih terbaring tersebut.

Gulp

Entah mengapa tiba-tiba tenggorokan nya terasa kering, hingga memaksanya untuk menelan Saliva secara kasar.

Meski ia merasa sesak di bagian utaranya, namun Panca mencoba untuk tetap berada dalam kewarasannya.

"Leaa..."

Sial! Ia hanya mencoba membangunkan wanita itu, mengapa yang keluar malah geraman tertahan!

Tenang Panca!

Dan fokuslah dasar cabul!

Ia merutuki kebinatangannya yang tak kenal situasi dan kondisi, Lea pasti lelah sepulang kerja dan berkeliling di toko furniture sore tadi, sehingga wanita itu sampai tertidur di bathtub, dan disini ia malah mencoba memikirkan hal yang iya- iya!

Apakah kau masih manusia?!

Setelah menepuk-nepuk pipinya sendiri agar sadar, ia mulai mencoba membangunkan Lea kembali.

"Lea bangun, nanti kamu masuk angin."

Kali ini suaranya sangat normal, tak ada unsur menyimpan di dalamnya, selamat untuk Panca yang berhasil menahan diri!

"Hmmm?"

Lea pun tampak membuka kelopak matanya perlahan, namun ia segera memejamkannya kembali.

Sepertinya Lea benar-benar lelah, alhasil Panca memilih untuk berinisiatif. Ia meraih jubah mandi Lea dan memakaikannya, lalu menggendong tubuh tak terusik itu keluar kamar mandi.

Akan sangat berbahaya jika terlalu lama melihat hal baik dari tubuh polos milik Lea, jadi segera Panca membalut porselen yang tampak rapuh itu dengan piyama tidur yang nyaman, kemudian membaringkannya di atas kasur.

"I love you."

Bisiknya sembari mengecup kening Lea yang masih terpejam dengan tenang.

____________

Be My Lady [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang