XXI : Dia sudah dewasa. Ah!

25 11 0
                                    

| ' salahmu yang membuat aku jatuh cinta! ' |

___________

Hari sudah tak pagi lagi, sinar mentari samar-samar menyorot masuk, menarik garis lurus menuju sosok yang bergulung di balik selimut.

Lea menjadi pihak yang terbangun lebih dulu, ia mengerjap beberapa kali saat menatap rahang tegas tengah terpejam menjadi santapan paginya.

Ada semu yang menghiasi pipi pucatnya, mengingat kegiatan intim yang menyita jam tidurnya malam tadi.

'dia sudah dewasa. Ah!'

Sembari menyentuh garis wajah tampan milik Panca,ia bergumam dalam hati.

Setelah tiga tahun tak bertemu, kini waktu telah mengubah tampilan dan aura yang menguar dari pria yang masih tertidur dengan damai itu.

Lea yang selama ini tampak tak terusik, sebenarnya memilih membohongi diri sendiri, menolak fakta bahwa dirinya tengah merindu.

Rasa yang mengakar di hatinya ia coba alihkan dengan kesibukan kerja, dan dengan sosok Kris sebagai suami kontrak, Lea sedikit berhasil mengalihkan pikiran untuk memikirkan Panca selama ini.

Namun dengan resminya ia bercerai satu tahun silam, hari-hari yang dijalaninya kian bertambah kosong, Lea selalu merasa kesepian disetiap detik waktu yang bergulir, menggerogoti semangat hidupnya, hingga kadang ia lebih mudah lelah, jenuh dengan keseharian yang ia jalani, bahkan ambisinya dalam duania kerja seolah ikut terkikis.

Batasnya adalah kemarin!

Entah angin barat mana yang menariknya untuk berjalan-jalan di cuaca dingin sebelum memutuskan untuk pulang ke apartemennya.

Namun sebuah bayangan fana tampak di ujung matanya, ilusi itu sangat jelas seolah-olah sosok di sebrang memang nyata.

Dirinya bahkan sempat merutuki diri sendiri yang mulai berhalusinasi akibat terlalu merindukan sosok itu, kendati demikian, ilusi mata yang langka itu perlahan mendekat.

Bahkan Lea bisa melihat bayangan dari makhluk yang bergerak itu terpantul dari cahaya lampu jalanan yang berkedip.

Itu dia! Benar-benar dia? Nyata?

Air mata mulai menggenang di pelupuk nya yang tampak lelah, seolah semua perasaan yang selama ini terpendam telah kehilangan pertahanannya, semua mengalir tanpa ampun membasahi kulit wajahnya yang sedikit membeku kedinginan.

Jantungnya yang semula terasa mencekik, seolah ada bongkahan asteroid yang menyasar di dadanya, perlahan mulai meleleh seperti butiran salju.

Sosok Panca yang tampaknya bertambah tinggi itu memeluknya erat, menyalurkan kehangatan yang selama ini ia cari-cari.

Dengan isakkan teredam, Lea memutuskan untuk melepas kekang yang membelenggu hatinya selama ini, ia dengan tekat bulat memutuskan untuk mulai jujur pada perasaannya tanpa perlu dengan susah payah menahannya.

"Selamat pagi!"

Sebuah kecupan singkat mendarat di perempatan wajahnya, pelakunya baru saja terbangun.

"Ini sudah hampir tengah hari."

Lea meralat sambil terkekeh.

Panca tampak terkejut, ia mengucek mata perlahan sebelum melirik jam digital di atas nakas. Benar! Sebentar lagi jam makan siang.

____________

"Pernikahan kontrak?"

Tercengang, Panca melonjak kaget.

Setelah selesai menyarap sekaligus makan siang, Lea dan Panca memilih mengobrol santai di ruang TV, duduk di sofa saling bersandar. Bercerita tentang masa-masa Panca di luar negri hingga merembet pada kehidupan Lea selama ini.

Be My Lady [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang