XXII : I don't get it

20 12 0
                                    

|' laksana lautan yang menyimpan misteri, kegelapan akan menutupi ujung dasarnya.' |

____________

"Apa?!"

Rey menatap horor pada Panca, ia sampai tak bisa berkata-kata seolah melihat makhluk astral yang menjelma menjadi adiknya.

Setelah turun dari pesawat di bandara, Panca seperti orang kerasukan yang tiba-tiba pergi entah kemana, hingga tak pulang hampir dua hari, lalu pagi ini baru menampakkan batang hidungnya hanya untuk mengatakan bahwa ia akan tinggal di apartemen Lea!

Lea! Lea Michele yang itu kan?

Namun apa maksudnya ingin tinggal bersama wanita itu?

"Ceritanya panjang kak."

Mengabaikan raut muka aneh dari Rey yang mematung, Panca memilih menyibukkan diri dengan koper-koper bajunya. Bahkan ia tak perlu membereskannya lagi, terakhir kali, baju-baju ini memang belum di keluarkan akibat dirinya yang menginap di apartemen Lea.

Jadi pagi ini ia memutuskan untuk pulang sebentar, sekedar mengambil barang-barang keperluan dan sekaligus meminta izin dari Rey,selaku kakaknya.

Yah meskipun pendapat Rey juga tak akan mempengaruhi keputusan nya, namun setidaknya dia harus menjalankan formalitas sebagai bentuk rasa hormat.

"Panca, Lea itu mantan istri Kris!"

"En, aku tahu."

Balasnya santai, kini beralih untuk memilah beberapa dokumen penting, masih menganggap Rey sebagai angin kosong.

"Tapi umur kalian terlalu jauh!"

Rey masih tak menyerah, bukanya ia tak menyukai Lea dekat dengan adiknya, jika sekedar teman dan kenalan semata ia tak akan pusing seperti ini, tapi ini tentang perasaan cinta? Hubungan asmara?

Adiknya, dengan Lea?

Mau taruh di mana mukanya saat bertemu dengan Kris?

"Oke jika umur tak masalah, namun Lea itu janda! Apa kata orang melihat kalian menjalin hubungan?!"

Panca diam sesaat mendengar oktah nada Rey agak naik beberapa tangga, ia hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal saat mendengar rentetan pertanyaan sarkas dari sang kakak.

Memangnya mengapa dengan status Lea? Dan apa pedulinya dengan kata orang, bukankah yang menjalani adalah dirinya? Batinnya.

"Panca, pikir kan baik-baik."

Rey sudah mendesah lelah saat melihat tanda tanya besar yang terpampang jelas di wajah polos adiknya.

Rasanya ia sangat ingin menarik kulit kepala Panca hingga ia bisa melihat apa yang ada dalam pikiran ajaib adik semata wayangnya.

"Aku tak perduli apa kata orang, kami saling mencintai."

Jeda sejenak sebelum ia melanjutkan dengan guamam pelan.

"Sejak dulu."

Namun dua kata selanjutnya itu tak tetangkap pendengaran Rey yang sedang kacau akibat ulahnya, alhasil pria itu hanya mampu mengacak-acak rambutnya yang semula rapi, sepertinya ia benar-benar frustasi. Ah!

_____________

Bisik-bisikkan dari staf merambat di penjuru departemen pemasaran, mereka menatap meja yang tampak memiliki atmosfer berbeda dari biasanya dengan penuh tanda tanya.

Lea yang menjadi tontonan siang itu hanya abai, masih dengan senyum yang terajut di bibirnya, ia sedang bercakap ria dengan Panca di sambungan telepon.

"Peralatan masak? Tapi aku tidak bisa memasak."

Be My Lady [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang