XII : Tentang Sky [1]

22 16 0
                                    

| 'laksana air laut, dirimu lepas dari genggaman ku dan hilang bersama gelombang' |

_____________

"mau makan siang bareng?"

Tepat setelah keluar dari ruang direktur pemasaran, Rey menawari Lea setelah melirik jam di lengannya.

Hari ini ia mengadakan pertemuan resmi dengan pihak perusahaan dan membahas masalah kontrak dan jumpa pers. Lea sebagai asisten manajer yang bertanggung jawab pun ikut hadir di pertemuan itu, hubungan keduanya juga mulai akrab sejak terakhir kali, meskipun ada kesenjangan umur.

"Emmm,tentu! Aku tahu tempat yang lumayan."

Setelah jeda sejenak, Lea mengangguk setuju sekaligus merekomendasikan tempat yang akan jadi tujuan.

Rey juga tak keberatan, keduanya lalu melenggang beriringan, melewati ruang departemen pemasaran. Seluetnya yang tinggi dengan postur tegak, berhasil menarik atensi staf, terutama kaum hawa. Mereka tak bisa tak memancarkan sorot kagum dan terpesona.

Namun dengan fakta ia keluar dari kantor direktur, semua staf mulai menjatuhkan rahangnya. Inikah sosok misterius dari penulis Sky yang kabarnya bergabung dengan perusahaan penerbit mereka?

Meski penulis itu populer, namun mereka tidak menyangka bahwa itu akan menjadi sosok tampan dengan rahang tegas seperti sekarang,meski umurnya tampak tak muda,namun juga tampak tak setua bayangan mereka. Cepat-cepat mereka mendekat sekedar untuk menyapa dan memasang wajah didepannya.

"Selamat siang pak,saya penggemar anda!"

"Anda sangat tampan!"

"Cerita Anda sangat bagus pak!"

"Apakah Sky akan berlanjut ke series selanjutnya?"

Beberapa pertanyaan yang random dan penuh antusias menyerbu Rey,ia tampak gelagapan dengan kerumunan di sekitarnya. Ia melirik Lea di sebelahnya dengan raut memelas, memohon pertolongan. Namun yang dimintai hanya diam, membalas tatapannya dengan iba,lalu mengangkat bahu seolah tak berdaya.

"Saya sangat berterima kasih atas antusias dan dukungan kalian semua. Tapi saya tak bisa menjawab pertanyaan anda sekalian,saya juga ada janji sekarang. Saya mohon maaf dan harus undur diri, mohon pengertiannya."

Rey akhirnya membuka suara setelah lelah dengan kebisingan dari kerumunan fans mendadaknya. Ia lalu melangkah keluar dengan Lea yang mengekori, meninggalkan tatapan iri dari rekan kerjanya di belakang.

Kemudian mereka sampai pada sebuah restoran yang tampak familiar bagi Lea, tentu saja karena ia beberapa kali datang kesini.

Keduanya lalu masuk menuju ruang pribadi yang sempat ia reservasi saat di jalan.

"Kau sengaja bukan?"

Rey yang duduk di seberang menatap dengan tenang, namun ada ketidak senangan di nadanya.

Lea menarik sudut matanya dari buku menu di tangannya, ia menangkap ekspresi lelaki yang lebih tua tampak tak terima. Apakah karena kejadian di kantor tadi? Aku memang tak bisa berbuat lebih untuk membantunya dari kerumunan staf.
Batinnya, namun sebagian bentuk rasa hormat ia memilih untuk melepaskan satu kata dengan enggan.

"Maaf."

Belum sempat Rey menyahuti permintaan maaf tak tulusnya, seorang pelayan wanita masuk. Lea menatap gadis itu dengan rasa ingin tahu.

'Mengapa bukan dia?'

'Yah pegawai di sini kan bukan cuman dia, mungkin yang kemarin-kemarin hanya kebetulan.'

Sambil membatin ia memilih pesanannya.

"Saya mau sushi dan teh hijau."

Rey lebih dulu menyebutkan pesanannya kepada gadis yang segera mencatatnya. Lea lantas memilih olahan ikan tuna dan Machiato dingin.

Be My Lady [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang