XV : Adios

22 15 0
                                    

| 'Untuk bayangmu yang berjalan dari  kejauhan, untuk senyummu yang selalu tampak terang, untuk segalanya tentangmu yang tak pernah tergapai.

cinta! ' |

_______________

Sinar matahari merambat dengan halus,menerangi ruangan dengan dinding biru langit yang cerah. Angin dengan lembut membelai gorden yang terbuka,lalu menerpa sosok pemuda yang tengah duduk di kasur.

Jam weker di atas nakas menunjukkan waktu tengah hari,ada sebuah kertas tiket pesawat tergeletak di sebelahnya.

Dari beberapa koper yang sudah tersusun rapi di pojokan, menunjukkan bahwa sang empunya kamar akan melakukan perjalanan jauh.

Panca sedang larut dalam pikirannya, ia mengusap buku tebal yang belum jua ia kembalikan, mungkin untuk yang terakhir kalinya ia menyentuh buku ini. Meskipun buku ini tak langka, bahkan sangat populer dan ramai di pasarkan,namun ada hal yang membedakan dengan buku yang lainnya.

Buku itu adalah milik seseorang yang telah mencuri hatinya, apakah ia bisa meminta kembali hatinya dengan mengembalikan buku ini? Apakah perasaan nya bisa hilang sejalan dengan ia yang melepaskan buku ini?

Nyatanya itu mustahil, seperti mengejar air di padang pasir,hanya fatamorgana yang kau jumpai.

Panca lalu memindahkan buku di pangkuannya, ia melirik kertas merah gelap yang tergeletak di atas kasur. Sepasang nama terpampang dengan gambar cincin yang bertaut, ia tersenyum kecut saat melihat potret wanita mengenakan gaun putih di greeting card tersebut.

Lea tampak anggun dengan senyum tipis di bibirnya, bersanding dengan seorang pria yang baru-baru ini Panca kenal.

"Barang-barang mu sudah kau kemas?"

Rey berjalan masuk saat melihat pintu kamar adiknya tak tertutup.

Panca lantas mengalihkan atensinnya dan menyahuti Rey yang sudah ikut duduk di atas kasur.

"Iya sudah kak."

Rey tampak mengangguk puas sembari membelai ujung kepala sang adik.

"Baguslah, apakah kau tidak ingin tinggal sebentar lagi? Minimal sampai acara pernikahan Lea dan Kris selesai."

"Kau tak perlu terburu-buru."

Tambahnya. Meski ia tak keberatan,namun ia cukup terkejut mengetahui bahwa Panca memilih berangkat keluar negeri bertepatan dengan dilaksanakannya acara pernikahan Lea dan Kris.

"Aku tak ingin menundanya lagi kak,Aku hanya akan mampir sebentar untuk mengucapkan selamat pada mereka sebelum ke bandara."

Sembari memasukkan bukunya kedalam paper bag, Panca menjelaskan tanpa keraguan, namun hatinya berkata lain.

'aku hanya takut menangis saat melihat kedua orang itu mengikrarkan janji suci'

Pikirnya.

Rey juga tak berkomentar lebih,baginya apapun keputusan yang diambil Panca itu pasti ada alasan tersendiri, ia memutuskan untuk mempercayai pilihan adiknya.

"Baiklah kalau begitu istirahat lah,kau akan menempuh jarak yang jauh."

Ia lalu bangkit meninggalkan Panca sendiri untuk tidur siang, ia juga perlu mengurus sesuatu.

Panca mengangguk paham,ia memang perlu tidur, mempersiapkan mental dan fisik nya sebelum menjalani kehidupan yang berbeda beberapa jam lagi.

________

Setelah mengikrarkan janji, keduanya lalu saling berciuman. Tamu-tamu yang menyaksikan hal itu tampak ikut bahagia hingga bertepuk tangan dengan riuh.

'aku lupa kalau prosesi pernikahan pasti ada sesi berciuman'

Be My Lady [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang