I : Rabbit and Money

66 23 0
                                    

| 'ada kerikil dibalik gunung yang menjulang, ada genangan sebelum lautan' |

______________________

Jalanan kota sore ini tampak penuh
sesak kendaraan,baik roda dua maupun roda empat.Bunyi nyaring klakson bersahut-sahutan memekakkan telinga, mengabaikan lampu lalulintas yang masih memerah.

Lea tengah bersandar di jok mobil,menekan console box dan mendengarkan saluran radio favoritnya. Matanya melirik keluar jendela,menatap seorang anak kecil di  mobil sebelahnya yang tengah tertawa riang menyambut maskot kelinci kesukaannya. Setelah menyerahkan lembaran uang yang tak seberapa, bocah lelaki itu melakukan high five dengan maskot jalanan dan melambai bahagia.

Memerhatikan maskot jalanan itu berlalu dari satu mobil ke mobil lainya,Lea tampak merenungkan sesuatu, lantas merogoh dompet bermerek yang baru ia beli kemarin dan mengeluarkan beberapa lembaran uang.

Lea membuka kaca mobilnya untuk memanggil maskot jalanan tadi dan menyerahkan lembaran uang tersebut tanpa kata

Maskot tersebut tampaknya terkejut menerima uang dengan nominal yang tak sedikit, apalagi ia melihat wanita cantik itu memberi dengan cuma-cuma.
Meski tak mengeluarkan sedikit pun suara,maskot tersebut tampak berterimakasih dengan menyatukan kedua tangan dan sedikit membungkuk beberapa kali.

Lea hanya tersenyum lembut dan mengangguk. Setelahnya kemacetan mereda, lampu lalulintas juga telah berganti hijau,segera ia memacu mobilnya meninggalkan maskot kelinci tersebut yang masih terdiam menatap kepergiannya.

"Cantik dan baik". Gumaman pelan keluar dari maskot jalanan tersebut,namun segera teredam riuhnya kendaraan.

Setelah mobil yang di tumpangi Lea tak tampak lagi,segera ia melangkah pergi mencari warung kecil di pinggir jalan untuk membeli minum.

Melepas kepala maskot kelinci,ia mendesah lelah. Bulir-bulir keringat meluncur dari dahi menuju wajah dan rahang tegasnya. Udara memang sangat panas akhir-akhir ini,menyeka keringat ia duduk di kursi kayu sembari menenggak sebotol air mineral hingga tandas.

Beberapa gadis yang lewat meliriknya dengan wajah memerah, bisik-bisik sambil tersenyum malu bersama teman wanitanya.

Satu kata dalam benak mereka saat melihat pemuda yang masih mengenakan kostum kelinci di badannya itu.

Tampan.

Dengan rambut hitam tinta yang basah karena keringat,alis rapi dan rahang tegasnya terbingkai di wajah berkulit agak gelap namun eksotik.

Biji jakun di lehernya yang jenjang bergerak berirama saat ia menelan setiap tetes air,sesekali air meluap keluar dari bibir agak tebalnya. Sungguh terlihat seksi.

Mengabaikan tatapan para pemujanya,ia merogoh handphone di sakunya yang terus berdering. Menekan tombol hijau saat melihat nametag 'Juna' terpampang di benda persegi tersebut.

"PANCA!!!KAU DIMANA?"

Alisnya mengerut tak nyaman mendapati suara di seberang telepon begitu nyaring,menggeser ponselnya menjauh sebentar sembari mendecak.

"Aku lagi kerja Jun!"

Menyahut pelan dengan helaan nafas lelah menghadapi teman sepermainannya satu ini.

"Huh kerja? Bukanya hari ini restoran tutup?"

"Aku part time!", Balasnya singkat.

"Tidakkah terlalu berlebihan..."

Juna bergumam pelan,namun segera ia membantah.

"Sudah lupakan saja,lebih baik kau segera ke sini. Yang lainnya sudah menunggu!"

Be My Lady [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang