VIII : Promise

32 20 2
                                    

| 'perkataan lelaki Setara dengan emas' |

_____________

Hari-hari berlalu begitu saja,tak terasa kurang dari satu bulan  menjelang pergantian tahun lagi. Udara masih agak dingin dengan sinar matahari yang jarang timbul, di cuaca yang seperti ini, minum kopi panas yang pahit akan sangat nikmat ditemani dengan biskuit atau roti tawar.

Dengan lelehan kopi pahit yang mengalir di sepanjang tenggorokannya, Lea duduk santai di sofa ruang tengah. TV yang menayangkan acara varetyshow ia abadikan, jemarinya dengan lihai menari di lembaran kertas putih, pupil terangnya menyorot kata demi kata dengan tenang, namun penuh dengan pikiran yang tak terbaca.

Laksana sungai tanpa riak, begitu tenang untuk menyembunyikan dasarnya. Begitu indah dengan rawa yang buas. Ia mencoba mentelaah dan menimbang setiap keputusan yang akan ia ambil.

Setelah hampir setengah dupa, Lea memantapkan hati,ia meraih bolpoin dengan ujung runcing di atas meja. Dengan gerakan cepat namun anggun ia menggoreskan tinta merah di atas kertas, menandatangani sebuah dokumen yang tabu.

Ada namanya tercetak tebal bersanding dengan nama pihak lain. Sebagai partner yang akan menjalani kesepakatan selama satu kalender penuh.

Menatap kedua nama bersanding, Lea tak bisa tidak menghela nafas. Pihak yang memberikan tawaran memang gila,namun ia lebih gila mau menerima tawaran itu. Ah!

Namun ia lebih memilih mengeraskan kulit kepala nya, lalu mengirim pesan teks, ia harus memberitahu pihak lain bahwa ia sudah menandatangani kontrak tersebut.

Tak lama pesan balasan pun masuk, suara notifikasi yang menggema berbarengan dengan TV yang di matikan.
Melirik sebentar isi pesan masuk tersebut, Lea lantas bangkit.

Pada weekend seperti ini Lea lebih banyak senggang, maka ia putuskan untuk pulang ke rumah orangtuanya. Apalagi hampir dua bulan terakhir ia belum mengunjungi keduanya. Segera setelah meninggal ruang tengah, Lea bergegas ke kamar untuk berganti pakaian dan menyiapkan beberapa keperluan, tak perlu memakan banyak waktu karena ia tak akan menginap dan akan kembali ke apartemen malamnya.Tak lupa di perjalanan ia mampir ke toko serba ada, sekedar membeli kue, makanan lezat dan lainnya sebagai buah tangan.

_________

"Ma,Pa, Lea akan menikah!"

Duduk berhadapan dengan kedua pasangan paruh baya, Lea menatap keduanya bergantian.

Ada keheningan sejenak, tampaknya pasangan tersebut masih shock seolah pendengaran tuanya telah rusak.

'Mulut ku sudah berbuih menyuruhnya menikah, hingga aku berimajinasi mendengar hal baik seperti ini. Ah'

'Apakah aku sudah setua itu hingga pendengaran ku menjadi salah? Ah.'

Keduanya hampir membatin dalam satu waktu yang sama.

Mendapati kedua orangtuanya hanya menghela nafas dan mengabaikan kata-katanya, Lea tak bisa tak mengerutkan kening. Bibirnya mengerucut sebelum ia berujar kembali.

"Aku akan menikah!"

'apakah mereka pikir aku hanya bercanda?'

Dengan agak menggerutu dalam benaknya Lea menyadarkan kedua pasangan tua yang masih mengeluh dalam permasalahan mereka masing-masing.

"Yah wanita tua ini sudah lelah men-, hah? apa kata mu?"

Wanita dengan umur tak muda,namun wajahnya masih tampak bugar itu melototi putrinya. Menikah? Apakah anak semata wayangnya akhirnya mendapat pencerahan.

Be My Lady [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang