XXIV : Penculikan

22 9 0
                                    

| ' seperti tiramisu, asmara kita mengandung rasa pahit ' |

___________

Hari ini langit tampak gelap, menggulung menjadi gumpalan dengan bentuk yang tak simetris. Sekolah dengan ngerinya mencekram cakrawala dan menyelimutimu bumi dari sinar hangat matahari.

Meski angin sudah membawa suhu dingin dari barat, namun hujan tak segera mengguyur jalanan yang agak berkabut, hanya menggores rasa tak nyaman dan was-was yang membuat hati gelisah.

Panca memandang keluar jendela sambil meremat buku-buku jarinya, ada kekhawatiran yang menggerayangi dadanya sejak tadi, namun ia tak tahu mengapa.

Knock

Knock

Knock

Tiba-tiba pintu apartemen yang diketuk dari luar berhasil menyadarkan nya, ia bergegas membuka pintu.

Mungkin itu adalah petugas dari toko yang mengantarkan perabotan yang kemarin mereka beli.

Dan benar saja, sekitar dua orang pria membawa beberapa kotak besar tengah menunggu di balik pintu. Setelah mempersilahkan keduanya untuk masuk, Panca membantu mereka untuk menentukan tempat pemasang dan peletakan perabotan.

Ada kompor listrik, beberapa peralatan memasak dan meja makan berukuran sedang, kini mereka tak perlu makan di mini bar yang kecil lagi.

Ternyata kegiatan itu memakan waktu yang lumayan banyak, setelah para petugas pergi, Panca berencana untuk keluar membeli beberapa bahan makanan sehingga dirinya bisa langsung memasak untuk makan malam dengan Lea nanti.

Panca pun buru-buru mengambil sweater dan segera memakaikannya, lalu turun dari gedung apartemen untuk mencari halte bus terdekat, ia memang meninggalkan mobilnya di apartemen Rey, baginya kendaraan pribadi tersebut kurang diperlukan saat ini, lagian entah mengapa terasa lebih nyaman mengendarai kendaraan umum.

Setelah tiba di supermarket, Panca mulai berkeliling sambil mendorong troli yang masih kosong. Ia melirik setiap pantry yang dilewati sambil merogoh handphone di sakunya, ia ingin bertanya menu makan apa yang diinginkan Lea untuk makan malam.

"Halo Lea, apakah aku mengganggu waktu mu?"

Setelan panggilannya terhubung, Panca bertanya terlebih dahulu, kalau-kalau ia mengganggu waktu kerja wanita tersebut.

"Syukurlah jika tidak."

Helaan nafasnya lega, saat mendengar sahutan di seberang. Lalu melanjutkan kalimatnya.

"Aku hanya ingin bertanya, menu apa yang kamu inginkan untuk makan malam? Aku sedang di supermarket untuk belanja, soalnya tadi perabotan yang kita beli sudah di antarkan."

Ada jeda sejenak, sebelum Lea memutuskan pilihannya.

"Baiklah kalau begitu, Aku akan menunggu mu di rumah."

Kemudian panggilan tersebut terputus, sebenarnya Panca agak enggan, ia masih ingin berbincang dengan wanita itu meskipun hanya lewat telepon, namun ia tak ingin menyita waktu kerja wanita itu lebih banyak lagi.

Ia akhirnya mulai menuju pantry ayam, Lea yang suka olahan ayam memutuskan ayam goreng dengan bumbu pedas sebagai menu utama, dan lauk lainnya di serahkan kepadanya.

Panca mungkin akan memilih untuk membuat tumisan sayur sebagai pelengkap, jadi ia segera menuju lemari pendingin yang penuh dengan sayuran segar, lalu beralih pada bumbu-bumbu pelengkap lainnya.

Di tengah sesi belanjanya, ia berhenti pada sebuah etalase yang memajang beberapa kue, Panca sangat ngiler melihat potongan-potongan kue yang cantik tersebut, apalagi dengan bentuk yang beragam dan terkesan imut, membuat dirinya geram ingin mencicipi mereka.

Be My Lady [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang